Bungker Jepang yang Tersembunyi di Antara Riuh Sungai Suci -->
close
Pojok Seni
01 December 2018, 12/01/2018 02:48:00 AM WIB
Terbaru 2018-12-01T16:06:43Z
Artikel

Bungker Jepang yang Tersembunyi di Antara Riuh Sungai Suci

Advertisement

pojokseni.com - Sungai Suci, bukanlah nama sebuah sungai, tapi nama tepian pantai yang digerus abrasi, terletak di Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Ini salah satu pantai yang paling banyak dikunjungi, apalagi bagi pasangan yang ingin memadu cinta, dengan suasana romantis dan angin semilir di pantai ini.

Sebuah pulau terbentuk, juga karena abrasi. Dulunya, daerah itu termasuk pantai Sungai Suci, lalu terpisah dari Sumatera. Dari daratan, menuju ke pulau kecil yang mungkin hanya muat untuk 10 orang saja itu, dipasang sebuah jembatan yang memungkinkan pengunjung bisa migrasi ke pulau itu.

Terlalu banyak daya tarik Sungai Suci. Unik, dan alami, serta asri, bahkan disebut-sebut sebagai Tanah Lot-nya Bengkulu, menjadikan daerah ini salah satu sumber penghasil pajak terbesar dari tempat wisata di Bengkulu Tengah.

Jalan menuju Pantai Sungai Suci, Anda akan melewati perkebunan dan beberapa rumah warga, serta pepohonan kelapa dan aren di perjalanan. Cukup tersembunyi, meski tetap menarik minat wisatawan berkunjung ke tempat itu.

Sungai Suci juga disebut sebagai surga yang tersembunyi, tapi ada yang lebih tersembunyi lagi di Sungai Suci. Ada 4 titik bungker Jepang di sekitaran areal Sungai Suci, yang telah tercatat sebagai Cagar Budaya Nasional oleh Kemdikbud RI sejak tahun 2011.

Bunker Perang Terjepit di Antara Perkebunan


Tidak banyak orang yang berkunjung ke Sungai Suci mengetahui keberadaan bungker ini. Bahkan penulis sekalipun, awalnya juga tidak menyangka ada sebuah situs sejarah yang bernilai tinggi, di balik keindahan surga tersembunyi Desa Pasar Pedati ini.

Beruntung penulis bertemu dengan pak Pen (45) yang tinggal di dalam areal Sungai Suci. Ia mengetahui persis di mana 4 titik bungker Jepang bersejarah ini. Tempat di mana para serdadu Jepang menjaga garis pantai, menunggu setiap musuhnya yang masuk di era Perang Dunia 2.

Pak Pen mengantarkan penulis ke salah satu dari empat bungker Jepang yang tersebar di sekitaran Sungai Suci. Masih kokoh berdiri, meski setiap hujan bagian dalamnya akan tergenang. Dulu, ketika pertama kali ditemukan, air di dalam bungker tersebut akan setinggi lutut dewasa, meski tidak hujan sama sekali.

Bengkulu Tengah, sebuah kabupaten baru di Bengkulu yang merupakan pemekaran dari Bengkulu Utara, menyimpan banyak situs bungker Jepang. Salah satunya yang paling ternama adalah Benteng Coa Sako (dari Bahasa Rejang, bahasa asli suku Rejang yang tinggal di Bengkulu. Coa sako berarti "tidak disangka"). Pemilihan nama tersebut menjadi nama, mungkin karena ditemukan dengan tidak sengaja atau tidak disangka.

Tapi, bungker Jepang yang terletak di Sungai Suci tidak setenar Benteng Coa Sako yang terletak di Kecamatan Taba Penanjung, juga secara administratif termasuk dalam Kabupaten Bengkulu Tengah. Padahal, Pantai Sungai Suci adalah salah satu pantai yang ternama di Bengkulu, namun bungker Jepang yang berada di dalam areanya tidak termasuk sesuatu yang "ternama" pula.

Bagian barat, timur, utara dan selatan bungker yang dikunjungi penulis, semuanya berbatasan dengan areal perkebunan milik warga. Bungker tersebut terjepit di tengah-tengah. Bungker dengan dinding beton superkuat yang tahan peluru, bahkan peluru meriam sekalipun. Juga tahan ledakan dari bom era itu. Namun, terjepit di tengah perkebunan warga, menjadikannya terlihat lebih lemah. Lemah karena kurang perhatian, lemah karena nir pengelola.

Penelusuran menuju bungker sebenarnya sudah dua kali dilakukan penulis. Pertama kali tahun 2015, tapi saat itu penulis tidak mampu masuk ke dalamnya. Ada air yang menggenang setinggi lutut, serta sarang lebah yang menjadi serdadu penjaga bunker tersebut saat itu. Sedangkan lebah di pohon saja begitu menakutkan, apalagi sekelompok lebah yang berdiam di bungker dari zaman perang?

Rujukan Sejarah


Bungker itu setidaknya telah berdiri pada zaman pendudukan Jepang, negara yang dengan angkuh mengaku anak paling tua dari ibu Asia lalu masuk ke Nusantara. Namun, ada dugaan bahwa bungker tersebut sudah jauh berdiri sebelum itu, Jepang saja yang mengambil alihnya ketika melangkahkan kakinya ke Sungai Suci.

Dengan demikian, tahun ini berarti bungker tersebut sudah berumur lebih dari 80 tahun. Bungker dengan luas 4x4 ini tentunya bisa meretas kembali bagaimana getirnya perang dunia 2. Perang dahsyat di dunia untuk kedua kali itu juga ikut memberi efek ke seluruh dunia, termasuk ke garis pantai barat Sumatera ini.

Anda bisa mencoba mengunjungi bungker ini, di areal Sungai Suci. Tidak begitu jauh dari garis pantai, bahkan hanya 5 sampai 10 menit saja dengan berjalan kaki. Dari pusat Kota Bengkulu, hanya perlu menempuh sekitar 15 kilometer saja.

Siapa tahu, bayangan para serdadu Jepang duduk di kursi dan meletakkan senjatanya di atas meja yang mirip bak mandi, di dalam bungker tersebut bisa menginspirasi. Kursi dan meja yang berbahan sama dengan dinding bungker, sama-sama dari beton superkuat.

Ada banyak harapan dengan bungker ini. Selain bisa dapat lebih diperhatikan, seperti yang dikatakan Pak Pen, tentu dapat mendatangkan penghasilan bagi daerah. Juga, semoga bungker ini tetap bisa menginspirasi.

"Lihat keadaannya sekarang tidak terawat, mudah-mudahan bisa lebih diperhatikan ke depannya," kata Pak Pen.

Sebab, bungker ini kaya nilai sejarah. Bungker yang tenggelam di saat hujan, dan terjepit di antara perkebunan, tersembunyi dari riuhnya pesona Pantai Sungai Suci, dan tetap bisu di tengah gemuruh ombak yang menghantam bebatuan dan dinding pantai surga itu. Bungker yang ditinggalkan begitu saja oleh serdadu Jepang, ketika negaranya bertekuk lutut dengan Amerika, di perang dunia dua.


Penulis: Adhy Pratama Irianto

Ads