Kaum Absurd di Luar Prancis -->
close
Pojok Seni
26 December 2019, 12/26/2019 08:35:00 AM WIB
Terbaru 2019-12-26T01:35:43Z
Materi Teaterteater

Kaum Absurd di Luar Prancis

Advertisement
Pementasan End Game karya Samuel Beckett

pojokseni.com - Bicara tentang teater absurd, tentunya tidak lepas dari Prancis, khususnya Paris. Kaum absurdis memang dikenal besar dan berkembang di kota mode itu. Sebut saja nama-nama seperti Samuel Becket, Eugene Ionesco, Jean Genet, juga nama-nama pemikir seperti Albert Camus dan Jean-Paul Sartre.

Namun bukan berarti absurd hanya berkembang di Prancis. Di luar Prancis, sejumlah nama juga memiliki karya yang dikenal hingga saat ini. Di Indonesia misalnya, tentu kita tidak bisa mengenyampingkan nama Iwan Simatupang yang pengaruh absurdnya sangat kental terasa.

Perbedaan utama tampak dari nada pesimis yang begitu kuat pada karya-karya teater absurd di Prancis, tidak begitu terasa di luar Prancis. Misalnya, nama dramawan masyur dari Inggris, Harold Pinter yang di era 50-an akhir dan 60-an mampu memengaruhi dunia dengan karya-karyanya seperti Pesta Ulang Tahun dan Sang Pelindung.

Selain nama Harold Pinter, nama NF Simpson dengan salah satu karyanya Bandul Satu Arah, juga menjadi salah satu nama yang cukup berpengaruh. Kedua nama asal Inggris ini karyanya terasa seperti farce sekaligus nonsense, hal yang membedakannya dengan karya kaum absurdis di Prancis.

Amerika Serikat juga memunculkan nama-nama yang memiliki pengaruh absurd. Meski harus diakui, pengaruh absurdnya tidak begitu banyak di karya-karya mereka. Sebab, pesimisme tidak punya akar di negara Paman Sam ini, sehingga karya absurd tidak begitu kental terasa. Namun, nama-nama penulis besar seperti Edward Albee, Jack Gelber dan Arthur L Kopit memiliki karya yang sedikit banyak karyanya terpengaruh absurd.

Kembali ke Eropa, ada nama Friedrich Duerenmatt yang sudah ada sejak era 20-an. Saat itu, dadais sedang kencang terasa pengaruhnya di Swiss menjadikan karya Friedrich Duerenmatt menjadi terasa pengaruh absurdnya. Karyanya cenderung "menghukum" dan "meneror" penonton, sehingga penonton diharapkan untuk mencari upaya atau jalan keluar dari keadaan tersebut, meski harapannya sangat tipis. Penonton diminta untuk mencemooh dunia, dan lebih berani untuk hidup.

Pentas Biduanita Botak, karya Eugene Ionesco

Sedangkan nama-nama yang disebut paling awal, Beckett dan Ionesco misalnya, juga bukan berasal dari Prancis, namun berkarya dan belajar di negara itu. Beckett lahir di Irlandia, sedangkan Ionesco lahir di Rumania.

Pengaruh absurd bisa dibilang sedemikian kencang di era itu. Kondisi dunia, apalagi semakin hari, semakin absurd. Hasilnya, teater absurd hadir sebagai gerakan yang menolak konvensi lama, khususnya yang belum menemukan norma baru bagi persoalan modern. Kebenaran bisa ditemukan dengan panca indra, pengetahuan dan lain-lain. Namun tidak dengan moral. Standar moral yang ditetapkan sejak dulu, dianggap tidak akan pernah bisa menjadi patokan standar moral yang universal.

Teater absurd juga disepakati menjadi jalan yang ditempuh menuju teater masa depan, di zaman modern ini. (ai/pojokseni)

Ads