4 Teknik Dasar Drama yang Wajib Dikuasai Aktor -->
close
Adhyra Irianto
13 April 2022, 4/13/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-04-13T01:00:00Z
Materi Teaterteater

4 Teknik Dasar Drama yang Wajib Dikuasai Aktor

Advertisement
4 Teknik Dasar Drama yang Wajib Dikuasai Aktor


PojokSeni.com - Beberapa waktu lalu, bertepatan dengan perayaan Hari Teater Sedunia saya dan teman-teman mendapatkan "project" teater yang menarik tapi cukup melelahkan. Projectnya adalah melatih, membuat, dan mempersiapkan sekitar 15 pertunjukan drama yang digelar selama satu minggu full. Cukup melelahkan bukan? 


Namun, bukan bagian membuat pertunjukan teater, mempersiapkan tata artistik; lampu, desain panggung, dekorasi, scenery, dan sebagainya yang menghabiskan tenaga kami. Tapi, bagaimana mempersiapkan anak-anak SMA kelas 2 (kelas XI) dengan nol basic keaktoran, tapi akan pentas dengan naskah-naskah karya Rupert Brook, Samuel Beckett, hingga naskah-naskah karya dramawan Indonesia seperti Putu Wijaya, Arifin C Noer, Usmar Ismail, dan sebagainya.


Yah, mereka akan mengambil nilai pementasan drama. Namun, seumur-umur tidak pernah latihan teater. Mungkinlah ada "Al Pacino", "Joaquin Phoenix" atau mungkin "Beneditch Cumberbatch" di antara mereka, tapi karena tidak pernah diasah, bagaimana cara mempersiapkan pentas mereka hanya dalam waktu dua bulan saja?


Tentunya, project ini tidak bisa dianggap main-main. Sebagaimana kami telah memilih profesi ini secara total, maka se-total itu juga kami harus mempersiapkan para "aktor-aktor" tersebut untuk pentas. Kami akhirnya memutuskan untuk hanya mengajarkan dan melatih 4 teknik drama yang paling basic. Saya pribadi bahkan mengatakan pada mereka bahwa ini adalah 4 teknik drama yang wajib dikuasai sebelum akting. 


Apa saja empat teknik dasar drama tersebut? Berikut saya akan membagikannya untuk Anda. Siapa tahu, Anda bertemu dengan situasi yang sama dengan kami, mempersiapkan pementasan dengan para pemain yang nol basic keaktoran. 


1. Dinamika Vokal


Saya menyebut ada tiga proses dari teks (naskah drama) menjadi ujaran. Proses pertama adalah membaca teks. Yah, ketika proses ini, tak ubahnya seperti pembaca pembukaan UUD 1945 di upacara saban senin. Intonasinya datar, tidak ada penggambaran karakter sama sekali, tidak ada emosi, dan terkesan "dipaksakan". Setidaknya, lakukan saja dulu sampai hafal naskahnya.


Proses kedua adalah "membunyikan" teks. Saat ini, latihan dinamika vokal dimulai. Mulai dari mencari rentang, intonasi, tempo, dan latihan yang ditujukan untuk memperluas "vocabulary intonasi vokal" di dalam kepalanya. Saat itu, pelajar akan mulai menciptakan karakternya, serta emosi dari setiap teks yang diucapkan. Mungkin menambah aksen daerah tertentu, mengubah kalimat di naskah untuk menjadi lebih nyaman dan dekat dengan penuturnya, dan mengkomunikasikan kemarahan, kesedihan, kekecewaan, ketakutan, sampai kegembiraan.


Proses ketiga adalah "menubuhkan" teks. Saat ini, teks sudah menjadi milik penuturnya. Teks tersebut tidak hanya sekedar keluar dari mulut, tapi dari seluruh tubuhnya. Bagaimana ketika menyampaikan teks tentang ketakutan, tapi bulu kuduknya ikut merinding. Atau, mata melotot seperti hampir keluar ketika mengucapkan dialog kemarahan.


