Prinsip Pelatihan Aktor Menurut Stanislavsky -->
close
Pojok Seni
15 February 2019, 2/15/2019 01:21:00 AM WIB
Terbaru 2019-02-14T18:21:11Z
ArtikelMateri Teaterteater

Prinsip Pelatihan Aktor Menurut Stanislavsky

Advertisement



pojokseni.com - Metode akting yang diciptakan sekaligus dikembangkan oleh Stanislavsky menjadi salah satu metode yang paling ampuh untuk digunakan dalam teater realisme. Pencarian laku secara psikologis membutuhkan pelatihan keaktoran yang lebih kompleks.

Dalam artikel ini, PojokSeni akan memaparkan beberapa prinsip pelatihan aktor dengan mengikuti "the method" yang diciptakan tokoh teater realisme asal Rusia ini.

1. Fisik


Fisik menjadi pusat pelatihan pertama bagi metode Stanislavsky. Aktor yang ingin mengaplikasikan metode akting ini musti melatih fisiknya agar lentur, prima dan kuat. Tujuannya, agar peran apapun yang dimainkannya dapat dilakukan dengan baik, natural dan sempurna.

2. Observasi


Sebelum menciptakan karakter, kemudian menubuhkannya, seorang aktor musti melakukan observasi sebaik mungkin. Observasi dilakukan agar gerak, mimik wajah dan vokal yang diwujudkan tidak artifisial, tapi jauh lebih natural, hidup dan kaya. Observasi dalam membangun peran menjadi wajib bagi para aktor.

3. Kekuatan posisi dan imajinasi


Aktor juga harus menguasai kekuatan posisinya, dalam rangka menghadirkan imajinasi. Dengan imajinasi yang sempurna, maka karakter beserta gerak, laku, dan situasinya dapat dilakukan dengan sempurna. Oleh karena itu, untuk mengisi emosi peran dengan baik, melatih kemampuan imajinasi menjadi wajib hukumnya bagi para aktor yang mendalami posisi ini.

4. Membaca naskah komprehensif


Membaca naskah secara komprehensif, berarti membedah naskah lebih dalam. Mengetahui apa yang disebut Stanislavsky sebagai bit, goal, subteks, given circumstance dan sebagainya menjadi satu hal yang sangat perlu dilakukan sebelum proses latihan, dramatic reading, sampai rehearsal dimulai. Aktor juga dituntut dapat menganalisa naskah dengan baik untuk mendapatkan penokohan, tema, jalinan cerita dramatik dan motivasi tokoh agar karakter yang dimainkan lebih utuh.

5. Konsentrasi


 Aktor, ketika membangun peran, menubuhkan tokoh, latihan maupun berada di atas panggung, harus tetap menjaga konsentrasinya terhadap suasana, imaji dan atmosfer panggung. Oleh karena itu, melatih konsentrasi juga menjadi hal yang penting bagi seorang aktor.

6. Kerja keras


Sayangnya, tidak ada jalan pintas dalam metode ini. Anda musti bekerja lebih keras, lebih cerdas, juga terus menerus dan serius untuk mendalami proses pelatihan dengan metode ini. Metode ini mementingkan kesempurnaan diri dan penampilan, dan hal itu hanya bisa didapatkan dari latihan yang keras dan serius.


Perspektif 


Ada dua garis perspektif dalam metode Stanislavsky ini, yakni perspektif peran dan perspektif aktor. Jadi, ia melihat sebagai dirinya, juga melihat sebagai peran yang dimainkannya. Dualisme tersebut ada di dalam dirinya, sedangkan perspektif aktor menjaga agar peran tidak kehilangan perspektif peran.

Perspektif peran sering terganggu, ketika "rasa" dari sang aktor ikut mempengaruhi tubuh dan pikirannya. Apalagi, bila sampai ingatan emosi aktor ikut mengganggu tubuh dan pikirannya. Hal itu bisa membuat perspektif peran bisa terganggu bahkan hilang. Oleh karena itu, Stanis mengenalkan teknik psikologi (psiko-teknik) yang berguna untuk membawa sang aktor kembali ke perpektif peran.

Ada tiga perspektif peran, yakni perspektif pemikiran (logis), perspektif perasaan (batin) dan perspektif artistik. Khusus untuk perspektif yang terakhir, ditujukan agar menambahkan warna bagi cerita dan bisa menjadi lebih hidup. Oleh karena itu, proses analisa naskah sangat penting dilakukan untuk mendapatkan lapisan-lapisan psikologis yang penting bagi aktor, sebelum ditubuhkan. (ai/pojokseni)

Ads