Naskah The Maids Jean Genet, Fantasi Pemberontakan dan Kerendahan Diri -->
close
Pojok Seni
06 September 2019, 9/06/2019 10:05:00 PM WIB
Terbaru 2019-09-06T15:05:46Z
Materi Teaterteater

Naskah The Maids Jean Genet, Fantasi Pemberontakan dan Kerendahan Diri

Advertisement
Naskah The Maids diperankan oleh tiga wanita muda di Australia
pojokseni.com - Jean Genet adalah salah seorang dramawan yang beraliran absurd, asal Prancis. Salah satu naskah Jean Genet yang terkenal adalah The Maids (Para Pelayan) yang merupakan naskah keduanya. Naskah ini bercerita tentang dua orang pelayan bernama Claire dan Solange, serta sang Nyonya. Dengan cerita yang begitu berkesan, namun kuat akan fantasi pemberontakan serta kerendahan diri.

Cerita-cerita karangan Jean Genet memang mengantarkan kita pada sebuah gedung cermin, yang membuat seseorang akan terkurung dan terpenjara di dalamnya, hanya berteman ribuan bayangan-bayangan ia sendiri. Jalinan cinta dan benci, keberanian sekaligus kebodohan diramu apik oleh Jean Genet dalam naskah ini.

Jean Genet

Kisah ini bermula di kamar seorang bangsawan. Nyonya yang elegan sedang berhias, dan didandani oleh pelayannya, Claire. Nyonya kerap memarahi, dan mengejek Claire. Namun, Claire justru membalas dengan mengejek Nyonya. Sang Nyonya marah, lalu menampar Claire. Kemudian, bunyi alarm jam weker berbunyi yang ternyata penanda bahwa waktunya bertukar peran.

Claire ternyata adalah Solange, dan Nyonya adalah Claire. Mereka bermain peran dalam peran, drama dalam drama. Bunyi jam weker berarti waktunya untuk Solange menjadi Nyonya, dan Claire berperan menjadi Solange. Ketika menjadi Nyonya, maka baik Solange maupun Claire akan memperlakukan rekan "main"nya sebagaimana Nyonya memperlakukan mereka.

Permainan peran mereka berhenti ketika Nyonya pulang ke rumah. Maka keduanya kembali menjadi pelayan yang rendah diri. Ketika Nyonya keluar rumah, maka mereka akan kembali bermain peran. Dalam permainan peran itu juga, mereka menyebutkan kecemburuan mereka pada Nyonya yang berpacaran dengan Monsieur.

Monsieur juga pernah melakukan pelecehan seksual kepada dua pelayan ini. Lalu, keduanya juga telah mengirimkan surat kaleng pada kepolisian, yang berujung pada penangkapan Monsieur. Sampai akhirnya, mereka mengetahui dari telepon, bahwa Monsieur telah dilepaskan dengan jaminan yang dibayarkan oleh Nyonya.

Sontak kedua pelayan ketakutan. Takut akan kedatangan Monsieur dan Nyonya yang akan membalaskan dendam dan mencari pelaku sebenarnya. Nyonya yang sudah datang ke kantor polisi tentu akan melihat surat kaleng yang dikirimkan ke polisi. Tambah takut para pelayan, karena menyadari sang Nyonya tentu akan mengenali tulisan di surat kaleng tersebut.

Naskah The Maids diperankan oleh pria (yang tidak lagi muda)
Mereka tak sanggup menerima kenyataan, apabila sang Nyonya akhirnya mengetahui bahwa kedua pelayan itulah yang mengirim surat kaleng, sekaligus mengirim Monsieur ke penjara. Akhirnya, ide mengerikan timbul di kepala mereka, membunuh Nyonya!

Kemudian, Nyonya datang kembali. Para pelayan (yang sudah kembali dari peran) menyambut sang Nyonya dengan segelas teh beracun. Berkali-kali mereka membujuk Nyonya untuk meminum teh itu, namun selalu gagal. Nyonya melihat telepon tidak pada posisinya, yang berarti ada seseorang yang menelepon dan diangkat oleh pelayan.

Ketika ia bertanya pada pelayannya, siapa yang menelepon? Maka, para pelayan dengan tidak sengaja menceritakan bahwa polisi yang menelepon menyampaikan bahwa Monsiur telah dilepaskan. Nyonya yang terkejut dengan pesan itu, tetiba bangkit dan bersiap untuk ke kantor polisi. Tentu saja, ia tidak sempat meminum tehnya.

Naskah The Maids yang diperankan oleh pria muda

Ketika Nyonya keluar, kedua pelayan ini kembali bertukar peran, seperti biasa. Sekarang kembali giliran Claire yang menjadi Nyonya dan Solange menjadi Claire. Claire yang diperankan Solange tetap membujuk "Nyonya" untuk meminum teh itu. Claire meski terpaksa, namun menunjukkan keberaniannya dengan meminum teh yang beracun itu. Ia mati, sebagai Nyonya.

Naskah ini adalah gambaran kehilangan eksistensialis, kehilangan jati diri sebagai subyek. Keduanya saling tidak ingin melihat satu sama lain sebagaimana di cermin. Mereka ingin cermin itu didistorsi, mereka terlihat sebagai penguasa. Kemudian, setelah mereka menirunya, mereka akan mengejeknya dengan berani dan aman. Lebih uniknya lagi, dalam pementasan di tahun 1947, Genet justru menginginkan naskah ini dimainkan oleh pria, bukan oleh wanita. (ai/pojokseni)


Download naskah drama dan monolog menarik di pranala ini: Download naskah drama, monolog dan lain-lain.

Ads