Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula -->
close
Pojok Seni
06 March 2020, 3/06/2020 03:01:00 PM WIB
Terbaru 2020-03-06T08:01:24Z
Artikelteater

Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula

Advertisement
Latihan teater: Teater Keliling Jakarta
Ki Hajar Dewantara, menteri pendidikan dan kebudayaan yang pertama tahun 1945 menyatakan bahwa “pendidikan seni adalah landasan bagi pendidikan menyeluruh”

Seni teater telah membuktikan dirinya bukan sekedar menciptakan pertunjukkan sebagai sebuah hiburan; namun juga memiliki teknik pelatihan yang mendukung pendidikan terutama dalam hal character building.

Pemain teater bukan hanya mampu menghafal dialog, beracting saja namun yang terutama harus dimiliki adalah kemampuan “menjadi”. Pemain akan selalu mempelajari bermacam karakter dari peran yang akan dimainkan. Kemampuan untuk “menjadi” berbagai peran itulah yang mendidik sang pemain untuk pada akhirnya menemukan karakter pribadinya sehingga ia akan mampu menjadi manusia yang baik.

Sebagai anak bangsa yang baik budi pekertinya serta kepekaan mata hatinya maka diharapkan akan mampu melalui seni teater menjadikan Indonesia lebih baik.

Mencermati suasana kegiatan teater di kalangan muda yang semakin meluas namun kurang memiliki “ilmu” teater maka  melalui ruang ini saya menuangkan beberapa tehnik dasar bermain teater sebagai penyiapan diri untuk menjadi pemain serta fundamen bagi penyutradaraan; untuk memenuhi target paling minim yakni bermain yang dapat enak didengar, indah dilihat dan bagi sutradara mampu menciptakan pertunjukan yang komunikatif.

Pengalaman saya bersama Teater Keliling sejak 1974 berkeliling Indonesia dan mancanegara telah meyakinkan bahwa teater memiliki  unsur pendidikan yakni mengasah otak kanan yang sangat berguna untuk menumbuhkan daya abstraksi, imajinasi, kreatifitas dan keindahan; yang merupakan kekuatan bagi penghalusan budi, jiwa sehingga terbebas dari sifat kasar, kekerasan. Namun saya juga menyadari bahwa kaum muda cepat bosan sehingga memerlukan tehnik berlatih yang praktis dan menyenangkan sehingga berlatih teater menjadi kebutuhan.

Dari pengalaman sejak sebagai pelatih aku menyadari bahwa harus memiliki daya kreatifitas dalam memberikan variasi bentuk2 latihan untuk satu mata pelajaran. Misalnya melatih teknik vokal agar memiliki suara yang kuat dan jelas maka pelatih paling banyak 3 kali mengulang cara yang sama dan selanjutnya harus menemukan cara baru lagi walau tujuannya yang sama.

Melalui catatan ini aku percaya para pelatih akan mampu aktif dan kreatif sehingga suasana latihan akan terasa menyenangkan. Suasana yang menyenangkanlah yang akan membuat anak muda betah berlatih teater. Itulah kuncinya dan selamat bekerja habis-habisan.

Mari kita mulai.

BAGIAN PERTAMA


BENTUK DRAMA/SANDIWARA/TEATER.

Sejak zaman Yunani purba dibagi jadi drama  tragedi dan  komedi. Kemudian zaman Eropa abad 19 muncul yang disebut melodrama.

Tragedi.


Menurut Aristoteles  tragedi adalah drama yang penontonnya timbul rasa belas dan ngeri sehingga justru mengalami pencucian jiwa. Penonton dibuat goncang jiwanya hingga lemas namun bergetar menyadari betapa dahsyatnya suratan takdir. Ketika drama usai menjadi bersyukur tidak termasuk yang mengalami kejadian buruk. Timbul kesadaran baru bahwa ada yang lebih kuasa daripada manusia. Aristoteles menyebutkan drama tragedi bisa menjadi katarsis. Jadi drama tragedi jangan diasumsikan selalu yang serba sedih, bercucuran air mata dan kecengengan kecengengan manusia.

