Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia yang Awalnya Salah Kaprah -->
close
Pojok Seni
16 October 2017, 10/16/2017 03:33:00 AM WIB
Terbaru 2017-10-15T20:34:20Z
Artikel

Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia yang Awalnya Salah Kaprah

Advertisement



pojokseni.com - Harus kita akui bahwa Bahasa Indonesia yang berakar dari Bahasa Melayu, juga menyerap banyak bahasa lainnya untuk menambah pembendaharaan kata. Bahkan, bahasa asing yang ikut termasuk ke dalam Bahasa Indonesia cukup banyak mulai dari Bahasa Portugis dan Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris, China, Jepang, Arab dan Yunani. Penyerapan bahasa terjadi dengan 4 cara, antara lain Adopsi, Adaptasi, Penerjemahan dan Kreasi.

Adopsi berarti, kata bahasa asing dijadikan Bahasa Indonesia tanpa ada perubahan kata sedikitpun. Misalnya terjadi pada kata Mall, Kwetiau, Supermarket dan sebagainya. Adaptasi berarti kata serapan dirubah sesuai dengan lidah atau tata bahasa Indonesia, seperti kata transportasi, signifikan, dan sebagainya. Penerjemahan, berarti bahasa asing akan diterjemahkan terlebih dulu, sehingga menemukan kata baru dalam bahasa Indonesia, misalnya percepatan, warganet dan lain-lain. Sedangkan cara kreasi berarti mencari padanan kata yang sesuai dengan Bahasa Asing. Berbeda dengan penerjemahan, khusus untuk kreasi diperbolehkan dua kata Bahasa asing hanya diartikan sebagai satu kata dalam Bahasa Indonesia. Begitu pula sebaliknya.

(Baca juga : Empat Cara Bahasa Indonesia 'Menyerap' Bahasa Asing)

Namun, dalam proses penyerapan bahasa Asing, ada beberapa kata yang tentunya dimulai dengan salah kaprah. Dikutip dari sebuah buku berjudul “9 dari 10 Bahasa Indonesia adalah Asing” karya Alif Danya Munsyi (Remi Sylado), ditemukan ada beberapa kata yang cukup unik proses pengambilannya, dan akan kita ulas satu persatu di bawah ini.

1. Betawi


Pertama, Betawi. Kata Betawi yang merujuk ke suku asli penghuni Kota Jakarta berasal dari Batauia atau Batavia. Yah, ketika berada di bawah kekuasaan Belanda, Jakarta bernama Batavia. Sehingga penduduk Jakarta disebut sebagai orang Batauia yang menurut lidah Indonesia disebut pula Betawi. Batavia merujuk ke sebuah bangsa Jermanik yang juga menjadi nenekmoyang Belanda. Batavia juga merupakan nama sebuah kapal besar yang dibawa oleh VOC berlayar menuju Jakarta, sehingga daerah tersebut diberinama Batavia.

2. Kompeni


Kedua, Kompeni. Kompeni saat ini merujuk ke penjajah kolonial Belanda. Konotasi negatif dari kata kompeni, bahkan masih terasa hingga hari ini. Kata kompeni terserap secara tidak sengaja, karena berasal dari kata compagnie yang berarti persatuan, perusahaan dan sejenisnya sama dengan company dalam Bahasa Inggris. Kenapa kata kompeni bisa berarti penjajah, sebab VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang berkuasa di Indonesia pada era sebelum 1942, atau sebelum Jepang. Dari kata terakhir "compagnie" akhirnya masyarakat menyebut orang Belanda yang datang tersebut sebagai kompeni.

3. Meriam


Ketiga, Meriam. Kata Meriam saat ini merujuk ke sebuah senjata berat yang bisa menghancurkan bangunan dengan bentuk silinder dan pelurunya bulat. Dalam bahasa asing lainnya, senjata ini diberi nama "canon" (Inggris dan Belanda), Kenon (Portugis, Spanyol dan Jepang) jadi kenapa bisa menjadi meriam? Jawabannya adalah karena yang membawa meriam pertama kali ke Nusantara adalah Portugis, yang rata-rata beragama Katholik. Kata "meriam" disebutkan ketika akan meledakkan meriam merujuk ke nama Bunda Maria, ibu Yesus Kristus.

