Catatan Rudolf Puspa; Teknik Dasar Latihan Teater, Olah Vokal -->
close
Pojok Seni
18 March 2020, 3/18/2020 12:41:00 AM WIB
Terbaru 2020-03-17T17:41:25Z
ArtikelMateri Teater

Catatan Rudolf Puspa; Teknik Dasar Latihan Teater, Olah Vokal

Advertisement

pojokseni.com - Artikel ini merupakan tulisan dari sutradara Teater Keliling Jakarta, Rudolf Puspa bagian ketiga dengan tema besar latihan dasar teater. Sebelum membaca artikel ini, sebaiknya Anda membaca dulu bagian pertama dan kedua dari tulisan Rudolf Puspa ini.

- Bagian Pertama: Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula
- Bagian Kedua : Catatan Rudolf Puspa: Latihan Aktor Pemula (BAGIAN KEDUA)

BAGIAN KETIGA


Peranan vokal pemain teater cukup dominan. Jika suara lemah, artikulasi tidak jel;as, irama yang sumbang. Maka penonton tentu saja akan menjadi bosan karena kenikmatan menyaksikan teater jadi terganggu.

Beberapa tehnik melatih vokal adalah :

a. Pernafasan


Kekuatan utama vokal adalah pada tehnik pernafasan yang benar. Bila  kita karena alasan adat menjadi terlatih untuk selalu bicara lemah lembut dan pelan; tentu sangat memerlukan perombakan besar besaran. Sebaiknya kita mampu menggunakan seluruh rongga dalam tubuh kita untuk mengatur pernafasan seperti perut dan diafragma. Namun paling tidak dengan kemampuan pernafasan perut maka kita sudah memiliki satu kekuatan vokal yang dapat didengar dengan baik oleh seluruh penonton.

Pertama tama berdiri tegak lurus. Bila kurang yakin dari belakang kepala hingga tumit mepet ke dinding. Jika pandangan terganggu untuk konsentrasi ke perut maka pejamkan kedua mata.

Tarik nafas sebanyak banyaknya dari hidung dan masukkan ke perut. Jika berhasil maka rongga perut membesar terisi udara. Tahan hingga hitungan ke sepuluh dan kemudian lepaskan melalui mulut bagai memuntahkan bola pingpong dari perut melalui mulut. Tekanan udara keluar lewat mulut di lakukan dengan tekanan perut yang kuat-lemah, panjang-pendek secara bergantian sehingga suara yang timbul juga akan kuat dan lemah, panjang dan pendek. Bisa dilakukan dengan mengucapkan huruf- huruf abjad mulai “A” ketika membuang udara. (gambar 3)

GAMBAR 3

Jika posisi berdiri sudah mahir bisa dilanjutkan dengan berbagai posisi seperti dengan duduk, jongkok, miring, telentang, tengkurep, jalan, lari ditempat dan banyak lagi variasi bisa ditimbulkan.

Bukan berarti nafas paru paru lalu dihentikan; tetap saja dipakai namun tentu saja sangat terbatas karena paru paru dibatasi tulang maka daya kembangnya terbatas. Perut tentu saja lebih elastis. Karena elastisnya inilah warna suara pun mudah dibentuk seperti suara sopran, tenor, alto, bas, besar kecil, cempreng, serak sesuai kehendak pemain. Dan yang sangat bagus adalah dapat menghilangkan suara yang monoton.

Artikulasi


Orang bicara dengan artikulasi jelek sangat menjengkelkan pendengarnya. Latihlah mengucapkan huruf hidup “a-i-e-o-u” sesering mungkin. Tentu dengan tehnik pernafasan yang benar. Mulai dengan per huruf satu tarikan nafas sampai lima huruf dalam satu tarikan nafas. Dengan tekanan nafas yang kuat hingga lemah secara bergantian.

Lalu dengan berbagai posisi berdiri, duduk,jongkok, telentang, tengkurep dsb.  Bagi yang mampu bisa dengan ambil nafas lalu menyelam di air dan melepaskan dalam air sekuat kuatnya dengan bunyi huruf tersebut. Tentu saja huruf matipun juga harus dilatih agar berbunyi dengan benar. Jadi latihan membaca alpabet adalah sangat penting. Pemain akan mengenal bentuk mulut untuk setiap huruf. Walau dengan bicara cepat harus artikulasi tetap jelas.

Perlu diketahui bahwa huruf mati adalah kekuatan bunyi dan huruf hidup adalah keindahannya. Maka perpaduan dua kekuatan ini dalam rangkaian kata akan menjadi sangat terasa dan memang diperlukan. (gambar 4)

GAMBAR 4

Untuk mengecek sendiri apakah bunyi huruf yang dilantunkan sudah jelas atau belum adalah; tarik salah satu daun telinga kedepan dan tutupkan rapat ke lubang telinga dan tekan sekuatnya; lalu ucapkan huruf atau kata atau kalimat ; maka jika ada yang tidak jelas akan dapat terpantau secara langsung oleh diri kita sendiri. Memang bisa juga dengan alat perekam yang dapat mendengar kembali ucapan kita.

Ucapan yang “keras”


Ucapan yang kuat diperlukan agar terdengar oleh setiap penonton. Untuk itu diperlukan memiliki kekuatan resonansi suara. Semakin banyak bagian tubuh ikut bergetar (beresonansi) maka akan semakin kuat suara pemain.

