Siap-Siap Kecewa, Hanung Anggap Bumi Manusia Tak Seberat Ayat-Ayat Cinta -->
close
Pojok Seni
29 May 2018, 5/29/2018 10:05:00 AM WIB
Terbaru 2018-05-29T03:05:48Z
ArtikelSastra

Siap-Siap Kecewa, Hanung Anggap Bumi Manusia Tak Seberat Ayat-Ayat Cinta

Advertisement
Hanung Bramantyo, Mengartikan Bumi Manusia dengan Sembrono

pojokseni.com - Pecinta sastra di Indonesia bersiap untuk kecewa. Meski karya monumental, salah satu karya terbaik dari seorang penulis terbaik, "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer akan segera difilmkan, ternyata itu bukan menjadi kabar baik.

Sutradara film yang berjudul sama dengan novelnya tersebut, Hanung Bramantyo telah membuat berbagai "terobosan" yang bahkan sudah melukai hati pecinta Pram di Indonesia. Mulai dari dua aktris pendatang baru, yakni Mawar Eva de Jongh dan Iqbaal Ramadhan yang kebagian memerankan dua peran sentral di novel itu, Annelies dan Minke.

Keputusan Hanung "menyeret" sebuah karya sastra monumental ke arus milenial nan mainstream dianggap memecundangi mahakarya yang lahir di Pulau Buru, Maluku tersebut. Ketidaktahuan Hanung tentang kedalaman pesan dari Bumi Manusia juga disebutkannya dalam wawancaranya bersama CNN Indonesia. (Bisa Baca di sini lengkapnya >> CNN Hanung: 'Bumi Manusia' Itu Soal Cinta Minke dan Annelies)


Intinya, dikatakan oleh Hanung bahwa kisah di dalam Bumi Manusia, novel yang digadang-gadang sebagai novel berat dan konsumsi budayawan itu, ternyata "hanya" berisi soal cinta antara Minke dan Annelies. Jadi, dari statemen tersebut, sudah terbayang ke mana arah film Bumi Manusia tersebut, bukan?

"Itu sebetulnya kan cinta yang sekarang, Minke itu memutuskan untuk 'gue berani ayok kita ke sana,' baru kemudian Minke dan temannya saling bersaing. Seperti kisah sekarang, tapi diletakkan pada masa tahun 1900-an," kata Hanung seperti dilansir dari CNN.

Hanung: Ayat-Ayat Cinta Lebih Berat dari Bumi Manusia 


Masih dari berita yang sama, apa yang dikatakan Hanung tentang mahakarya seorang satu-satunya maestro sastra Indonesia yang dinominasikan berkali-kali untuk mendapat nobel sastra ini?
Tentunya akan membuat Anda panas dingin. Novel mahakarya tersebut, disandingkan oleh Hanung dengan novel "best seller" karya Habiburrahman El Shirazi, Ayat-Ayat Cinta. Bahkan, disebut oleh Hanung, bahwa novel Ayat-Ayat Cinta itu lebih "berat" daripada Bumi Manusia.

"Karena Ayat-Ayat Cinta bicara tentang suami-istri, yang mau berpoligami, ada fitnah, pembunuhan segala macam. Lebih berat Ayat-Ayat Cinta dibanding Bumi Manusia. Itu menurut saya seperti itu," kata Hanung.

Pramoedya Disebut Kalah "Tenar" dengan Iqbaal

Pramoedya Ananta Toer

Jadi, tidak usah berekspektasi terlalu tinggi terhadap Bumi Manusia versi Hanung. Juga tidak usah berekspektasi terlalu tinggi pada "Minke" versi Iqbaal dengan "a" double tersebut. Justru, film ini kemungkinan adalah film yang meminjam judul novel dan nama besar Pram, tapi film yang berbeda.

Film ini adalah film kisah percintaan yang lebay antara dua tokoh yang meminjam nama tokoh yang muncul di Bumi Manusia, Minke dan Anelies. Hal itu juga ditegaskan oleh Hanung.

"Makanya mari kita membaca lagi Bumi Manusia disesuaikan dengan konteks zaman sekarang." 

Jadi buat Hanung, novel ini adalah novel yang sangat remaja. Tidak lebih berat dari "ayat-ayat cinta". Tapi mungkin disejajarkannya dengan novel "Dilan". Jadilah kisah FTV berlatar 1900-an, yang akan disajikan dengan tokoh dan judul meminjam dari buku pertama dari tetralogi Pulau Buru tersebut.

