Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olahrasa (Bagian Enam) -->
close
Pojok Seni
30 March 2020, 3/30/2020 03:50:00 AM WIB
Terbaru 2020-03-29T20:50:21Z
Materi Teaterteater

Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olahrasa (Bagian Enam)

Advertisement
Rudolf Puspa, Teater Keliling (foto: Kumparan)
pojokseni.com - Dalam artikel ini, Rudolf Puspa (Teater Keliling Jakarta) akan memberikan arahan dan tata cara latihan dasar olahrasa yang sangat diperlukan bagi seorang aktor teater. Namun, sebelum ke latihan dasar olahrasa, ada baiknya menyimak catatan latihan dasar teater sebelumnya.

Berikut daftarnya


  1. Catatan Rudolf Puspa: Sebagai Aktor dan Sutradara Pemula (bagian 1)
  2. Catatan Rudolf Puspa: Latihan Aktor Pemula (BAGIAN KEDUA)
  3. Catatan Rudolf Puspa; Teknik Dasar Latihan Teater, Olah Vokal (bagian 3)
  4. Catatan Rudolf Puspa: Latihan Dasar Olah Bentuk, Gerak, Bunyi dan Komposisi (Bagian Keempat)
  5. Catatan Rudolf Puspa Teknik Dasar Teater: Teknik Muncul, Gerakan, Tempo, Proyeksi dan Klimaks (Bagian 5)


Bila sudah menyimak semuanya, mari masuk ke bahasan berikutnya yakni latihan dasar olahrasa.

Latihan Dasar Olahrasa Teater


“Rasa” adalah kekuatan serta kekayaan yang sangat dahsyat yang ada pada manusia. Jika tak mampu melatih dan menguasainya maka bisa sangat berbahaya. Orang bisa sakit jiwa akibat rasa dendam atau benci yang tak terselesaikan. Orang jadi lemas oleh rasa geli yang berkepanjangan. Maka dalam seni teater olah rasa sangat diperlukan agar kita mampu menakar sesuai keperluan. Dan teater yang dimainkan tanpa rasa maka bagai sayur tanpa garam atau hidup tanpa darah.

Apa yang kita rasakan pun masih sering tidak sesuai dengan yang diterima penonton. Asinnya masakan seseorang belum tentu sesuai dengan asinnya orang lain. Maka yang lebih sulit namun harus dimiliki pemain adalah mampu menyampaikan apa yang dirasakan dan pada saat yang sama mampu menerima perasaan penonton atas apa yang kita rasakan.

Beberapa latihan dasar olahrasa dapat dilakukan :


1. Merasakan getaran tubuh


Berdiri dengan tangan terentang kekiri dan kekanan. Mata dipejamkan dan tubuh relaks.  Atur nafas dengan baik dan benar. Kemudian mulai dengan merasakan jalannya udara masuk melalui hidung terus ke paru paru, ke perut dan seluruh tubuh dan keluar lagi. Jika sudah teratur mulailah merasakan seluruh anggota tubuh mulai ujung kepala hingga telapak kaki. Selengkap mungkin dan lakukan satu persatu sampai benar benar mengenal dan merasakan seluruh anggota tubuh.

Dalam latihan olah rasa ini harap berhenti berpikir. Kita istirahatkan pikiran, otak kita. Hanya merasakan secara penuh. Mulai dengan tubuh bagian luar hingga lama kelamaan dengan yang ada didalam seperti jantung, ginjal, usus, kerongkongan dll. Jangan berkayal apapun tapi hanya merasakan tangan sebagai tangan, kepala sebagai kepala, hidung ya hidung dsb secara nyata apa adanya.

Tubuh memiliki getaran dan pada latihan olah rasa ini getaran tersebut akan muncul. Walau kurang tepat tapi getaran itu seperti “semutan”. Rasakan saja getaran yang timbul di bagian manapun. Suatu ketika getaran tersebut akan timbul dari seluruh tubuh kita.

Selanjutnya getaran tersebut akan menimbulkan gerakan dan kita ikuti saja gerak tersebut. Jangan dilawan atau ditahan atau dipikirkan atau buka mata sebab akan membuat kita pening. Yang terpenting adalah kita tetap dalam keadaan sadar dan tau semua gerakan yang muncul dan dapat melihatnya secara konkrit apa adanya melalui daya bayang kita. Harap diingat ini bukan ilmu kesurupan atau sejenisnya.  Karena teater adalah seni yang diciptakan melalui kesadaran.

