Mengingat Heath Ledger: Metode Akting Paripurna yang Berakhir Maut -->
close
Pojok Seni
29 September 2019, 9/29/2019 03:18:00 AM WIB
Terbaru 2019-09-28T20:18:58Z
SeniteaterUlasan

Mengingat Heath Ledger: Metode Akting Paripurna yang Berakhir Maut

Advertisement
Heath Ledger sebagai Joker

pojokseni.com - Apa yang akan terkenang ketika Anda mengingat superhero Batman? Sebagian besar akan terkenang nama musuh bebuyutannya, Joker. Tahun 2008, nama Heath Ledger dikenang dunia setelah memerankan peran "paling antagonis dari yang antagonis" tersebut. Gabungan psikopat dan sosiopat menjadikan Joker sebagai seorang yang tak punya nurani, brutal dan tak punya aturan.

Lantas, bagaimana tokoh semacam ini bisa diperankan dengan baik oleh Heath Ledger? Seluruh dunia mengakuinya, kritikus terpana, para pecinta superhero Batman juga jatuh cinta pada sang badut sosiopat itu. Bahkan, Heath Ledger diganjar penghargaan tertinggi untuk para aktor film layar lebar di dunia, Aktor Pendukung Terbaik oleh Oscar. Kurang apalagi?

Hanya satu kekurangannya, Heath Ledger tak sempat menerima apapun pujian terhadap permainannya di film tersebut. Pendalaman karakternya begitu sempurna, bahkan disebut paripurna, dan diganjar sejumlah penghargaan, naasnya Heath Ledger meninggal muda. Ia bahkan meninggal sebelum filmnya sempat dirilis ke seluruh dunia.

Metode akting yang digunakan Heath Ledger adalah pendalaman karakter (inner act) yang cara kerjanya mengikuti sistem Konstantin Stanislavsky "the system". Ledger berhasil membangun karakter yang paripurna tentang seorang penjahat sosiopat sekaligus psikopat. Brutal dan tak punya hati nurani, lengkap dengan pesudobulbar, penyakit kejiwaan khas Joker. Tak hanya mampu membangunnya, Ledger juga berhasil menubuhkannya.

Baca juga: 


Ledger berhasil meminjamkan tubuhnya untuk karakter yang berhasil ia bangun, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sayangnya, Ledger tak mampu mengeluarkan karakter itu dari tubuhnya ketika peran sudah usai. Ia masih berada di bawah pengaruh seorang sosiopat yang depresi, hasilnya ia meninggal karena menelan terlalu banyak obat tidur.

Namun, Ledger sempat menuliskan bahwa ia begitu gembira dengan peran satu ini. Peran dalam kesulitan yang serius, menjadikan standar Joker yang cukup sulit untuk dilewati para "Joker" lainnya dalam film edisi berikutnya.

Para Pemeran Joker

Joker

Selain Ledger, Di tahun 1966, nama Cesar Romero dalam film Batman juga memberikan standar tinggi bagi badut sosiopat dengan gangguan tertawa itu. Romero menjadikan peran Joker menjadi ikonik ketika pertama kali Joker muncul dalam layar kaca dalam bentuk live action.

Standar yang tinggi dari Cesar Romero, justru menghadirkan tantangan bagi Jack Nicholson untuk menghadirkan Joker yang ikonik pada tahun 1989. Namun, ternyata tidak hanya melampaui standar yang diterapkan Romore, bahkan Nicholson berhasil mencuri perhatian dunia jauh lebih pemeran Batman, Michael Keaton. Sekali lagi, "standar" Joker menjadi jauh lebih tinggi.

Selanjutnya, ada nama Jared Leto yang mampu memberikan permainan yang berkesan menjadi Joker. Meski hadir sedikit, namun Leto mampu memuaskan para pecinta Joker dalam film Suicide Squad.

Teranyar, ada nama aktor hebat asal Swedia Joaquin Phoenix yang mendapatkan peran sebagai Joker. Uniknya, ini adalah film pertama dengan Joker sebagai pemeran utamanya. Joaquin Phoenix memerankan joker dengan sangat baik, paripurna, dengan melakukan metode yang sama dengan Ledger, inner act. Mempelajari dan mendalami hingga ke orang-orang yang punya kelainan jiwa, membuat Joker satu ini mendapat perhatian lebih dari kritikus dan pecinta Joker, sepeninggal Ledger. Bahkan, Joaquin Phoenix disebut-sebut layak diganjar Oscar.

Meski demikian, "Joker" terbaik sepanjang masa tetap masih disematkan pada peraih The Best Supporting Aktor Oscar tahun 2008, Heath Ledger. Brilian, tak kenal takut, licik, gila, depresi, sosiopat, psikopat, tak punya aturan, tidak peduli apapun, tak punya hati dan jahat dalam arti sesungguhnya menjadi gambaran Joker dalam film bertajuk The Dark Knight.

