Catatan Rudolf Puspa: Menembus Misteri Dunia dengan Karya -->
close
Pojok Seni
14 June 2022, 6/14/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-06-14T01:00:00Z
Artikel

Catatan Rudolf Puspa: Menembus Misteri Dunia dengan Karya

Advertisement
Pertunjukan Teater Keliling

Begitu hebatnya dunia, diciptakan bulat dan berputar tiada henti. Hanya Sang Pencipta yang bisa menghentikannya, karena hanya Dia yang mengetahui. Menurut penelitian para pakar ilmu bumi, diperkirakan sudah berapa juta tahun umur bumi ini. Dan sebagai manusia biasa, kita tak pernah mampu atau bahkan tak kepikir untuk merasakan betapa tuanya bumi. Kalender yang dipakai secara internasional saja sudah 2022 tahun. Semakin canggih peralatan teknologi diciptakan manusia maka semakin sering berubah perkiraan umur bumi. Sementara itu, penelitian mengenai keberadaan bumi masih saja menjadi kajian yang menarik dan sepertinya tak akan ada hentinya seperti bumi yang terus berputar. Misteri alam yang sungguh membuat kita hanya bisa melongo atau membelalakkan mata takjub sebagai bangsa yang terus saja masih ketinggalan.


Berapa kecepatan berputar bumi sepertinya juga belum terjawab bahkan sering hanya merasa aneh dan juga jarang terpikir seperti apa rasanya perputaran bumi. Sedangkan ketika naik pesawat terbang kita merasa seperti tidak bergerak, tidak tampak gelas minuman bergoyang airnya. Padahal kecepatan lajunya terbang pesawat diketahui secara pasti karena itu buatan manusia. Bumi berputar tentunya stabil sejak awal hingga tulisan ini dibuat. Buktinya kita tak pernah merasa sedang diatas atau dibawah. Logikanya kalau berhenti tentu yang ada diatas apa akan berjatuhan kebawah atau tetap menempel di tempat yang diinjak? Itu logika manusia dan barangkali bisa beda dengan logika sang pencipta.  Peralatan apapun ciptaan manusia yang berputar akan terukur kapan ausnya dan kekuatannya. Pada saatnya akan melambat putarannya atau menjadi panas sehingga bisa terhenti. Betapa hebatnya misteri alam yang satu ini yang kadang tak tertembus oleh mimpi kita yang masih terkungkung cerita-cerita kuno yang misterius.


Apakah bumi akan berhenti berputar? Pertanyaan ini sudah terjawab bagi yang percaya bahwa ada hari kiamat. Kiamat dalam arti semua manusia mati dan akan dihidupkan kembali nyawanya dan secara abadi akan diberikan tempat yang kita menyebutnya sorga. Bahkan sebagian mempercayai ada yang ke neraka dalam arti menerima siksaan abadi. Kalau sudah menyangkut hal-hal supranatural seperti ini memerlukan ruang yang berbeda tentunya. Memecahkan misteri yang menyangkut sebuah keyakinan perlu hati yang jauh dari sikap egosentris yang sangat tidak mudah bagi manusia. Tuhan bekerja secara misterius yang tak akan tertembus oleh manusia.


Misteri kehidupan barangkali yang merupakan asupan sehat bagi tumbuhnya semangat manusia untuk selalu bergerak menembusnya.  Gerakkan yang akan memicu manusia menemukan pemikiran atau ilmu baru untuk memecahkan sebuah misteri yang selanjutnya justru menemukan misteri baru. Sepertinya falsafah Sisipus berlaku dalam hal ini. Mendorong batu hingga ke puncak dan selanjutnya menggelinding kebawah untuk kembali didorong keatas. Setiap mulai mendorong lagi tentu memiliki teori atau teknik baru sehingga ada semangat baru. Manusia akan bosan jika harus mengulang ulang hal yang sama. Kita tak pernah mampu menjawab kenapa terus menerus menjadi Sisipus? Itulah misteri yang harus dilakoni walau sadar itu akan melahirkan misteri baru.


Bahwa hidup telah dan akan selalu bergaul dengan adanya perubahan-perubahan baik lokal, nasional maupun global adalah sebuah keniscayaan. Seluruh bidang kehidupan mengalami hal serupa di dunia. Masing-masing manusia, bangsa, negara sadar atau tidak bagai bertanding untuk menjadi yang  paling unggul tentunya. Sangat memprihatinkan ketika hal ini juga berlaku pada perlombaan ciptakan senjata militer. Sadar atau tidak menimbulkan peperangan walau dengan alasan menjaga perdamaian. Absurd namun masih saja dilakoni hingga saat ini dan memprihatinkan ketika justru negara-negara besar yang melakukannya. Alasan sesungguhnya yang ada di benak para pemimpin itupun akhirnya menjadi laku yang misterius pula. Kita yang masih di kungkung dan dibakar oleh semangat aneh untuk ikut keributan soal kafir, haram atau penistaan keyakinan.


teater Keliling

Seiring dengan gambar kehidupan yang terus menerus bergolak membawa misteri masing-masing itu ada baiknya menengok kehidupan kita yang memilih hidup sebagai seniman khususnya teater. Misteri apa yang dibawa sehingga kehidupan teater di negeri berpenduduk 270 juta yang memiliki keberagaman budaya berkesenian pertunjukkan? Lebih memprihatinkan budaya seni pertunjukkan yang sering kita sebut tradisional, konvensional sedang karam di daerahnya sendiri masing-masing? Kita bisa melihat adanya kesalahan namun bukan waktunya lagi kita mengikuti budaya saling menyalahkan karena yang dibutuhkan adalah mencari solusi. Dengan cara itulah akan tumbuh gagasan baru untuk menjadikan bagian dari pondasi bangunan teater modern Indonesia jika memang kita menyebutkannya demikian.  Maka akan sedikit banyak bisa mengoyak misteri yang dikandung terpuruknya seni tradisi kita.


