Semangat Eksperimentasi Seniman dan Metode Adaptasi Naskah Teater -->
close
Adhyra Irianto
03 April 2021, 4/03/2021 01:30:00 AM WIB
Terbaru 2021-04-02T18:30:00Z
teaterUlasan

Semangat Eksperimentasi Seniman dan Metode Adaptasi Naskah Teater

Advertisement
Pementasan Anak yang Dikuburkan (karya Sam Sephard/Sutradara Iswadi Pratama) oleh Teater Satu Lampung

pojokseni.com - Satu dekade terakhir, dunia seni diwarnai dengan banyaknya capaian artistik yang baru. Sebuah inovasi di bidang kesenian kontemporer yang menjadikan gairah berkesenian, maupun menikmati karya seni menjadi semakin menggebu. Di bidang teater misalnya, teater eksperimental menjadi sebutan bagi bentuk-bentuk non-realis yang bermunculan. Dalam sebuah diskusi virtual yang digelar Suara Teater Nusantara (Suasana) dengan tajuk besar "Peran Penulis Naskah Drama dalam Teater Eksperimental" beberapa waktu lalu, sedikit banyaknya disinggung tentang semangat eksperimentasi yang harus tetap dijaga nyalanya oleh seniman. 


Sebelumnya, penulis lewat abstraknya menyampaikan bahwa semangat eksperimental yang dimiliki oleh para seniman teater (khususnya seniman teater muda) lebih ditujukan sebagai dekonstruksi teater konvensional yang biasanya berdasar pada teks. Bermula dengan semangat anti-teks dan premis bahwa bahasa (dalam hal ini teks) tidak mampu menyampaikan gagasan sepenuhnya. Kemudian, muncullah berbagai bentuk teater non-realis yang lebih konseptual dan "tidak berbasis teks".


Namun Iswadi Pratama, Sutradara Teater Satu Lampung, menyebutkan bahwa sebenarnya eksperimental merupakan semangat seniman yang harus dijaga. Setiap berkarya, seniman memiliki semangat eksperimentasi untuk menemukan bentuk-bentuk baru. Karena seni merupakan sebuah rangkaian penciptaan dan penyajian, yang disandingkan dengan pengkajian untuk fungsi korektif. Hal itu juga yang disampaikan oleh Ibed Surgana Yoga, Sutradara Kalanari Theatre. Menurut Ibed, apabila semangat eksperimentasi tersebut tidak dimiliki oleh seorang seniman, maka karya seni yang hadir hanya merupakan reproduksi dari karya-karya yang ada sebelumnya.


Sekarang pertanyaannya, bagaimana bila seorang seniman teater hendak melakukan adaptasi terhadap naskah teater? Apakah harus diubah, diadaptasi, dirombak, dan dibongkar sedemikian rupa? Kebetulan, kedua narasumber ini juga sama-sama tercatat sebagai sutradara dari grup teater yang kerap melakukan adaptasi naskah. Iswadi Pratama berhasil melakukannya pada naskah-naskah Eugene O'neill, Ionesco, Samuel Beckett, Sam Sephard, sampai naskah Yunani antik seperti karya Sopochles. Sedangkan Ibed Surgana Yoga tercatat berkali-kali melakukan adaptasi naskah pada beberapa karya seperti karya Samuel Beckett, hingga Arifin C Noer.


Apakah di dalam adaptasi naskah menjadi pertunjukan baru, juga diperlukan semangat eksperimentasi?


Iswadi Pratama menegaskan bahwa proses adaptasi naskah bukanlah perkara yang gampang, bahkan juga sama sulitnya dengan membuat naskah baru untuk pertunjukan teater. Proses adaptasi naskah juga memiliki kompleksitas, dan tantangan utamanya adalah menjadi naskah karya seseorang penulis yang berada di lingkungan sosial lain, menjadi pertunjukan yang dekat dengan penontonnya. Seperti pada naskah Burried Child (Anak yang Dikuburkan) karya Sam Sephard yang berlatar sosial revolusi agraria di Barat yang mengakibatkan para petani kehilangan lahan. Hal itu membuat para petani bahkan sampai jatuh miskin, sehingga ketika ada anak yang lahir, mereka menguburkannya.


Premis utama tersebut sudah diubah oleh Iswadi Pratama hingga berpindah latar ke Lampung. Penyebabnya, ada kejadian yang sama di Lampung ketika pihak yang lebih kuat melakukan alih fungsi lahan dari lahan hutan dan kebun warga menjadi areal sawit. Pemaksaan revolusi agraria tersebut menjadikan lahan lebih banyak dikuasai korporasi yang kuat, dan menjadikan rakyat yang lebih lemah menjadi korbannya. Dengan perubahan tersebut, maka setiap detail-detail khas Lampung lainnya juga ikut mengubah perwajahan pertunjukan tersebut. Hal itu, menurut Iswadi Pratama, juga merupakan bentuk eksperimen dalam teater.