Yang selalu harus diingat ketika pemain bersuara maka seluruh urat rongga mulut, lidah, tenggorokan, leher harus dalam keadaan relaks, agar mudah ikut bergetar.

Latihan terbaik adalah ucapkan huruf “M” dengan bibir terkatup yang rileks, sepanjang panjangnya hingga terasa bibir bergetar bahkan bisa geli rasanya. Teruskan hingga getaran menyebar keseluruh rongga mulut, leher, naik ke wajah, kepala, turun ke dada hingga keseluruh tubuh. Kalau sudah bisa bergetar maka ucapkan kata kata yang banyak huruf “M” nya, juga kalimat.

Ini adalah rahasia kekuatan resonansi pemain teater.  Para penyanyi paduan suara serta pemain kungfu juga menggunakan latihan “M” ini. Maka selain untuk melatih daya konsentrasi juga bagus untuk kelancaran peredaran darah dan pencernaan. Luar biasa seni drama/teater efeknya bagi kehidupan nyata.

Phrasing (tekanan)


Setiap kalimat pasti mengandung isi pikiran dan perasaan. Pemain drama/teater harus memiliki kepiawaian untuk mewujutkannya. Maka diperlukan latihan menggunakan tehnik phrasing agar apa yang perlu ditonjolkan dari sebuah kalimat bisa tertangkap penonton. Satu kalimat yang sama karena tekanan pada tiap kata berbeda maka artinya akan berbeda juga.

Ada 3 tehnik tekanan kata yakni : tekanan dinamik, tempo dan nada.

Contoh :

1. Tekanan dinamik:  Saya suka melukis.  
                               Saya  suka  melukis.
                               Saya  suka  melukis.

Yang dicetak tebal dan digaris bawahi ucapkan dengan diberi tekanan lebih dari yang lain. Dari kalimat yang sama karena beda beda yang diberi tekanan maka arti kalimat jadi berbeda.
       
2. Tekanan tempo  :   Saya suka me-na-ri.
                               Saya su-ka menari.
                               Sa-ya suka menari.

Penekanan pada kata yang ditonjolkan tersebut lebih  diperpanjang tiap suku nya.

3. Tekanan nada :   

Penekanan pada nada atau lagu kalimat atau kata akan menggambarkan perasaan yang sedang bicara.

          Contoh : Cantik sekali kamu.

Ucapkan kalimat tersebut dengan rasa heran, kagum, marah, sinis, mengejek; maka akan berbeda beda nadanya. Perhatikan juga tekanan dinamik dan tempo yang dipilih.

Oleh karenanya ketika membaca naskah maka berilah garis bawah pada setiap kata yang perlu diberi phrasing. Dengan demikian pemain drama tidak akan berdialog hanya sibuk dengan berlagu atau bernada yang sama untuk setiap kalimat.  Barulah akan terdengar seorang pemain “bicara” bukan hanya mengucapkan hafalan.

Nada & Irama


Suara tentu saja punya nada yang harus kita miliki. Kita harus mampu bicara cepat, lambat, tinggi, rendah, berbisik yang tetap enak didengar oleh penonton. Latihan dengan not “do re mi fa sol la si do” dengan berbagai variasi warna  nada, ritme, irama suara serta variasi sikap tubuh dan  pendek panjang nafas,  lemah kuat tekanan nafas; maka akan melatih untuk  kenal serta menguasai dan memainkan irama dengan baik. Nyanyikan setiap kalimat dengan berbagai teknik phrasingnya. Pemain teater perlu memiliki suara yang merdu, melodius, bersih dan lantang.

Irama adalah perubahan dari saat ke saat sepanjang pertunjukkan. Perubahan vokal, acting,bloking,gesture,nada dsb.

Tempat dan waktu latihan


Latihan vokal ini bisa dilakukan dalam ruang tertutup dan juga bagus diruang terbuka seperti di pantai, gunung, hutan dimana kita akan mendapat tantangan yakni debur ombak, angin gunung, keheningan hutan.

Waktu latihan pagi, siang, sore dan malam pun tentu ada perbedaannya karena keadaan cuaca dan batin kita sangat besar pengaruhnya. Juga dibawah panas sinar matahari dan hujan.  Menyatu dengan kekuatan alam tersebut akan memperkuat daya vokal kita. Suara kuat, keras, tapi bukan berteriak.

Jika berlatih dengan kawan maka buat jarak mulai 1 meter hingga sejauh jauhnya. Terutama untuk melatih suara desis, berbisik yang bagaimanapun sebagai pertunjukan teater harus didengar penonton namun tetap kesannya berbisik.

Senam mulut


Bibir bagian atas dan bawah serta lidah sangat diperlukan kelenturannya. Untuk itu tidak perlu malas untuk senam mulut yang melibatkan gerak bibir atas maupun bawah serta lidah. Membuka lebar, menarik kesamping kiri kanan, memutar bibir dan lidah serta berbagai bentuk bibir dan lidah dapat dilakukan secara intensif sehingga alat bicara kita lentur dan tidak mengganggu dalam membentuk huruf dan bunyi. Umumnya jika bicara kita malas menggerakkan bibir dan lidah dan ini adalah penyebab utama ketidak jelasan artikulasi ketika bicara.


Jakarta 17 Maret 2020.
(bersambung)

Ads