Apa Cerita Dewan Kesenian Bengkulu? -->
close
Pojok Seni
26 May 2017, 5/26/2017 07:57:00 PM WIB
Terbaru 2017-05-30T23:18:22Z
ArtikelBerita

Apa Cerita Dewan Kesenian Bengkulu?

Advertisement

Penulis : Adhyra Irianto

Senja di kompleks Taman Budaya, Bengkulu, Kamis (25/5/2017). Matahari sudah tergelincir dari peraduannya, langit menjadi oranye. Cuaca tampak tak bersahabat, sesekali bunyi guruh dikilau teja bersahutan di ufuk langit. Namun, tidak mengurungkan niat sejumlah anak-anak tingkat SMA di kota itu untuk menyambangi sebuah kedai yang terletak di kompleks Taman Budaya. Kedatangan mereka disambut oleh Edi Ahmad, seorang pegiat seni dan sastra senior di Bengkulu. Anak-anak SMA tersebut kemudian berbincang tentang seni, estetika, sastra dan keindahan sebuah pertunjukan bersama pegiat seni senior tersebut.

Dengan segelas kopi, obrolan itu menjadi jauh lebih hangat dari cuaca yang tampak mendung. Sesekali gelak tawa menghiasi perbincangan mereka. Tentu saja, hal itu memberikan semangat berkesenian di Bengkulu yang sebelumnya terus memudar. Sekelompok pekerja seni terus berjuang di tengah kegetiran, tanpa perhatian, namun dengan menyisahkan semangat menjadikan seni tetap bergeliat di Bengkulu.

Bagi penulis, hal itu adalah salah satu peristiwa seni yang harus diapresiasi. Taman Budaya, yang sebelumnya sepi dari penggiat sastra, sekarang terus menjadi pusat peradaban tumbuhnya sastra di Bengkulu. Para pegiat seni sastra, teater dan seni rupa mulai mendapat angin segar, bukan berupa uang, tapi hembusan semangat dari generasi muda. Mulai dari siswa SD, SMP, SMA hingga mahasiswa mulai menjadikan Taman Budaya sebagai pusat kegiatan seni dan sastra.

Sesekali, ketika penulis menyambangi lokasi Taman Budaya pada malam hari, para pegiat seni juga terus berdiskusi. Entah berdiskusi tentang politik, pandangan hidup, ataupun rencana yang akan digelar dalam waktu dekat. Hasil dari diskusi perlahan terus terlihat, mulai dari pembenahan teater terbuka (Baca : Indahnya Mural diPanggung Teater Terbuka, Taman Budaya Bengkulu), bersih-bersih Gedung Teater Tertutup dan lain sebagainya.

Panggung Teater Terbuka yang dicat ulang oleh pegiat seni di Bengkulu.

Namun, seperti tindakan anak mencoba membersihkan rumah, namun tidak mendapat uang dari ibu untuk sekedar membeli cat atau sapu yang baru. Atau, membeli pelapon baru menggantikan yang bocor, atau sekedar membeli sekeping genteng untuk menambal bagian genteng yang lepas. Ada beberapa kegiatan yang bisa berjalan dengan semangat, tapi ada juga yang memerlukan lebih dari sekedar semangat. Juga butuh bantuan dana, perhatian dan lain sebagainya.

Panggung teater terbuka misalnya. Beberapa bulan yang lalu, keadaannya nyaris tak berbeda dengan padang rumput. Beberapa bagian semen tempat duduk penonton sudah hancur. Beberapa bagian keramik lantai panggung juga hancur. Bagian ganti pakaian belakang juga masih berantakan. Tentu saja, para pegiat seni yang biasa bercokol di Taman Budaya, dibantu dengan berbagai komunitas lainnya yang peduli dengan pusat kegiatan seni Bengkulu tersebut sudah melakukan awal yang baik dengan memperbaiki teater terbuka bersama-sama. Selain itu, warna-warni mural yang indah, menjadikan panggung teater terbuka menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

Apa yang dibutuhkan lagi? Perhatian dari pemerintah. Sepertinya, pemerintah juga menyadari bahwa seni dan budaya adalah salah satu indikator majunya suatu daerah. Bila seni dan budaya mampu berkembang dengan baik, dan menjadi salah satu daya tarik suatu daerah, maka akan semakin maju daerah tersebut. Pemerintah tentu tidak boleh melupakan bagaimana bahasa Melayu diperkenalkan ke dunia melalui pantun, sajak dan puisi. Bagaimana Pulau Belitong menjadi salah satu ikon wisata yang wajib di kunjungi setelah novel Laskar Pelangi mendunia. Juga bagaimana Bali yang terus mempertahankan budayanya menjadi destinasi wisata yang populer.

Tentunya, penulis tidak mengucilkan indikator lain kemajuan daerah yang juga perlu perhatian ekstra seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, pariwisata dan lain sebagainya.

Salah satu yang sedang dinantikan adalah pengukuhan dari Dewan Kesenian Bengkulu. (Baca : Revitalisasi Dewan Kesenian Bengkulu Berjalan Alot). Sejak dilantik melalui tim formatur yang didukung oleh anggota DPD RI, Eni Khairani, proses pembentukan Dewan Kesenian Bengkulu hingga saat ini masih tanda tanya. Ada banyak seniman Bengkulu yang masih mempertanyakan bagaimana kelanjutan dari Dewan Kesenian Bengkulu ini. 

Tentu saja, diperlukan percepatan proses untuk menjadikan Dewan Kesenian Bengkulu demi menuju seni yang bermartabat, berkembang dan mampu terus menghasilkan bibit-bibit baru.

Hal itu bukan berarti seni tanpa Dewan Kesenian Bengkulu akan mati. Seni akan tetap hidup, seniman akan terus mendapat tempat di hati masyarakat dan penggemar seni, sedangkan taman budaya akan selalu menjadi tempat pulang bagi seniman di setiap daerah. Hanya saja, Dewan Kesenian Bengkulu bila dimaksimalkan, akan menjadi orang tua, kakak, saudara tua, atau pelindung yang baik bagi para pegiat seni di Bengkulu.



Ads