Catatan Rudolf Puspa Latihan Dasar Teater: Gerak Indah dan Imajinasi (Bagian 7) -->
close
Pojok Seni
30 March 2020, 3/30/2020 04:45:00 PM WIB
Terbaru 2020-03-30T09:45:34Z
Materi Teater

Catatan Rudolf Puspa Latihan Dasar Teater: Gerak Indah dan Imajinasi (Bagian 7)

Advertisement
Pertunjukan teater oleh Teater Satu Lampung: Aruk Gugat
pojokseni.com - Artikel ini masih rangkaian latihan dasar teater oleh Rudolf Puspa (Sutradara Teater Keliling Jakarta). Agar lebih kompleks, baca juga catatan Rudolf Puspa sebelumnya terkait latihan dasar teater.

Berikut daftar catatan Rudolf Puspa Latihan Dasar Teater:



  1. Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula (bagian 1)
  2. Catatan Rudolf Puspa: Latihan Aktor Pemula (BAGIAN KEDUA)
  3. Catatan Rudolf Puspa; Teknik Dasar Latihan Teater, Olah Vokal (bagian 3)
  4. Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olah Bentuk, Gerak, Bunyi dan Komposisi (Bagian Keempat)
  5. Catatan Rudolf Puspa Teknik Dasar Teater: Teknik Muncul, Gerakan, Tempo, Proyeksi dan Klimaks (Bagian 5)
  6. Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olahrasa (Bagian Enam)



Bahasan berikutnya adalah latihan dasar teater; gerak Indah.

Gerak Indah


Tubuh yang lentur sangat diperlukan bagi pemain teater. Diperlukan kemampuan untuk tetap menarik dan enak dilihat ketika berada dibagian manapun di panggung.

Tangan sering menjadi bagian yang menyulitkan sehingga pemain tampak bingung menggerakkan tangan hingga semrawut tanpa arti. Beberapa latihan untuk penguasaan gerak adalah :

1. Dengan alat bunyi.


Berdiri yang relax dan untuk pemula sebaiknya pejamkan mata. Dengar bunyi satu alat musik atau ketukan benda atau tepukan tangan. Dengar hingga bunyi tersebut merasuki diri melalui pendengaran.  Jika ada timbul gerakan sebagai respons terhadap bunyi tersebut biarkan dan ikuti saja gerak tersebut. Yang penting adalah menyadari adanya gerakan tersebut.

Kemudian tingkatkan dengan bunyi beberapa alat musik atau benda. Sampai akhirnya bunyi sebuah musik dari berbagai warna seperti musik kelasik, rock, tradisional, experimental. Lakukan gerak per bagian seperti tangan, kaki, pinggang, leher, mata, mulut, torso, dan akhirnya seluruh tubuh bergerak mengikuti alunan musik tersebut.

Pergerakan bisa terjadi karena mengikuti arus; bisa juga sebuah perlawanan terhadap arus tersebut. Gerak bisa gemulai, gerak kaku, gerak patah patah, gerak robot dsb.

Gerak dilakukan dalam posisi berdiri ditempat, duduk, telentang, jongkok dsb sebelum kemudian melepas bebas ke seluruh ruangan.

2. Dengan alam terbuka


Latihan di alam terbuka dengan mendengar suara alam (angin,sungai,hujan,deru kendaraan dsb). Responlah suara tersebut melalui gerak satu persatu anggota tubuh dan kemudian seluruh anggota tubuh. Dengan posisi berdiri, duduk,jongkok,telentang, tengkurep dan akhirnya melepas bebas keseluruh ruang.

Mengikuti irama suara yang terdengar, melawan suara, bermain dengan suara dsb bisa dilakukan dan dengan kesadaran terhadap setiap gerak yang muncul. Dengan melatih kesadaran maka kita tidak akan hanya memiliki gerak yang manarism; gerak yang selalu sama dalam setiap mendengar bunyi yang sama. Menikmati bunyi atau musik namun tidak terlena.

Jika latihan individu sudah merasa mahir maka latihan gerak indah ini dapat dilakukan dengan satu kawan, dua dan seterusnya sehingga dalam bergerakpun akan mampu mewujutkan komposisi adegan adegan yang indah dalam gerak serta  bentuk. Maka latihan inipun akan mempertajam daya respons kita terhadap kawan main dan juga suasana yang sedang berlangsung.

Melalui latihan gerak ini pemain teater akan memiliki kelenturan tubuh serta penguasaan setiap gerak sehingga semua pergerakan tubuh menjadi indah. Walau harus memainkan tokoh robot atau besi kaku tetap saja indah dilihat. Beberapa latihan olahraga seperti renang, jalan kaki, senam turut membantu kelenturan tubuh serta dipandang dari sudut kesehatan juga menjadi penting karena sebagai pemain teater harus memiliki tubuh yang sehat.

Tanpa disadari pemain akan memiliki kemampuan penguasaan bentuk, irama dan ruang serta komposisi.

