Hidup: Ketidaksempurnaan, Serta Semua Hal yang Berada di Luar Kendali -->
close
Pojok Seni
12 July 2020, 7/12/2020 01:10:00 AM WIB
Terbaru 2020-07-11T18:10:56Z
Artikel

Hidup: Ketidaksempurnaan, Serta Semua Hal yang Berada di Luar Kendali

Advertisement


Apabila Anda termasuk salah satu orang yang bakal menjadikan standar hidup orang lain, sebagai standar hidup Anda, maka Anda juga akan selalu berharap ada kata "seharusnya" di hidup Anda. Dan, Anda juga yakin bahwa kehidupan adalah sebuah tujuan. Anda juga memiliki gambaran tentang kehidupan di kepala Anda sendiri, yang begitu nyaman, sempurna dan menyenangkan.

Lalu, ketika pulang ke rumah, Anda mendapati bahwa semuanya tak sesuai dengan apa yang "seharusnya" terjadi menurut pikiran Anda. Apa yang terjadi selanjutnya mungkin akan lebih buruk, Anda akan meratapi ketidaksempurnaan diri lalu berusaha berubah menjadi seseorang yang "lebih baik" dalam standar hidup orang lain. Anda menyingkirkan sesuatu yang disebut "kebahagiaan", "kenyamanan", dan "ketenangan" demi mengejar apa yang menjadi standar keberhasilan bagi kebanyakan orang.

Bila berhasil, tentunya Anda akan menemui standar baru yang lebih tinggi dan membuat Anda lagi-lagi harus meratapi ketidaksempurnaan diri. Misalnya, pekerjaan yang diterima sebagai "kesuksesan" oleh orang lain adalah pekerjaan dinas, berseragam dan punya gaji tetap per bulan. Anda menyadari bahwa ada hasrat ingin bebas, ingin lepas terbang seperti burung, dan tidak terkendali aturan apapun, tapi memaksakan diri untuk menjadi sesuatu yang (berdasarkan standar hidup orang lain) adalah sebuah kesuksesan. 

Lalu, Anda berhasil dan sekarang harus meratapi hal yang baru Anda temukan. Anda melihat teman-teman Anda dengan kebebasannya, dengan pengalamannya yang begitu memukau, tanpa terpaku di belakang meja dengan waktu kerja yang sama berulang-ulang sepanjang waktu. Anda (lagi-lagi) meratapi dan menyesali ketidaksempurnaan.

Bagaimana bila Anda tidak berhasil mencapai hal tersebut? Yah, Anda telah sekali lagi meratapi kegagalan.

Namun faktanya bahwa hidup memang sebuah tujuan. Hidup hanya sebuah perjalanan, dengan dinamikanya sendiri. Anda telah mendapat masalah sejak kecil, dan terus-terusan mendapatkan masalah sampai tua. Satu-satunya penyebab semua masalah Anda hilang adalah mati. Jadi, begitu banyak orang yang memilih bunuh diri karena sudah tidak sanggup lagi menghadapi masalah-masalah yang terlalu berat untuk dihadapi sendiri.

Ada orang-orang yang tersiksa dengan suaminya sendiri, tidak boleh begini dan tidak boleh begitu, bahkan sesekali mendapatkan perlakuan yang tidak adil seperti kekerasan. Tapi tetap memilih menjalani hidup seperti itu karena merasa suatu hari suaminya "seharusnya" berubah. Seorang suami seharusnya mencintai istrinya dan memberikan kebebasan. Suami juga seharusnya melindungi istrinya, bukan menyakiti. Kata "seharusnya" menjadi dinding bagi Anda melangkah keluar dari penjara itu sendiri.

Ada begitu banyak kata "seharusnya" yang malah menjadikan Anda terkungkung dalam labirin kehidupan Anda sendiri. Anda berharap seseorang yang pernah Anda bantu "seharusnya" membantu Anda ketika Anda terjatuh. Atau, Anda berharap semua orang jahat "seharusnya" mendapatkan hukuman. Dan semua orang baik "seharusnya" mendapatkan perlindungan.

Lalu ternyata ketika membuka mata dan melihat kehidupan, tidak ada yang seperti itu. Tidak ada yang berjalan sebagaimana yang Anda harapkan. Dunia terus berjalan dengan ketidaksempurnaannya, dan hanya itulah yang Anda pastikan sebagai satu-satunya kenyataan jujur namun pahit.

Dunia berisi hal-hal yang tak bisa selalu Anda kendalikan, juga Anda kontrol, meski Anda memiliki kekuatan, kekuasaan dan kekayaan. Tak ada yang bisa menjamin pantai di dekat rumah Anda tidak tsunami dalam beberapa waktu ke depan. Juga tidak ada yang bisa menjamin pandemi Covid-19 ini akan segera berakhir. Termasuk juga, tidak ada yang tahu tiba-tiba ada penyakit mematikan yang menyebar ke seluruh dunia.

Seburuk apapun kejadian yang menimpa Anda, semuanya hanya akan menunjukkan satu hal, bahwa dunia memang tak bisa Anda kontrol dan kendalikan. Semuanya tak ada yang bisa berjalan sesuai keinginan Anda. Maka hidup berisi dua hal, hal yang bisa Anda kendalikan dan hal yang tidak bisa Anda kendalikan.

Maka tetap fokuslah pada sesuatu yang bisa Anda kontrol dan lupakan masalah yang Anda tidak bisa kendalikan. Tidak ada orang yang bisa menyemangati diri Anda dan siapapun, lebih baik dari dirinya sendiri. Dunia tetap tidak sempurna, dunia tetap berisi kekeliruan sampai kapanpun. Tidak melulu pertanda bahwa bumi akan kiamat ketika Anda melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran Anda hari ini.

Tentang harapan dan mimpi, tidak ada seorangpun yang boleh mencegah Anda untuk bermimpi dan memiliki harapan setinggi apapun itu. Tapi ketika gagal, satu-satunya yang harus dikoreksi adalah apakah semua hal memang bisa dikontrol dengan sadar? Atau meski Anda berusaha, ada hal-hal yang tidak bisa dikontrol oleh diri Anda lebih banyak menjadikan kegagalan itu. 

Anda tentunya boleh memiliki harapan dan mimpi. Tapi tidak ada yang boleh menjadikan harapan dan mimpi itu sebagai labirin baru yang mengurung Anda dalam kekosongan. Dunia bisa jadi berisi orang-orang yang bergoyang riang di gawainya, miring kiri-kanan ketika berada di spot yang bagus untuk berfoto, orang-orang yang berusaha agar punya banyak pengikut di media sosial, serta sinetron menjengkelkan di televisi saban hari. Tapi, dunia juga berisi orang-orang yang mencintai Anda, angin semilir dan daun-daun jatuh yang menyegarkan mata, segelas air putih yang menghilangkan dahaga, dan makanan yang enak ketika lapar. 

Maka jangan biarkan diri Anda hanyut dalam sisi buruk ketidaksempurnaan dunia. Jangan biarkan diri Anda hanyut dalam hal-hal yang berada di luar kendali Anda lalu menyeret ke lembah ratapan. Punya masalah? Selamat berarti Anda masih hidup. 

Ads