Setelah dinyatakan selesai maka pelan pelan lepaskan segala gerak dan relaks kembali lalu baru pelan pelan buka mata dan kemudian lihat diri sendiri serta lingkungannya. Untuk mengecek kesadaran kita maka dapat dilakukan dengan menceritakan kembali secara urut apa yang telah terjadi selama berlatih tadi. Latihan bisa dilakukan setengah jam dan secara berkala sehingga tampak akan semakin cepat merasakan dan mengikuti getaran tubuh. Latihan ini sering disebut penghayatan tubuh, gerak tanpa beban, olah rasa.

Sebaiknya untuk pemula latihan ini ada pemandunya yang menguasai jenis latihan olah rasa seperti ini. Jika sudah dinyatakan mahir oleh pelatih maka jadikan olah rasa sebagai latihan rutin secara pribadi. Bisa hanya 10 menit atau lebih tergantung kemauan dan kemampuan masing2.

2. Merasakan benda sekitar


Berdiri relaks dan atur pernafasan dengan benar. Pejamkan mata dan rasakan tubuh hingga timbul getaran. Buka mata dan lihat benda didepan (kursi, batu, cincin, rantai, atau apa saja yang termasuk benda mati). Rasakan bentuk benda tersebut dari jauh dan jika timbul gerakan untuk mengikuti bentuk benda tersebut lakukan dengan tetap dalam kesadaran dan tau apa yang terjadi.

Oleh sang pelatih benda tersebut dapat diubah ubah tempatnya dan juga ditambah dengan benda lain atau diganti atau dihilangkan.

Latihan ini dapat dikembangkan dengan melihat tetumbuhan atau binatang. Dan setelah dinyatakan selesai maka sebaiknya menceritakan pengalaman dalam latihan tadi.

3. Rasa melalui sentuhan.   


Masih dengan benda atau tetumbuhan, di ruang tertutup atau di alam terbuka. Setelah mampu merasakan gerak dan menguasainya dengan benda-benda dan tetumbuhan maka ditingkatkan dengan meraba benda serta tetumbuhan tersebut. Melalui alat peraba yang dimulai dengan tangan, akan dapat merasakan keras, lunak, halus, kasar, melalui mata melihat warna serta melalui telinga mendengar bunyi  yang timbul ketika dipukul atau digigit. Selanjutnya selain tangan juga kaki, leher, punggung, dada, jidat dsb sehingga seluruh tubuh kita memiliki kekuatan merasakan secara menyeluruh. Ingat jangan berkayal. Benda tetap nyata sebagai benda yang terlihat.

Latihan seperti ini bisa dilanjutkan dalam hujan, di aliran sungai, danau, laut, mendaki gunung, atau dimana saja kita berada dalam cuaca siang ataupun malam. Dalam latihan ini sudah harus mengikutkan pendengaran kita terhadap suara yang ada disekitar tempat berlatih yang juga akan menambah getaran yang menggerakkan kita.  Ingat tetap tutup mata.
         
Jika sudah mencapai tingkat yang mahir maka latihan bisa dilanjutkan dengan kawan yang sama tingkat latihannya. Saling melihat dan saling mengikuti gerak yang timbul baik dari diri sendiri maupun dari lawannya. Dengan latihan teratur akan dapat menciptakan komposisi gerak atau bloking yang teratur, tepat takarannya dan indah dilihat.
         
Jika pada akhirnya latihan ini telah menyatu dalam hidup seorang pemain maka dimanapun berada ia akan selalu hadir dengan daya tarik yang sangat kuat. Dalam diampun orang yang ada disekitar akan memberi perhatian pada kehadiran kita. Nah bukankah seni teater sangat memerlukan kekuatan ini?  Perlu waktu memang, namun akan teratasi oleh disiplin kita untuk berlatih secara rutin.

Olah rasa ini sangat besar manfaatnya karena dengan cara ini sebenarnya kita juga melatih seluruh pancaindera, gerak, memberi isi kata kata, expresi wajah dan tubuh, berkomunikasi dengan lawan main dan penonton secara lahir batin dan yang sangat penting adalah sadar dan tau setiap gerak dan setiap kata yang keluar dari dirinya sendiri serta lawan mainnya.

Dari kekuatan “rasa” lah seorang pemain teater mampu menampilkan gerak, acting, laku, suara yang menggetarkan serta menyentuh penonton sehingga terjadilah komunikasi dua arah dan itulah sebuah pertunjukan yang berhasil.

Rudolf Puspa
Jakarta 19 Maret 2020.


(bersambung)

Ads