Manajemen Pertunjukan Seni, Cara Grup Kesenian Bertahan dan Menyejahterakan Anggota -->
close
Pojok Seni
19 August 2023, 8/19/2023 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2023-08-19T01:00:00Z
Artikel

Manajemen Pertunjukan Seni, Cara Grup Kesenian Bertahan dan Menyejahterakan Anggota

Advertisement
manajemen pertunjukan seni

Pojok Seni - Sanggar atau grup kesenian yang telah bertransformasi menjadi sebuah badan usaha, salah satu syarat mutlaknya adalah menerapkan manajemen pertunjukan dalam setiap pementasan. Manajemen pertunjukan seni pada dasarnya melakukan berbagai tindakan dengan fungsi-fungsi manajemen agar tujuan yang ingin dicapai bisa berhasil.


Karenanya, posisi seorang Manajer menjadi sangat penting dalam tubuh sebuah sanggar kesenian. Apalagi, sanggar kesenian yang mengandalkan pementasan/pertunjukan sebagai salah satu sumber penghasilan grup tersebut.


Sebelum berbicara lebih panjang tentang manajemen pertunjukan, akan sangat baik bila Anda membaca tentang Pengertian, Penerapan dan Tujuan Manajemen Pertunjukan Seni


Penting juga untuk menyimak sejumlah artikel di Pojok Seni terkait pendirian usaha sanggar seni. Beberapa artikel berikut mesti Anda baca sebelum membicarakan tentang manajemen pertunjukan seni.



Manajemen Pertunjukan Seni


Setelah membaca beberapa artikel yang terkait dengan legalitas usaha sanggar seni, maka pembicaraan berikutnya adalah bagaimana manajemen pertunjukan seni bisa dilakukan oleh setiap sanggar. Kesenian memang sebuah "panggilan jiwa", namun setiap produksi pertunjukan tentunya akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.


Di daerah-daerah misalnya, pertunjukan teater akan menghabiskan setidak-tidaknya Rp3 juta. Itu baru terhitung sewa gedung, tata artistik, sewa sound, cetak banner, spanduk, tiket, dan biaya promosi. Di kota-kota besar, biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar.


Bila biaya tersebut dibebankan terus menerus pada kas sanggar, maka dalam waktu beberapa tahun berjalan, sanggar tersebut akan terus merugi, bangkrut, dan akhirnya bubar. Sedangkan bila biaya tersebut hanya dibebankan ke Pemda baik kabupaten, provinsi, maupun pusat, maka akan ada masanya daerah tersebut mengutamakan pembangunan yang lain, sehingga grup seni yang "kurang suntikan dana" akan merana dan perlahan bangkrut.


Pemasukan bagi grup bisa dibilang hanya berasal dari tiga "jalur", yakni sponsor/donatur, kas sanggar, dan penjualan tiket/merchandise. Kas sanggar mesti tetap berisi, jadi berapapun yang dikeluarkan sebagai modal untuk mempersiapkan pertunjukan, akan dikembalikan lagi ke kas. 


Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sebenarnya sumber dana untuk mempersiapkan pertunjukan seni adalah sponsor dan penjualan tiket.


Di beberapa kota besar, tiket pertunjukan teater misalnya, sudah mulai dijual dengan harga mulai dari Rp250.000 sampai jutaan rupiah. Tapi di beberapa daerah, harga tiket dijual mulai dari Rp10.000.


Perhitungkan Dana yang Dibutuhkan dengan Cermat



Di daerah-daerah, sewa gedung pertunjukan dipatok sekitar Rp 1 juta ke atas untuk per hari. Sedangkan biaya untuk tata artistik, katakanlah untuk mempersiapkan pertunjukan teater bercorak realisme, membutuhkan dana setidak-tidaknya Rp 1 juta hingga Rp 2 juta ke atas. 


Biaya publikasi juga akan menghabiskan dana Rp1 juta hingga 2 juta, bila hanya mengandalkan publikasi melalui media sosial, jejaring, dan mencetak spanduk, tiket, banner, dan lain-lain. Maka, setidak-tidaknya grup teater membutuhkan Rp3 juta hingga Rp 5 juta.


Dengan tiket yang rata-rata hanya dijual Rp10.000 sampai Rp20.000, maka bila mendapatkan penonton sekitar 250 - 300 penonton per hari (jumlah tersebut adalah jumlah maksimal daya tampung gedung di daerah-daerah), penghasilan yang didapat dari tiket biasanya hanya sekitar Rp 3.750.000 hingga Rp 6.000.000 per satu pertunjukan.


Dengan biaya artistik yang sudah di angka Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, berarti dibutuhkan lebih banyak pemasukan untuk honor aktor, crew, dan lain-lain. Karena itu, dana dari sponsor akan sangat membantu.


Namun, semuanya akan kacau bila manajemen dan perhitungan dana sudah kacau balau dari awal. Bila keindahan karya merupakan kerja keras tim artistik yang dipimpin sutradara, maka manajemen pertunjukan adalah kerja keras tim produksi yang dipimpin oleh pimpinan produksi atau produser.


Bagaimana Seharusnya Pimpinan Produksi Bekerja?