Perubahan-perubahan yang terjadi pada bidang teknologi kini semakin menguasai kehidupan. Teknologi baru telah memaksa manusia penikmatnya tidak sekedar menikmati namun juga mampu menghasilkan penemuan baru karena ikut berselancar yang justru menjadikannya sebagai penghasil teknologi baru. Untuk itu diperlukan adanya perubahan kurikulum atau falsafah pendidikan agar anak didik bangsa mampu bergerak cepat menjadi bagian dari pergulatan perubahan global disegala bidang.  Dunia sudah tak ada batas negara lagi karena melalui internet  antar bangsa sudah tersambung satu sama lain dalam hitungan detik.  Maka muncul semangat persatuan dan kesatuan global berpacu menembus misteri kehidupan melalui kemampuan masing2. Jika berhasil maka akan memiliki kebanggaan sebagai anak sebuah bangsa. 


Bukan rahasia umum lagi bahwa dalam “menjual” keharuman bangsa adalah melalui pengiriman karya-karya seni tradisi entah berujut tarian, bahan-bahan kerajinan, bahan-bahan pakaian, alat make up, obat-obatan herbal dan sejenisnya. Memang harus diakui bahwa itu salah satu cara mendatangkan daya tarik kepariwisataan yang menjadi komoditas unggulan.  Dengan hanya melihat potongan-potongan seni tradisi lewat pameran, pertunjukkan tari, musik di ruang-ruang terbuka maka bisa membuat penasaran publik mancanegara untuk datang melihat seutuhnya. Namun pertanyaan yang perlu direnungkan adalah adakah minat para seniman yang punya label “modern” bangun dan memproduksi karya-karya “modern”nya sehingga mampu membuat bangsa-bangsa di dunia penasaran dan datang menyaksikan lebih jauh? Tentulah seniman-seniman “modern” yang harus membuka misteri yang masih membungkus kesenian modern Indonesia tidak ada yang bersedia menjadi sponsor membawanya keluar.


Catatan ini saya buat mengingat tahun 1979 ketika mengikuti Indian Ocean arts festival di Australia. Ada pernyataan pengamat seni teater disana yang mengatakan dengan garis tebal bahwa ternyata di Indonesia ada teater modern yang olahannya dari teater tradisional. Maka bidang study sastra Asia Universiti Melbourne langsung memberi ruang di lapangan terbuka untuk teater keliling pentas dan merekam video. Kemudian rekaman itu dijual di kampus agar dilihat dan dipelajari mahasiswa disana. Sengaja memakai lapangan karena menurut mereka itulah salah satu ciri kesenian tradisi di Indonesia yang manggung bukan di panggung tertutup. Antara teater dan pubiiknya menyatu sehingga terjadi komunikasi dua arah yang sangat hidup secara langsung. Karena itu rencana pentas di festival yang hanya dua hari di Perth berubah menjadi 34 kali karena dibawa keliling seluruh Australia. Dari kampus-kampus hingga  sekolah SMA SMP SD  harus pentas. 


Peristiwa di Australia di tahun 1979 itu memberikan keyakinan bahwa seharusnya kita sudah memiliki kebanggaan menjadi bangsa yang memiliki kesenian teater yang disebut “modern”. Namun sayangnya selama kekuasaan orde baru hal itu tidak mendapat tanggapan sehingga kehidupan teater “modern” Indonesia dibiarkan hidup segan mati tak mau. Namun teater keliling berusaha memasuki dunia misteri teater “modern” Indonesia dan terus menggelorakannya keseluruh pelosok negeri walau tanpa pernah tau kapan harus berhenti. Atau memang tidak ada kata berhenti kecuali maut memanggil. Itu sudah menjadi kebijakan yang misterius dari sang Maha Pencipta.  Ketika masih diberi ruang dan waktu berkarya harus digunakan dalam gerak cepat mengikuti kecepatan jalannya roda perubahan global di segala bidang kehidupan.  Kunci mampu mengikuti perubahan adalah mampu berdaya inovasi, kreatif dan secara konsisten terus berkarya.  Diam adalah emas adalah pemikiran masa lampau yang harus ditinggalkan. Jika terus diam maka emas itu digali orang lain atas bantuan pengkianat bangsa yang hanya mau kaya dengan cepat tanpa keluar keringat. Emas itu ada dan bukan misteri lagi sehingga kita sendiri yang harus menggalinya dan menjadikan sebagai bahan berkarya yang mendunia.


Teman-teman seniman teater marilah keluar dari kungkungan “hidup segan mati tak mau” peninggalan 32 tahun kekuasaan masa lalu yang sudah berhasil digantikan dengan masa kini yang memiliki mata hati terbuka atas kekayaan, kekuatan dari keberagaman emas-emas kita. Bersamaan dengan telah diberikan ruang dan waktu untuk kembali berkarya walau masih harus tetap menjaga prokes maka sambut kebangkitan untuk berkarya. 


Salam jabat merdeka berkarya.


Jakarta 13 Juni 2022.

Rudolf Puspa

pusparudolf@gmail.com 

Ads