Lingga Yoni, Simbol Seksual, dan Energi Penciptaan Semesta -->
close
Pojok Seni
05 April 2021, 4/05/2021 05:30:00 AM WIB
Terbaru 2021-04-04T22:30:00Z
ArtikelBudaya

Lingga Yoni, Simbol Seksual, dan Energi Penciptaan Semesta

Advertisement


pojokseni.com - Dalam banyak situs purbakala dan artefak peninggalan leluhur Nusantara, terpatri jejak Lingga dan Yoni. Konsep Lingga dan Yoni memang menggambarkan kejantanan pria dan kesuburan. Lingga adalah pilar (tiang) yang bercahaya, sedangkan Yoni adalah rahim bumi.


Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Lingga adalah penyimbolan alat kelamin pria, sedangkan Yoni adalah penyimbolan rahim. Lingga menjadi simbol bagi kehidupan yang ada di semesta. Sedangkan Yoni apabila digabungkan dengan Lingga, maka akan menjadi sebuah "energi penciptaan".


Kisahnya bermula dari Dewa Siwa (Siva) yang pernah berkeliling di lereng gunung Meru dengan keadaan telanjang tanpa selembar kainpun. Ia melewati serombongan para resi (Rsi) yang tengah bertapa dan meditasi. Namun, para istri Rsi ternyata terpukau dengan ketampanan dan kegagahan Siva. Hasilnya, mereka semuanya jatuh ke pelukan Siva dan kehilangan keperawanannya.


Hal itu membuat para Rsi menjadi marah, apalagi ketika melihat para wanita justru mengikuti apa yang dilakukan Siva. Para wanita ini berjalan berkeliling lereng Gunung Meru tanpa sehelai kainpun. 


Kemarahan itu membuat para Resi melempar kutukan ke Siva. Mereka berseru agar Lingga (alat kelamin) milik Siva terjatuh. Yah, kutukan itu terbukti, dan alat kelamin Siva alias Lingga benar-benar terjatuh.


Tapi ketika Lingga milik Siva terjatuh, tanah pun terbelah. Hingga Lingga Siva terus jatuh ke dalam bumi. Sedikit lagi mencapai inti bumi, maka bumi akan benar-benar terbelah. Beruntung sebelum mencapai inti bumi, Yoni (vagina) milik Parvati (pasangan sakti) dari Siva menerimanya. Penyatuan antara Lingga dan Yoni itu menyelamatkan bumi dari kehancuran. 


Siva juga menjadi marah karena kutukan itu. Karena Siva dikenal sebagai dewa penghancur, maka para dewa yang lainnya ikut campur agar Siva tidak marah. Apabila Siva menjadi marah, maka bumi bisa berguncang hebat. 


Para dewa turun ke bumi, mereka meminta manusia untuk menghormati kejadian penyatuan Lingga Yoni tersebut serta memujanya. Hal itulah yang kemudian disanggupi manusia, agar terhindar dari bencana yang bisa dibuat Siva. 


Itu awal mula dari mitologi Lingga Yoni. Kisah di atas diceritakan dalam Kitab Suprabhedagama. Sampai akhirnya, Lingga Yoni merupakan perwujudan kesuburan, penciptaan semesta, serta kejantanan.


Di India misalnya, pemujaan terhadap Dewa Siwa yang disimbolkan dengan bentuk alat kelamin lelaki masih sering ditemukan. Meskipun hal tersebut jarang ditemukan di Indonesia. Karena bagi pemeluk aliran Shivaisme (siwaisme), Lingga Yoni memang bukan menggambarkan seks, tetap energi penciptaan alam semesta.


Sedangkan di Indonesia, candi yang dibangun khusus untuk pemujaan dewa Siwa adalah Candi Sukuh. Seperti dipaparkan dalam situs Cagar Budaya Kemdikbud RI, bahwa candi ini sangat erat dengan tokoh Bhima, yang merupakan penghubung antara manusia dengan dewa Siwa.


Di dalam Candi Sukuh, reliefnya dipenuhi oleh simbol-simbol seks yang terkait dengan Lingga Yoni. Bila di candi-candi lain yang juga ada simbol Lingga Yoni, namun digambarkan lebih halus dan simbolik. Di Candi Sukuh, penggambarannya lebih kentara dan menonjol.

Ads