Enam Pelajaran Akting Pertama Menurut Bolelavsky -->
close
Pojok Seni
28 September 2020, 9/28/2020 05:42:00 PM WIB
Terbaru 2020-09-28T10:42:18Z
Artikelteater

Enam Pelajaran Akting Pertama Menurut Bolelavsky

Advertisement
Richard Bolelavsky

Pojokseni.com - Selain Konstantin Stanislavsky, salah satu metode akting realis yang digunakan banyak seniman teater dunia adalah milik Richard Bolelavsky. Bisa dibilang, kedua orang ini adalah tokoh paling utama dalam perkembangan teater realis dunia.


Maka, buku berjudul Acting: The First Six Lesson yang ditulis oleh Richard Bolelavsky menjadi buku pegangan wajib bagi seniman teater seluruh dunia. Ketika terbit di tahun 1933, buku tersebut menggemparkan dunia dan mencuri perhatian.


Sebelumnya, Richard Bolelavsky adalah seorang seniman teater asal Polandia yang melanjutkan karirnya di atas panggung teater Moscow, Rusia. Ia sempat menjadi aktor terkemuka di tahun 1906 sebelum akhirnya ia tiba di Amerika Serikat pasca perang dunia. Ia menjadi sutradara kenamaan yang akhirnya menjadi salah satu orang paling terkemuka di dunia teater dan film Amerika.


Nama Konstantin Stanislavsky dan lainnya seperti Louis V vert juga muncul di era hampir bersamaan. Namun nama Richard Bolelavsky dan Stanislavsky menjadi dua nama yang paling dikenal dengan buku seni peran mereka.


Berikut intisari dari ajaran 6 pelajaran pertama bagi seorang aktor menurut Richard Bolelavsky.


Ajaran Pertama: Konsentrasi dan Pemusatan Pikiran


Aktor meski mengorbankan dirinya sepenuh hati untuk seni peran. Semuanya dimulai dari pikiran. Selanjutnya, bermula ke pelatihan tubuh, intelektual dan pengetahuan kebudayaan, latihan "sukma" dan sebagainya. 


Ajaran Kedua: Ingatan Emosi


Semua ingatan emosi yang pernah dialami aktor adalah kekayaan pikiran. Semuanya, menurut Bolavsky, akan bisa mendukung perkembangan seorang aktor dalam menjiwai karakternya. Maka, aktor dituntut untuk tetap "mempertahankan" dan memanggil kembali ingatan emosi yang pernah dialaminya untuk dihadirkan dan dimasukkan dalam karakter yang dibangun.


Ajaran Ketiga: Laku Dramatis


Perbuatan yang dilakukan aktor, baik dalam bentuk gestur, maupun lisan mesti berupa bentuk dari pengekspresian emosinya. Maka latihan ini merupakan lanjutan dari latihan ingatan emosi yang dibutuhkan aktor untuk mengejawantahkan emosi di dalam kepalanya.


Ajaran Keempat: Pembangunan Watak


Karakter memiliki struktur psikis sendiri, yang dibangun berdasarkan naskah atau mungkin permintaan sutradara. Aktor membangun watak berdasarkan data-data yang didapatkan dari naskah. Maka membangun watak seorang aktor juga butuh latihan dan pembiasaan agar tidak kesulitan untuk melakukannya.


Tentunya, semua latar sosiologis, psikologis, antropologis dan sebagainya sangat penting dan memengaruhi pembangunan watak seorang karakter tersebut. Peran seseorang di era 1970-an tentunya berbeda dengan era 1920-an dan era 2000-an. Keadaan dan kebiasaan zaman itu menjadi salah satu faktor yang penting untuk memastikan karakter yang dibangun lebih tepat dan sesuai dengan alur cerita.


Ajaran Kelima: Observasi dan Pengamatan


Aktor wajib melakukan observasi, dimulai dari latihan untuk menumbuhkan ingatan lalu akhirnya mengamati orang-orang di sekitar. Tentunya, akan sangat sulit mengingat kembali emosi yang telah hadir di kepala pluhan tahun silam. Namun, seseorang bisa mencoba mengamati keadaan sekeliling untuk mencoba memanggil kembali ingatan-ingatan tersebut. Atau, untuk merasakan kembali kejadian-kejadian tersebut.


Ajaran Keenam: Irama


Intonasi kalimat dan artikulasi menjadi latihan berikutnya. Notasi kalimat mesti natural, tidak terkesan seperti membaca puisi, atau malah seperti membaca biasa. Setiap kalimat mesti diubah menjadi natural sehingga langsung bisa menyentuh hati penontonnya. 


Demikian pemaparan singkat The First Six Lesson of Acting menurut Richard Bolelavsky. Untuk mempelajari lebih dalam terkait seni berperan menurut Bolelavsky ini, Anda bisa membaca buku karangannya yang sudah ditranslasi ke Bahasa Indonesia. 

Ads