Pertunjukan bertajuk Moro a Fashion Story oleh Kalanari Theatre Movement
Pertunjukan bertajuk Moro a Fashion Story oleh Kalanari Theatre Movement

Senada dengan Iswadi, Ibed Surgana Yoga juga mengatakan bahwa proses adaptasi merupakan kerja yang kompleks. Untuk itu, ia melakukan pekerjaan tersebut dengan kolektif. Setiap anggota Kalanari Theatre dilibatkan untuk proses "alih budaya", dari naskah sebelumnya. Sehingga penonton di suatu daerah misalnya daerah Yogyakarta, akan merasa sangat dekat dengan cerita yang mereka pentaskan. Karena itu, kata Ibed, semua anggota grup teaternya akan ikut serta dalam proses adaptasi naskah.


Lalu, bagaimana dengan pertunjukan yang lebih menonjolkan gerak, tubuh, dan suasana ketimbang teks atau kata-kata? Apakah dalam kondisi tersebut penulis naskah masih memiliki peran dalam grup teater?


Iswadi dan Ibed bersepakat bahwa pertunjukan teater adalah pertunjukan yang berbasis teks. Setidaknya, meski pertunjukan yang konseptual sekalipun, masih memperteguh teks sebagai basisnya. Karena itu, peran penulis naskah dalam teater eksperimental masih sangat berperan.


Iswadi dalam pertunjukan "Kisah-kisah yang Mengingatkan" (Nostalgia sebuah Kota) misalnya, melakukan banyak eksperimen dengan gerak. Naskahnya berbentuk penjabaran suasana, poin-poin atau list adegan, kemudian teks yang harus dikatakan dan dilakukan oleh aktor. Berikutnya, selama proses latihan, akan terus dicari bentuknya. Mungkin bisa jadi akan bergerak menjauh dari teks yang pertama, namun itu adalah bentuk garapan sutradara. Ada hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan sutradara untuk bentuk-bentuk tertentu yang dihadirkan dalam setiap pementasan.


Sedangkan Ibed mengisahkan betapa "cerewetnya" Samuel Beckett dalam naskah. Hampir setiap petunjuk gerak sudah diatur Beckett dalam naskahnya. Hal itu dikarenakan Beckett ingin pertunjukan yang berbasis naskahnya tetap bergerak di "koridor" yang sama. Namun, hal yang mengejutkan terjadi di akhir tahun 1980-an, ketika seorang koreografer meminta izin pada Beckett untuk mementaskan naskahnya berbasis teater tari. Jadi, naskah Samuel Beckett yang terkenal dengan "kecerewetannya" tersebut diubah sedemikian rupa menjadi sebuah karya tari. Hampir semua pihak sudah meyakini bahwa Beckett tidak akan mengizinkan sebuah pertunjukan tari berbasis teks karyanya. Namun ternyata, di luar dugaan, Beckett merestuinya. Maka digelarlah pertunjukan tari berdasar dari karya Beckett.


Bahkan di setiap geraknya mengingatkan kita pada teks-teks di naskah Beckett. Hal itu membuktikan bahwa gerak tari yang tanpa teks sekalipun, bisa menjadi pertunjukan teater tari yang berbasis teks. Hal itu juga menjadikan Ibed semakin yakin bahwa tidak ada pertunjukan teater yang tidak berbasis teks.


Ada satu pernyataan menarik dari Iswadi Pratama terkait "eksperimental" di dunia teater. Ia menyatakan bahwa eksperimentasi dalam dunia teater adalah hal yang sah-sah saja, bahkan sangat diperlukan. Namun ada catatan, sebagaimana seorang ahli kimia yang melakukan eksperimen di laboratorium, bisa dikatakan bahwa ahli kimia tersebut sudah mengerti semua hal teknis dan basis dalam hal tersebut. Ia sudah mengetahui reaksi-reaksi tertentu, apa yang harus dihindari, dan sebagainya, sebelum melakukan eksperimen. Apabila tidak, maka akan terjadi ledakan di laboratorium tersebut. 


Iswadi menyatakan, seorang ahli kimia, akan memiliki visi yang jelas tentang apa yang akan dibuatnya, bagaimana caranya, apa saja alat yang dibutuhkan, dan sebagainya. Maka, proses eksperimen juga mesti seperti itu. Seorang seniman teater yang ingin mencoba melakukan eksperimen dan melampaui capaian artistik yang pernah dicapainya sebelumnya, maka ia mesti menjadi sebagaimana ahli kimia tersebut. Bila tidak, maka akan terjadi "kecelakaan" di dalam prosesnya.


Di sisi lain, Ibed Surgana Yoga menyatakan bahwa grup teater mesti melakukan eksperimen. Tentunya dengan perhitungan dan persiapan yang seperti dikatakan Iswadi Pratama sebelumnya. Jangan takut untuk gagal, karena itu adalah jalannya sebuah proses. Terpenting, Ibed menegaskan bahwa eksperimen tersebut juga tetap berbasis teks. 

Ads