Berbeda dengan sutradara yang mempertimbangkan keindahan karya, maka pimpinan produksi atau produser akan memikirkan bagaimana bisa efektif dan efisien untuk mencapai keindahan tersebut. Produser akan mempertimbangkan bagaimana pementasan bisa lancar tanpa terkendala, hasil atau visi artistik bisa tercapai, namun setiap pekerja dan seniman bisa nyaman, dan mendapatkan keuntungan dari pekerjaan tersebut.


Karena itu, bila sutradara dibantu oleh penata panggung, penata kostum, penata musik, dan lain-lain, maka produser akan dibantu oleh para manajer. Mulai dari manajer keuangan, manajer barang, manajer perlengkapan, manajer publikasi, dan sebagainya. Masing-masing manajer akan dibantu oleh timnya.


Produser dan manajer akan berusaha mencapai hasil yang terbaik, namun menjaga keharmonisan tim. Setiap manajer akan diberi tugas tertentu sesuai tupoksinya, sedangkan setiap manajer akan terus menyediakan waktu untuk mengingatkan timnya, apa yang akan mereka lakukan, juga akan mereka kejar.


Maka, apa yang harus dilakukan oleh setiap produser dan manajer antara lain:


- Mengingatkan diri sendiri, serta tim, tentang apa tujuan yang hendak dicapai

- Mengingatkan diri sendiri, serta tim, tentang konsekuensi, komitmen, dan tanggung jawab.

- Bekerja dan berperilaku sesuai dengan apa yang ingin dicapai.

- Memastikan semua tim paham dengan apa yang harus dikerjakan, serta apa tujuan yang ingin dicapai.

- Memberikan teguran pada setiap perilaku yang tidak sesuai, namun memberikan pujian pada setiap keberhasilan.

- Memotivasi, mencegah konflik, dan kalaupun terjadi konflik, maka mencari penanganan konflik yang paling tepat.

- Menyesuaikan diri, sesuai dengan situasi, dan apapun keadaan yang terjadi.


Setiap grup tentunya memiliki visi berbeda dengan pertunjukan yang diusungnya. Namun, setiap pekerja yang berada di dalam tim tersebut, bisa jadi masih belum menyadari visi dari grup itu. Atau, bisa jadi mereka juga mengerti visi grup, tapi memiliki visi lain lewat grup tersebut.


Setiap orang yang bergabung dengan grup kesenian, memiliki visi artistik sendiri. Namun, hal yang harus diingat adalah, setiap lingkungan memiliki prinsip-prinsip dasar yang berlaku di tempat itu. Produser dan manajer bertugas untuk memastikan visi dari setiap orang yang bergabung dengan satu grup atau tim itu tidak bertabrakan dengan prinsip dasar yang sudah berlaku.


Sistem Manajemen


Dalam persiapan pertunjukan, ada dua lini yang saling mendukung yakni lini artistik dan lini produksi. Setiap lini semestinya berisi orang-orang yang paham dengan sistem kerjanya. 


Terkait prinsip dasar yang sedikit disinggung sebelumnya, maka dua lini berbeda ini juga akan memiliki prinsip-prinsip yang berbeda. Nah, prinsip inilah yang disebut dengan manajemen.


Setiap prinsip ini mesti memiliki keterkaitan yang direncanakan. Ini yang kemudian membentuk sebuah sistem manajemen. 


Setiap orang yang berada di lini artistik, akan memiliki visi yang baik pada keindahan karya, namun kurang baik menangani masalah anggaran. Begitu juga sebaliknya, orang yang berada di lini produksi akan dengan baik melihat segmentasi market, kemungkinan brand yang bisa diajak bekerja sama, serta masalah anggaran, namun akan sedikit "bermasalah" ketika hal itu menjadi pijakan dasar pembuatan karya.


Karena itu, kedua lini ini memiliki sistem sendiri. Ketika seseorang bergabung dengan grup kesenian, ia mesti menyadari berada di mana ia seharusnya. Tempat ia berdiri, memiliki prinsip, tupoksi, dan tanggung jawab yang berbeda dengan orang lain. Maka, ia juga mesti menyadari apa yang mesti dikerjakan untuk mencapai tujuan organisasi.


Dengan menyadari tujuan dari tim, maka setiap orang akan memiliki banyak peluang untuk mengembangkan inisiatif, kreativitas, dan berpikir kritis. Ia tahu apa yang harus dilakukan, maka ia tahu juga bagaimana cara terbaik menyelesaikannya, serta mendapatkan hasil terbaik untuk mendukung kerja dalam tim.


Apabila setiap anggota tim memiliki kesadaran, komitmen, kemampuan, dan tanggung jawab yang sama, maka roda manajemen pertunjukan bisa berjalan dengan baik. Setiap orang adalah pekerja, bukan pembantu. Ia juga berhak memberikan pendapat, bila perlu berdebat, agar jalan yang lebih efektif bisa dicapai.


Intinya, semua hal di atas ditujukan untuk satu hal yang utama, yakni mencapai tujuan bersama dengan efektif dan efisien. Hal berikutnya yang ingin dicapai ialah, mendapatkan keuntungan atau laba. Jangan terbalik, dengan menomorduakan hal yang utama, serta mengutamakan hal yang "berikutnya".

Ads