Depresi dan Insomnia

Heath Ledger

Film The Dark Knight sangat sukses di pasaran. Pendapatan melebihi US$ 1 Miliar menjadi bukti kesuksesan tersebut. Namun, aksi gila Ledger di film ini berujung buruk baginya. Totalitas akting, membangun karakter yang nyaris mustahil, dan menubuhkannya bisa dikatakan sangat sempurna dan brilian. Bagaimana Ledger membangunnya?

Sebelumnya, perlu mengetahui siapa Heath Leadger. Ledger berasal dari Australia, tepatnya kota Perth. Lahir pada tahun 1979, di tanggal 4 April. Sejak kecil sudah ikut dalam pelatihan teater di Australia. Ia mendapatkan peran pertamanya, di tahun 1989, ketika usianya baru menginjak 10 tahun.

Ledger di teater dikenal sebagai aktor yang totalitas dalam urusan berperan. Tahun 1992, ia bermain dalam sebuah program televisi setempat untuk anak-anak. Lalu, dari tahun 1996 hingga tahun 2000, Ledger sudah membintangi beberapa film layar lebar dan terlibat dalam belasan produksi teater.

Sekitar tahun 2000-an, Ledger remaja mencoba merantau ke Amerika, mencoba peruntungannya di Hollywood. Di tahun 2000 dan 2001, Ledger mendapatkan peran dalam dua film, yakni The Patriot dan Monster Ball. Tahun 2006, ia bermain di film Brokeback Mountain, yang membuatnya masuk dalam nominasi aktor terbaik Academy Awards tahun itu. Namanya kemudian melejit, dan 2008 seorang sutradara bernama Christopher Nolan yang sebelumnya sukses dengan film Batman Begins, mengajak Ledger untuk menjadi Joker. Perlu diketahui, sebelumnya Nolan sudah mengajak Ledger menjadi Batman, tapi ditolak oleh Ledger.

Kemudian, setelah mendapatkan Christian Bale sebagai Batman, Nolan kembali mengajak Ledger untuk menjadi musuh bebuyutannya, Joker. Ledger saat itu ketakutan dengan peran yang diberikan Nolan, karena standar tinggi sudah diberikan oleh "Joker terdahulu", Cesar Romero, dan Jack Nicholson.

Akibatnya, meski menerima, Ledger berusaha mati-matian untuk memenuhi ekspektasi pecinta Batman di seluruh dunia untuk peran yang ikonik tersebut. Sedikit rasa percaya diri dalam tubuhnya membuatnya tertantang untuk mengambil peran tersebut.

Ia mulai mencoba mengenali Joker lebih dalam. Tidak hanya membaca tentang Joker dan menyaksikan Joker terdahulu, ia bahkan membaca buku tentang seorang penjahat yang kelainan jiwa dalam A Clockwork Orange (karya Anthony Burgess), mendalami lukisan, sampai yang paling ekstrim mengisolasi dirinya dalam kamar hotel di Inggris selama berbulan-bulan. Ketika mengisolasi dirinya, ia hanya berteman dengan buku, kertas dan pena. Lalu mencoret-coret, menggambar, dan menulis apapun.

Totalitas Berujung Maut

Heath Ledger
Ketika proses shooting dimulai, Ledger telah berhasil memasukkan seorang badut sosiopat, psikopat, kelainan jiwa, bebas, pembunuh, licik dan pemberontak itu ke dalam dirinya. Ia bahkan kerap berimprovisasi, sampai para aktor lain tergagap menjawab dialognya. Ketika membanting diri, Ledger bahkan sampai patah tulang dan dilarikan ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit, masih bukan Ledger yang terbaring, melainkan Joker. Begitu total, bukan?

Proses shooting sudah selesai, film bahkan sudah siap dirilis, tapi Joker tak juga mau keluar dari tubuh Ledger. Ledger depresi, tak bisa tidur (insomnia), terus-terusan panik dan gelisah. Ledger benar-benar telah berubah menjadi Joker dalam arti sesungguhnya. Setengah tahun sebelum filmnya rilis, Ledger ditemukan meninggal di apartemennya. Ia dinyatakan overdosis obat tidur. Joker yang pembunuh berdarah dingin itu bahkan telah membunuh aktor yang meminjamkan tubuhnya.

Ledger, diceritakan oleh ayah kandungnya bernama Kim, memang selalu begitu ketika ingin membangun peran. Berdiam diri dalam kamar, menguncinya sampai berminggu-minggu dan berbulan-bulan. Tapi karakter Joker begitu berbahaya, bahkan bagi "Joker" itu sendiri.

Meski telah meninggal, bahkan di usia yang masih sangat muda (28 tahun) tapi tidak ada yang bisa menyanggah bahwa Ledger adalah aktor terbaik di generasinya. Ledger adalah aktor yang luar biasa. Kecintaannya pada seni peran menjadikan ia begitu total, meskipun kemudian menyeretnya pada akhir yang menyedihkan. (ai/pojokseni.com) 

Ads