Kenapa Seksisme Menjadi Identitas Dangdut Koplo -->
close
Pojok Seni
04 March 2019, 3/04/2019 03:47:00 PM WIB
Terbaru 2019-03-04T08:47:41Z
ArtikelMusik

Kenapa Seksisme Menjadi Identitas Dangdut Koplo

Advertisement

Penulis: Muhammad Andre Kurniawan*

Ada begitu banyak hal yang tidak bisa dilepas dari dunia ini. Beberapa di antaranya adalah malam dengan hiruk-pikuk nya, rokok dengan pemanciknya, biduan dengan organ tunggalnya, dangdut yang identik dengan goyangannya. Pernyataan-pernyataan tersebut memang terkesan memaksa, namun begitulah realitasnya. 

pojokseni.com - “Dangdut is music of my country” begitulah lirik bahkan menjadi judul lagu yang dinyanyikan grup band Project Pop sejak tahun 2003. Genre musik dangdut yang menjadi trend pada tahun itu, bahkan mengalahkan genre-genre lain.

Apalagi, kehadiran Inul Daratista dengan “goyang ngebor”-nya membuat semakin kuat trend musik dangdut pada saat itu. Kekuatan musik dangdut yang identik dengan pukulan gendang dan alunan seruling ditambahi balutan goyangan dari penyanyinya telah membius ke berbagai lapisan masyarakat penikmat musik dangdut bahkan menembus lintas generasi.

Hari ini, musik dangdut sudah menjadi hiburan masyarakat indonesia masa kini. Tidak lengkap rasanya, sebuah acara hiburan di gang-gang sempit bahkan di klub sebesar “bosche” pun dalam setahun tidak absen mendatangkan penyanyi dangdut untuk menghibur tamu penikmat dunia gemerlap di Yogyakarta.

Siapa lagi yang tidak mengenal musik dangdut, bahkan Raja Dangdut pun berasal dari Indonesia. Rhoma Irama dan Soneta Grup Band menjadi pembuka ikon musik dangdut pada zamannya.


Berbeda pada hari ini, identitas musik dangdut yang dibawa pelantun “begadang jangan bedagang, kalau tiada artinya” itu telah bergeser nilai. Lirik lagu yang berbau dakwah dari bang haji Rhoma pun tidak lagi diikuti oleh penyanyi-penyanyi dangdut zaman sekarang.

Menjual aksi panggung berupa “goyangan” telah menjadi trend yang diusung penyanyi dangdut wanita zaman sekarang. munculnya penyanyi-penyanyi seperti Dewi Persik dengan “goyang gerjaji”-nya , Duo Serigala dengan “goyang dribel”nya, sampai Siti Badriah pelantun lirik “emang lagi manja, lagi pengen dimanja” pun menjual goyang yang juga seksi dalam aksi panggungnya.

Hal itu, banyak dimanfaatkan penyanyi dangdut zaman sekarang untuk meraih ketenaran secara cepat di jagat hiburan musik dangdut indonesia.

Artikel Berkaitan:


Goyangan-goyangan khas yang dibawa penyanyi dangdut zaman sekarang sudah menjadi konstruksi konsep bahwa ekosistem musik dangdut sekarang “berbau seksisme”. Menjual lirik berdakwah dan konsep aksi panggung yang tidak lagi terstruktur seperti zamannya “bang haji Rhoma” .

Namun, hal itulah yang laku dijual untuk penikmat musik dangdut zaman sekarang. Hal ini, bukan lagi persoalan masalah stuktur, estetika lirik, bahkan konsep yang diusung, melainkan persoalan yang lebih urgent yaitu ketenaran dan ekonomi.


*Mahasiswa Penikmat Musik Dangdut

Ads