4. Minggu


Keempat, Minggu. Nama hari pertama dalam kalender masehi, yang juga menjadi hari terakhir dianggap dalam satu minggu, karena oleh kebudayaan barat disebut weekend atau akhir pekan. Minggu oleh Belanda dan Inggris disebut sunday, sundei dan sebagainya. Sedangkan Bahasa Melayu mengambil kata "Ahad" yang berarti satu untuk menyebutkan hari Minggu. Minggu lebih mirip dengan kata Dominggou, yang digunakan oleh Portugis untuk menyebut hari Minggu yang berarti hari ke gereja atau hari untuk beribadah. Jelas, ada kesalahpahaman sebelum warga mengambil nama "minggouw" menjadi minggu bukan?

(Baca juga : Asal Mula Kata 'Minggu' dan 'Meriam', Anda Pasti Tidak Menyangka!)

5. Cinta


Kelima, Cinta. Yah, cinta juga datang dari kata yang nyaris salah kaprah berasal dari bahasa Portugis dan Spanyol. Cinta dalam Bahasa Spanyol berarti Pita, sedangkan untuk kata "cinta" yang sebenarnya adalah "amor". Kenapa pita yang dalam bahasa Spanyol berarti "cinta" bisa menjadi "cinta" yang berarti kasih sayang di Indonesia? Kemungkinan ada hubungan dengan perayaan hari valentine atau hari kasih sayang yang juga dibawa Spanyol dan Portugis saat menyebarkan agama Kristen Katholik di Indonesia zaman dahulu kala.

6. Skenario


Kata selanjutnya yang diduga “salah serap” adalah skenario. Skenario menurut KBBI berarti “rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci”. Berarti, scenario dalam Bahasa Indonesia, berupa naskah cerita, naskah drama, naskah film atau bisa kita artikan sebagai sebuah karya tulisan. Namun, dari asal katanya yang merupakan Bahasa Spanyol, Escenario ternyata berarti panggung. Yah, panggung dalam arti sesungguhnya, stage dalam Bahasa Inggris. Kenapa “panggung” berubah menjadi “naskah”, tidak jelas asal-usulnya. Tapi, yang jelas di Indonesia, kata “skenario” dan “panggung” adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, namun jelas dua hal yang berbeda.

(baca juga : Download Naskah Drama)

7. Longser 


Sebuah pertunjukan teater tradisional di daerah Sunda dikenal bernama Longser. Dalam KBBI, Longser diartikan sebagai “hiburan rakyat (pemain musik, tukang sulap, dan sebagainya)”. Nah, tahukah Anda bahwa kata Longser ini ternyata berasal dari istilah Bahasa Inggris “Longer” yang disebutkan oleh seorang sutradara Prancis, menjadi /long-syer/ yang berarti berjalan sepanjang atau lanjutkan. Entah bagaimana, kata tersebut akhirnya menjadi nama dari pertunjukan yang sampai saat ini diberi nama Longser tersebut.

(baca juga : 10 Bentuk Teater Tradisional di Indonesia)

8. Sado


Kata terakhir yang diduga salah serap adalah Sado. Menurut KBBI, Sado berarti “kereta beroda dua yang ditarik oleh kuda; dokar, delman”. Kita juga sudah terbiasa dengan kata Sado, dan di beberapa daerah, Delman atau Dokar juga disebut Sado. Kata Sado berasal dari Bahasa Prancis yang dibawa tentara Belanda ke Indonesia, dos a dos. Dos a dos berarti duduk saling berpunggungan. Saat itu, tentara Belanda menyebut sado sebagai kendaran yang membuat pengemudi dan penumpangnya duduk saling berpunggungan. Itulah yang diduga menjadi musabab terciptanya kata “sado”.

Penulis : Adhyra Irianto

Artikel ini dibuat dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda akhir Oktober ini.

Ads