Kenapa Ekranisasi Bumi Manusia Jatuh ke Tangan Hanung? -->
close
Pojok Seni
31 May 2018, 5/31/2018 03:17:00 AM WIB
Terbaru 2018-05-30T20:17:35Z
ArtikelSastra

Kenapa Ekranisasi Bumi Manusia Jatuh ke Tangan Hanung?

Advertisement
Bumi Manusia segera difilmkan


pojokseni.com - Ada banyak pertanyaan yang timbul, apa penyebabnya proyek ekranisasi novel sekaliber Bumi Manusia yang merupakan karya sastrawan Indonesia berkelas internasional, Pramoedya Ananta Toer bisa jatuh ke tangan sutradara Hanung?

PojokSeni mencoba mengumpulkan beberapa bahan yang sudah dirilis ke publik sejak tahun 2000-an. Saat itu, nama sutadara asal New York, Amerika Serikat yang pernah memenangkan banyak penghargaan, termasuk Oscar, yakni Oliver Stone disebut-sebut mendatangi Pram untuk membeli rights novel tersebut.

Sutradara yang terkenal dengan "teori konspirasi" dalam filmnya tersebut sudah melewati proses tawar menawar dengan Pram. Hasilnya, Pramoedya mengatakan, apabila ada sineas asal negerinya yang ingin memfilmkan Bumi Manusia, maka tawaran dari Oliver Stone akan ditolak.

Saat itu, muncul beberapa nama dan rumah produksi yang disebut-sebut berhasrat untuk memfilmkan Bumi Manusia. Mulai dari PT Elang Perkasa, Citra Sinema sampai teranyar Falcon. Dari beberapa nama rumah produksi tersebut, beberapa nama sutradara kenamaan disebut-sebut akan mengekranasi novel dari Pulau Buru satu ini. Sebut saja Mira Lesmana, Riri Reza, Salam Aristo, Anggy Umbara dan Garin Nugroho.

Lantas kenapa Hanung?

Hanung Mendapat Penolakan 2 Kali


Hasrat Hanung Bramantyo untuk mengadaptasi Bumi Manusia sudah muncul sejak kedatangan Oliver Stone menemui Pram. Sebagaimana diceritakan oleh Astuti Ananta Toer, anak Pramoedya Ananta Toer. Penolakan pertama didapatkan Hanung ketika ia masih berstatus sebagai mahasiswa. Hanung dengan percaya diri mendatangi Pram untuk mendapatkan izin mengadaptasi Bumi Manusia ke layar lebar. Sayangnya, permintaan itu ditolak oleh Pramoedya Ananta Toer sendiri.

Setelah itu, nama Garin Nugroho menguat sebagai kandidat yang akan menjadi sutradara proyek ini. Bahkan, Garin sudah menandatangani kontrak bersama Dedy Mizwar dari PT Elang Perkasa dengan Citra Sinema. Garin juga sudah menggaet Jujur Prananto sebagai penulis naskah. Sayangnya, kabar itu menghilang begitu saja.

Setelah Salman Aristo dan Anggy Umbara sempat disebut-sebut akan menjadi sutradara film ini, saat itu Falcon Pictures sudah resmi mengantongi rights dari Bumi Manusia. Tapi, Falcon ternyata menunjuk Hanung sebagai sutradaranya.

Saat inilah, Hanung kembali mendapat penolakan. Tapi bukan dari Pram, melainkan dari Salman Aristo. Waktu itu, Hanung meminta Salman Aristo sebagai penulis naskah, namun Salman mengaku tidak siap dan menolak permintaan tersebut.

Beruntungnya, ketika Hanung meminta kedua kalinya, permintaan tersebut disetujui oleh Salman Aristo. Saat itu, mulailah proses penggarapan film ini.

Mencoba Adil Sejak Dalam Pikiran


Kabar ekranasi Bumi Manusia tentunya memberi angin segar bagi para pecinta sastra Indonesia. Sayangnya, Hanung justru mengeluarkan sejumlah pernyataan yang kontroversial. Seperti salah satunya, novel Ayat-Ayat Cinta karya Habibburahman El Shirazi itu jauh lebih berat dari Bumi Manusia-nya Pram. Belum cukup sampai di situ, Hanung juga mengeluarkan statemen bahwa Bumi Manusia itu "hanya" bercerita tentang kisah cinta ABG.

Hasilnya, proyek Hanung malah mendapat cibiran dari penikmat sastra, khususnya penggemar novel satu ini. Kelanjutannya, semua keputusan Hanung juga mendapat penolakan. Seperti penunjukkan Iqbaal sebagai pemeran Minke dan Maria Eva De Jongh yang memerankan Annelies. Keputusan tersebut dianggap publik hanya sebagai penarik minat kaum milenial dengan tujuan profit belaka.

Beberapa media, hingga media opini, menyampaikan pandangannya terhadap tindakan "berlebihan" dari para penggemar Bumi Manusia tersebut. Disebutkan, kenapa tidak mencoba adil sejak dalam pikiran? Coba saja tonton filmnya dulu, baru kemudian berpendapat dan melontarkan kritik.

Kesimpulan dari berbagai opini tersebut adalah: "Tunggu filmnya, baru sampaikan pendapat. Meski buku yang ditulis dengan banyak sejarah kelam, juga pernah menjadi buku yang ditolak dan dibredel, tentunya Bumi Manusia dianggap tetap sebuah karya yang bisa diekranasi."

Bisa jadi seperti itu. Namun sepertinya Hanung musti siap-siap kali ini. Mencoba mengadaptasi Bumi Manusia, yang merupakan salah satu karya terbaik anak bangsa hingga hari ini, membuatnya harus siap dua kali dari sebelumnya. Kenapa? Karena akan ada banyak sastrawan, pengamat, kritikus sastra dan film yang sudah menyiapkan peluru untuk "angkat senjata".

Bagaimana kelanjutannya? Menarik kita tunggu.

Ads