Resep Tetap Bertahan di Musik Tradisi, di Era Milenial -->
close
Pojok Seni
25 January 2020, 1/25/2020 01:27:00 AM WIB
Terbaru 2020-01-24T18:27:00Z
ArtikelMusik

Resep Tetap Bertahan di Musik Tradisi, di Era Milenial

Advertisement

pojokseni.com - Bicara Seni hari kedua, Rabu (22/1/2020), menghadirkan seorang komposer dan musisi tradisi, Agung Perdana. Dengan instrumen musik talempong, Agung Perdana telah membawa musik Minang ke kancah internasional.

Kecintaan Agung Perdana pada alat musik khas Minang itu dimulai sejak keluarganya, mulai dari kakek, ayah hingga turun ke Agung Perdana, sama-sama menekuni alat musik yang satu ini.

Agung kemudian mengikuti kegiatan ekstrakurikuler musik Talempong di Madrasah, sampai akhirnya mempelajari talempong kreasi. Perjalanan musik Agung sampai ke sanggar talempong organ yang membawanya kuliah jurusan musik karawitan di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.

Ketika ditanya apa resep Agung Perdana hingga saat ini tetap konsisten di musik tradisi?

Agung menjawab, dulu ia sempat minder dengan teman-temannya yang bermain instrumen modern, sehingga ia sempat terpikir mencoba instrumen lain, melupakan talempong. Namun, faktanya ia justru mencoba banyak hal yang baru dari talempong dan terus mengasah kemampuannya sehingga bisa membawa musik talempong ke seluruh dunia.

"Perkembangan musik pada saat ini sangat berkembang, dan mulai muncul tokoh-tokoh yang melahirkan hal yang unik," kata Agung memberikan pandangannya tentang perkembangan musik kontemporer.

Baca juga: Dua Hari Berturut, Kegiatan Bicara Seni oleh Ruang Tumbuh Disambut Antusias

"Dulu ada beberapa karya yang diciptakan, pernah menggarap sebuah karya yang non konvensional, tidak menggarap instrument yang baku, dan pernah mengeksplorasi talempong yang dipukul dari bawah yang terinspirasi dari talempong pacik," kata Agung menjelaskan singkat riwayat proses kreatifnya.

Lalu, bagaimana pendapat dia tentang alat musik yang terus berkembang dengan teknologi?

Bagi Agung, ia tidak gentar dengan seberapa canggih sebuah teknologi pada musik. Sebab, musik tidak akan pernah keluar dari rohnya yang ditampilkan langsung. Ada interaksi yang berbeda, yang sulit ditandingi oleh teknologi.

Agung juga mengatakan bahwa kelemahan musisi-musisi dari Sumatera Barat adalah pengemasan (maket) yang tidak maksimal. Kebanyakan merekam segi penampilan, namun masih belum siap jual.

"Media sangat penting untuk memberi tahu orang siapa kita, media sangat berpengaruh, pada saat ini rezeki (bagi) musik kita, para seniman sangat membutuhkan itu dan dapat meminimalisir player dan memudahkan dalam mengkomposisi suatu karya," tambah Agung.

Agung juga mengatakan, ia mendapatkan inspirasi untuk membuat karya dengan banyak cara. Mulai dari berdoa, jalan-jalan cari inspirasi, dan menyimak fenomena yang terjadi atau yang dihadapi.

Sementara itu, Agung pernah berkolaborasi dengan pemain musik internasional di Dubai Retro Music Fertival, serta beberapa even lainnya berskala internasional di dalam maupun luar negeri.

"Jika berkolaborasi di internasional, saya tetap berpijak pada pendirian saya dan tidak bisa diganggu, yakni tidak boleh merusak tradisi talempong itu sendiri," kata dia.

Even yang diikutinya memang memiliki aturan baku sendiri. Namun, lanjut Agung, untuk kebutuhan pasar internasional, justru tradisi lebih diterima ketimbang garapan-garapan baru. (isi/ai/pojokseni.com) 

Baca juga: Bisakah Menjadi Komikus Tanpa Bakat Alam?

Ads