"Bumi Manusia adalah sebuah novel yang hebatnya adalah novel yang sangat remaja, sangat ABG, tetapi punya nilai konteks zaman yang langgeng, yang tidak pernah lekang," kata Hanung.

Iya, karena novel ABG itulah, kenapa novel itu harus dibakar oleh Orde Baru. Karena terlalu ABG! Dan tidak lebih berat dari Ayat-Ayat Cinta! Karena itukah Pramoedya Ananta Toer harus menghabiskan separuh hidupnya di penjara menjadi tapol? Siapapun yang membeli, membaca dan menyimpan bukunya ditangkap aparat?

Lebih hebat lagi ada yang mengatakan bahwa penulis "baru" bernama Pramoedya itu harusnya berterima kasih bukunya akan difilmkan dan si Iqbaal "berkenan"  menjadi pemerannya. Lebih parah lagi, ada yang menganggap bahwa nama Pramoedya Ananta Toer itu sebagai sebuah penyedia jasa layanan travel dan umroh.

Salah seorang akademisi, Ariel Heryanto berkomentar, ia berharap bahwa media yang memuat komentar Hanung terhadap novel Bumi Manusia adalah sebuah kesalahan kutip.

"Moga2 ini berita salah kutip. Moga2 ini media abal2.

Tapi kalau memang Hanung ngomong kayak gitu, gua jadi penasaran dia pernah baca novel Bumi Manusia apa ga ya?," kicau Ariel Heryanto seperti dirilis TribunNews.

Literasi dan Sastra Indonesia yang Rendah


Seorang penggemar Pramoedya Ananta Toer di Iman D Nugroho, di akun twitternya menulis:

"Generasi yang tidak kenal Pramoedya Ananta Toer dan karyanya, bukan masalah. Karena setiap generasi membangun sejarahnya sendiri. #Pram."

Sedangkan yang lainnya, yakni akun Doel menulis:

"Ada sih yang enggak kenal, bahkan enggak tahu siapa itu Pramoedya Ananta Toer, termasuk tetralogi novel Pulau Buru-nya. Dan menurut saya itu tak jadi masalah. Semua orang punya kadar pengetahuan yang berbeda"

Akun Flonoviadinda menuliskan:

"Kalo liat screenshot yg beredar bahwa anak-anak sekolah zaman skrg gatau siapa itu Pramoedya Ananta Toer, ya menurutku WAJAR. Soalnya di sekolah dikasih taunya cm soal puisi Chairil Anwar atau cuplikan cerpen Senyum Karyamin (Ahmad Tohari) dan novel Siti Nurbaja (Marah Rusli)."

Sedangkan yang lebih moderat dituliskan oleh akun Joe Swann2. Yakni:

"Falcon tentu gamau rugi. Semoga filmnya emang serius. Urusan bagus enggaknya urusan belakang. Terpenting adalah fans Iqbal tau bahwa bangsa ini punya penulis hebat bernama Pramoedya Ananta Toer."

Dari sejumlah pendapat di atas, tentunya kelihatan bahwa inti dari masalah orang Indonesia kebanyakan adalah minimnya literasi. Tidak dikenalnya nama Pramoedya Ananta Toer menunjukkan bahwa kecintaan mayoritas warga Indonesia terhadap sastra bisa dikatakan sangat kurang. Pram adalah novelis terbaik negeri ini, hingga saat ini. Berkali-kali dinominasikan meraih nobel sastra, serta mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award yang merupakan salah satu penghargaan bergengsi di dunia untuk bidang sastra, sudah menjadi bukti tak terbantahkan.

Tapi, menyalahkan si Iqbaal bahkan membuat semacam petisi tentu bukan hal yang tepat. Toh, si Iqbaal itu tidak tahu apa-apa, dan mungkin sekarang sedang dengan serius membaca novel Pram. Hanya ada satu nama tersangka di "kasus pelecehan" karya satu ini, Hanung Bramantyo!

Bukan tidak boleh difilmkan, toh tetralogi Pulau Buru juga sudah pernah dipentaskan "berkali-kali" di panggung Teater. Terakhir, Happy Salma dan kawan-kawan mementaskannya dalam lakon Bunga Penutup Abad. Happy Salma bahkan pernah bermain dengan lakon Nyai Ontosoroh disutradari WS Rendra. Dan tak pernah ada protes sampai saat ini!


Penulis : Adhy Pratama Irianto*

*Bukan sastrawan, bukan aktor, bukan pembuat film. Hanya penggemar Pram yang sedang kecewa.


Ads