Komedi.


Drama komedi mengungkap kelemahan atau cacat sifat2 manusia dengan cara yang menggelitik. Orang merasa kelucuannya dan sekaligus menghayati kenyataan hidup. Drama komedi justru bukan asal lucu karena orang tertawa sambil terbuka mata hatinya melihat kehidupan nyata sehingga bisa melihat sifat buruk dan baik lalu mengambilnya sebagai tuntunan.  Pada bangsa yang sudah maju justru drama komedi  menjadi “upacara” bersama menertawakan kelemahan diri sendiri. Maka pementasan drama komedi selayaknya kritis yang cerdas. Bisa dikatakan bahwa tinggi rendahnya mutu kecerdasan dalam pentas drama komedi akan mencerminkan peradaban bangsa.

Melodrama.


Ini drama yang mengupas suka duka kehidupan nyata manusia yang menimbulkan perasaan haru penonton. Dengan melodrama akan melatih pemain dan penonton untuk menjadi lebih peka perasaannya terhadap berbagai persoalan yang rumit. Rasa haru merupakan unsur  dari rasa yang harus dipelajari, dilatihkan dan kemudian diungkapkan melalui disiplin pelatihan yang keras. Berbeda dengan tragedi yang menimbulkan belas dan ngeri maka melodrama tidak sejauh itu

Dengan penjelasan di atas diharapkan akan menjadi lebih jelas pengertian apa itu tragedi, komedi dan melodrama yang selama ini pengertiannya salah kaprah. Setiap pemain ada baiknya tau apa warna drama/teater yang dimainkan walau seniman memiliki kebebasan mencipta sehingga  ketika dalam proses mencipta sering tidak mempedulikan berbagai isme.

Siapa tau justru menciptakan isme baru?  Dan jangan lupa bahwa pemain drama juga seorang seniman, seorang pencipta bersama sang sutradara. Drama merupakan hasil kerja kolektif. Inilah kehebatan dan kebesaran teater yakni mampu bekerja sama. Oleh karenanya jiwa jiwa egois akan sulit menjadi pekerja teater. 

PEMERANAN YANG HIDUP.


Pemain teater yang ideal adalah yang actingnya hidup. Indah dan wajar serta relaks. Pemeranan yang hidup adalah hasil dari pengamatan pemain yang teliti baik lahir maupun batin terhadap perannya, untuk kemudian dihayati secara utuh. Bisa dikatakan bahwa seorang pemain yang baik adalah seorang pengamat kehidupan yang baik. Ini disebabkan kemampuannya melihat peran di dalam naskah dan yang sesungguhnya ada di dalam kehidupan nyata.

Hanya pemain yang berperasaan halus yang akan cepat mampu menguasai berbagai tehnik acting secara sempurna, karena pemain yang berperasaan haluslah yang punya kerendahan hati untuk menjadi pemerhati yang ideal. Yang egois akan sulit karena biasanya bernafsu untuk menarik perhatian publik hanya kepada dirinya sendiri  hingga sukar mengerem diri untuk menjadi pemerhati. Biasanya banyak omong untuk selalu menjadi pembicara utama. 

Sikap rileks dan wajar adalah kunci semua tehnik bermain drama atau sandiwara atau teater. Relaks artinya relaks pikiran dan perasaan serta otot2 badan. Wajar adalah spontanitas yang mengandung alasan.         
                   
Aktor yang tidak relaks adalah yang tidak mampu menguasai diri dan mudah larut pada egoismenya. Latihanlah menjadi pemain yang tenang dengan salah satu cara aturlah pernafasan dengan baik secara rutin.  Sering2 isi waktu kosong dengan duduk relaks tutup mata lalu dengar suara yang paling jauh hingga merasa tenang.


Rudolf Puspa

Jakarta 6 Maret 2020.

(bersambung)

Ads