Maka tidak ada lagi dialog yang terkesan artifisial. Dialog mesti wajar, dan mengutip Stanislavsky, mesti "believeble and understanding" alias harus dipercaya dan dimengerti audiensnya. Proyeksi vokal adalah hal terpenting sebelum tampil dalam produksi teater. Jadi, dinamika vokal seperti volume suara, tempo, nada, dan semua hal yang berhubungan untuk "menubuhkan teks" menjadi hal yang wajib dikuasai.


Bahasa Tubuh


Berlatih dinamika vokal sampai ke level "menubuhkan teks" tentunya mesti diperkuat dengan latihan yang memperkuat gesture, mimik wajah, dan bahasa tubuh. Juga "manner" atau perilaku karakter yang menunjang dialognya. Bahkan tanpa berbicara, bahasa tubuh aktor mesti mampu menjelaskan emosi, plot, peristiwa, dan psikologis setiap karakter. 


Tidak heran kalau dalam latihan ini berisi hal-hal yang tampak mudah bagi para peserta kelas akting, tapi sulit mereka lakukan. Belajar berjalan, gerak kaki, ekspresi wajah, dan sebagainya. Semuanya harus alami sesuai karakter mereka. Bahkan latihan yang membangun kekuatan tubuh juga mesti dilakukan untuk menunjang kemampuan bahasa tubuh.


Salah satu jenis latihan yang sering diulang ialah, bagaimana cara melangkah dengan bahu yang rileks namun sesuai dengan usia dari karakter yang diperankan. Terkesan mudah, bukan? Tapi, cobalah minta mereka melakukannya. Ini membutuhkan kemampuan untuk mengamati dan meniru orang lain. Sekaligus membutuhkan kemampuan untuk mampu menguasai tubuh sendiri.


Sadar Ruang


Teknik dasar drama berikutnya yang wajib dikuasai oleh aktor adalah penggunaan ruang, juga kesadaran akan ruang tersebut. Seorang aktor yang berada di atas panggung, juga akan menjadi semacam "tanda". Mau tidak mau, setiap ia berinteraksi, bergerak, bahkan diam, penonton akan memperhatikannya. Karena itu, posisi berdirinya juga akan berpengaruh pada "segalanya".


Kesadaran ruang berarti menyadari posisinya di atas panggung. Bagaimana posisi yang mempengaruhi perspektif penonton, juga bagaimana posisi yang tepat untuk mendapatkan pencahayaan yang optimal. Juga, bagaimana posisi yang tepat untuk memanfaatkan ruang secara optimal. 


Sebagai pengarah (atau sutradara), maka yang Anda lakukan adalah mengatur bloking. Tapi, positioning seorang aktor bukan berupa hafalan. Ia harus menyadari kapan dan kenapa ia harus bergerak. Juga movement tersebut mesti mendukung plot dan pergerakan aktor lainnya.


Improvisasi


Saya tidak mengarahkan improvisasi di sini seperti yang Anda lihat dalam sketsa komedi. Improvisasi yang dimaksud ialah bagaimana keterampilan dan kreativitas dari aktor menghadapi situasi yang "tidak direncanakan" di atas panggung. Seperti lawan bicara yang salah teks, seperti apa responnya? 


Atau, aktor lainnya bergerak tidak sesuai dengan latihan awal. Hal itu wajib dilakukan agar penonton tidak sadar telah terjadi suatu kesalahan di atas panggung. Semuanya bernuansa alami, dan tidak terkesan dipaksakan.


Keempat teknik dasar drama di atas, menjadi hal yang kami wajibkan mesti dikuasai oleh aktor yang akan terlibat dalam produksi teater. Kecuali, bila mereka adalah tim produksi dan menjual tiket di luar gedung pertunjukan. Masih banyak disiplin ilmu yang bisa ikut disertakan untuk memudahkan proses latihan ini. Muara akhirnya, aktor harus sadar dengan suaranya, manner-nya, movement-nya, dan menggabungkannya dengan cara penyampaian atau cara mengomunikasikan emosi, rasa, suasana hati, latar belakang sosio-kultural dari karakter yang akan diperankan.

Ads