Imajinasi


Salah satu kekuatan bagi seni teater adalah adanya daya imajinasi pemainnya. Pemain bicara tentang sesuatu yang lebih banyak berupa abstraksi, terlebih bila tidak dihadirkan dekorasi yang menunjang gambaran dimana kejadian berlangsung. Maka sering disebutkan bahwa kekuatan seorang pemain salah satunya adalah mampu menangkap segala yang tersirat dibalik apa yang tersurat baik melalui kata, kalimat ataupun gerak tubuh, mimik dan perasaan.

Melalui kata yang sama ; misalnya “api” akan memiliki pengertian yang berbeda tergantung bagaimana pemain memiliki daya yang tersirat dari kata api tersebut yang sesuai dengan kebutuhan laku si peran dan suasana adegan yang sedang terjadi.. Bisa meledak sebagai sebuah semangat, bisa ketakutan karena ada kebakaran, bisa sebuah amarah misalnya. Marah, senang, sedih tentunya memiliki tekanan ucapan yang berbeda beda walau menggunakan kata yang sama.

Beberapa latihan untuk melatih daya imajinasi adalah :


1. Mendengar cerita


Dengan sikap berdiri yang relaks dan bagi pemula sebaiknya memejamkan mata lalu atur nafas yang benar kemudian mendengarkan serangkaian cerita yang diberikan oleh pelatih.  Apa yang didengar kemudian diujutkan melalui gambaran sendiri yang dialirkan melalui tubuh. Gambaran tentang tokoh yang diceritakan itu menjadi diri pemain lalu melakukan gerakan atau membunyikan suara atau mengucapkan kata seperti yang diceritakan pelatih. Ini dilakukan hingga pelatih selesai bersecrita.

2. Mendengar musik/bunyi


Mendengar musik atau bunyi dan kemudian menangkap suasana atau gambaran kejadian atau tokoh yang muncul dari bunyi tersebut. Lalu mengexpresikan melalui tubuh dalam gerak atau bunyi atau kata kata. Setelah latihan selesai mencoba mengingat kembali apa yang telah dilakukan dan menceritakan setepat mungkin. Jangan ada keinginan untuk bergerak karena yang diperlukan adalah spontanitas yang tumbuh dari rasa.
 

3. Melihat benda


Melihat benda seperti kursi, meja, sepeda, kapal terbang, panser,  tetumbuhan, binatang se detail detailnya. Dari apa yang dilihat tentu akan timbul gambaran yang ada diluar benda benda tersebut. Senang, sedih, ngeri, takut, bangga, dan bermacam imajinasi bisa muncul dari apa yang dilihat atas benda mati atau yang bergerak. Imajinasi ini dapat terwujutkan melalui gerak tubuh, suara ataupun kata dari sang pemain yang muncul secara spontan dan bukan dari pikiran.

4. Bentuk latihan lain



  1. Di cuaca panas merasakan dinginnya es.
  2. Di tengah jalanan ramai merasakan kesunyian hutan.
  3. Di tengah hutan atau diatas gunung sepi merasakan suasana pasar atau ruang diskotik yang pengap asap rokok dan hingar bingar musik.
  4. Minum air namun merasakan minuman teh panas yang manis sekali.


Banyak hal seperti ini dapat dijadikan bahan latihan sehingga pemain menjadi sangat imajinatif setiap melihat-mendengar-merasakan keadaan dimana ia berada. Ini akan sangat memudahkan ketika mempelajari peran dan memerankannya.
   
Melalui latihan diatas maka pemain akan mampu bicara dalam bahasa tersirat. Setiap kata atau kalimat yang daya tersiratnya dapat di gambarkan oleh sang pemain maka pengucapan serta segala gerak yang timbul dari pemain akan terasa memiliki kandungan yang dapat dirasakan dan ditangkap oleh penonton. Kita sering mendengar orang mengatakan seorang pemain itu “berbobot”.

Daya imajinasi yang bagus pasti akan menjadikan hidup pandangan mata,  kata kata yang tajam merasuk melalui pendengaran, gerak tubuh yang teratur dan tepat takarannya sehingga tidak terjadi apa yang sering disebut “ham acting” atau “over acting” atau “lamban”. Ketika harus menceritakan dirinya ditengah gurun pasir maka gurun tersebut akan terasa bahkan terlihat oleh penonton walau panggung tidak ada pasirnya sebutirpun.

Ketika ditusuk bayonet kena dadanya maka terlihat benar benar darah mengalir dan rasa sakit yang sangat  dan bukan kelihatan dibuat buat sehingga canggung dan penonton tidak merasakan apa apa.

Ketika bercinta dibawah bulan purnama dimalam gelap dan dingin maka penonton akan ikut merasakan suasana romantis.

Semua itu akan berhasil terwujud dengan kekuatan imajinasi pemain dan mampu menghadirkan di panggung menyentuh perasaan penonton. Maka pertunjukan dinyatakan komunikatif.

Rudolf Puspa
Jakarta 20 Maret 2020.

(bersambung)

Ads