Melihat Peluang "Konsumen" Pertunjukan Teater, Berdasar Survei Penonton Teater Koma -->
close
Pojok Seni
26 July 2020, 7/26/2020 01:34:00 AM WIB
Terbaru 2020-07-25T18:34:34Z
ArtikelRekomendasiteaterUlasan

Melihat Peluang "Konsumen" Pertunjukan Teater, Berdasar Survei Penonton Teater Koma

Advertisement


PojokSeni.com - Tidak banyak grup teater yang mampu rutin pentas, karena masalah finansial. Sebenarnya, sebagaimana "bisnis" lainnya, pementasan teater tentu memiliki peluang untuk menghidupi para senimannya dari karya, bukan dari bantuan apalagi subsidi.

Grup teater, bila dianalogikan dengan sebuah media massa semacam koran, maka pimpinan produksi bekerja seumpama pimpinan perusahaan, sedangkan sutradara (pimpinan artistik) bekerja seumpama pimpinan redaksi. Pimpinan redaksi akan tetap menjaga idealismenya untuk menghasilkan media yang berimbang, menawarkan fakta dan informasi serta hal-hal lainnya. Sedangkan pimpinan perusahaan bekerja untuk mendapatkan peluang, pemasukan, keuntungan serta dana untuk menggaji para karyawan.

Seperti itu pula kerja sutradara sebagai pimpinan artistik, dengan pimpinan produksi (pimpro). Bila sutradara tetap menjaga idealismenya, mengejar kesempurnaan artistik serta estetik. Maka pimpro bekerja di manajemen, serta melihat peluang, mencapai kerjasama dengan sponsor, mencari pendanaan dan memperhitungkan kemungkinan keuntungan dan sebagainya. 

Maka ada dua orang hebat ini di grup teater, pertunjukan yang hebat serta dapat menghidupi senimannya dari karya bisa terwujud. Sekarang, bagaimana sebenarnya penonton teater itu? 

Survei Penonton Teater Koma


Tahun 2010, ada sebuah survei yang dimuat di salah satu blog yakni dari 150 penonton (sampel) 86,6% di antaranya adalah penonton berpendidikan S1 hingga S3. Sisanya adalah penonton berpendidikan SMP dan SMA. 
Sedangkan dari usia, paling banyak penonton teater koma adalah usia muda, 25 hingga 34 tahun (48%). Sedangkan di posisi kedua adalah usia dewasa (34 - 44 tahun) dengan jumlah mencapai 25%.

Selain menonton teater, orang-orang yang disurvei ini juga menyukai menonton konser musik, menonton film di bioskop, ke museum, ke perpustakaan dan lain-lain. Maka dari pemaparan di atas didapat beberapa karakteristik penonton teater paling dominan, yakni:

  • Berusia muda
  • Suka hiburan
  • Berpengetahuan
  • Tertarik pada seni dan pertunjukan

Berikutnya, dari jumlah tersebut 38,7% di antaranya sudah menonton teater setidaknya 6 sampai 10 kali. Sedangkan 34,7% lainnya sudah menonton teater setidaknya 10 kali. Berarti, bisa dikatakan mayoritas penonton teater tersebut sudah datang menonton berkali-kali.

Teater Koma pentas setidaknya 2 kali setahun, dan penonton datang berulang-ulang. Maka bisa dikatakan, ada dua penyebab kenapa penonton bisa datang lagi.

  1. Adanya ketertarikan dari tontonan yang pertama, sehingga ingin mengulang lagi.
  2. Adanya ikatan antara grup teater dengan penontonnya.

Dari hal-hal yang dipaparkan di atas, tentunya Anda dan grup Anda sudah bisa melakukan pemetaan peluang untuk mendapatkan penonton baru. 

Selain itu, karya teater tentunya mesti dipertimbangkan dan dipersiapkan sedetail mungkin agar mampu menarik dan mengikat hubungan emosional antara grup teater dengan penontonnya. Maka, upaya untuk menghidupkan ekosistem seni bisa dilakukan di daerah Anda.

Setidaknya, dimulai dengan memiliki 100 penonton setia yang terus terikat, sebuah grup teater akan bisa memulai perjalanan "karir" dengan baik di daerah masing-masing, termasuk menjual karya tersebut ke "pasar" yang lebih tinggi, mulai dari pasar regional, nasional sampai internasional.

Dalam artikel berikutnya, akan dibahas lagi lebih rinci terkait bagaimana mengembangkan penonton dan pasar untuk karya.

Ads