10 Hal Unik yang Hanya Bisa Anda Temukan di Tanah Rejang, Bengkulu -->
close
Pojok Seni
08 December 2018, 12/08/2018 09:24:00 PM WIB
Terbaru 2020-02-11T10:40:45Z
Artikel SponsorBudaya

10 Hal Unik yang Hanya Bisa Anda Temukan di Tanah Rejang, Bengkulu

Advertisement
Suku Rejang di Bengkulu


pojokseni.com - Rejang adalah nama salah satu suku yang mendiami beberapa daerah di Provinsi Bengkulu, mulai dari Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan sekitarnya. Suku satu ini, dari hasil sensus penduduk tahun 2010, diperkirakan berjumlah 500 ribu jiwa yang tersebar di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Anda belum mengenal nama suku yang satu ini? Kalau begitu, sangat menarik mencoba untuk eksplorasi budaya Indonesia yang unik satu ini. Rejang adalah salah satu dari 10 suku tertua dan asli dari Pulau Sumatera. Dari catatan William Marsden dalam bukunya berjudul The History of Sumatera, disebutkan bahwa Rejang juga memiliki kedekatan dengan beberapa suku di dekatnya, seperti Lembak, Lampung dan Melayu Bengkulu.

Namun, ada hal unik yang hanya bisa Anda temukan di tanah Rejang saja, loh. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, tanah Rejang adalah wilayah Lebong, Rejang Lebong (Curup), Kepahiang, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan beberapa daerah di sekitarnya.

Apa saja hal unik yang bisa ditemukan di tanah Rejang ini? 


1. Sangat ramah



Bila Anda berkunjung ke tanah Rejang, dan bertemu dengan orang-orang asli Rejang (terutama yang sudah berumur), maka jangan terkejut kalau dia akan menyapa Anda atau setidaknya tersenyum dengan Anda, meski tidak kenal sama sekali. Yah, orang Rejang memang dikenal dengan keramahannya. Jadi, yang bisa Anda lakukan adalah menjawab sapaannya.

Iya, Anda juga bisa melakukan yang sama dan tentunya mereka akan menjawabnya. Misalnya Anda berjalan dan berpapasan, tanyakan saja "mau ke mana, bibi?" atau kalau dalam bahasa Rejang "Nak ipe, bik," maka pasti akan dijawabnya, sambil tersenyum pula.

Anda juga jangan terkejut bila sedang duduk di tempat antrian, atau menunggu pesanan martabak misalnya, lalu duduk di dekat orang Rejang. Ketika Anda ajak ngobrol, maka dia akan bercerita atau bercakap-cakap dengan Anda seperti sudah kenal lama.

2. Dalam Bahasa Rejang, Huruf "R" Kebanyakan "Lumer"


Nah, ini keunikan yang lain, dari segi bahasa. Bahasa Rejang, sangat jauh berbeda dengan bahasa-bahasa yang ada di sekitarnya seperti bahasa Serawai, bahasa Melayu Bengkulu, bahasa Lembak dan bahasa Inggris, tentunya.

Salah satu keunikan dari Bahasa Rejang adalah, huruf "R" nyaris menghilang atau "lumer" menjadi "ea" atau malah hilang sama sekali. Mereka menyebut dirinya sebagai "tun Jang" atau orang Rejang. Bahkan huruf "R" di kata "Rejang" pun ikut hilang, loh, jadi tinggal "Jang" saja. Begitu juga huruf R di kata lainnya. Misalnya untuk "Musi Rawas", yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan dan dekat dengan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, disebut dengan "Musei Awes".

Kalau huruf R di ujung kata, maka kebanyakan berubah jadi "ea". Begitu juga kalau di tengah. Tapi, uniknya, Suku Rejang sering memberi nama pada anak-anaknya dengan huruf R, loh. Dan huruf "R" lumer tidak berlaku untuk kata-kata yang "dihormati" seperti Rajo, Ratu dan sebagainya.

3. Memegang teguh adat dan budaya



Dalam budaya Rejang, menghormati yang lebih tua, baik itu kakak, ayah, ibu, bahkan tetangga itu wajib hukumnya! Nah, kalau Anda datang dan kebetulan lebih tua, maka Anda akan dihormati oleh yang lebih muda. Begitu juga sebaliknya, Anda juga musti menghormati yang lebih tua.

Selain itu, apabila ada permasalahannya maka suku Rejang memilih untuk berbicara baik-baik, berdiskusi dan sebagainya untuk mencapai mufakat.

4. Huruf Rikung


Di tanah Rejang, Anda akan menemukan satu aksara yang disebut huruf Rikung. Aksara yang dimulai dari "ka", "ga" dan "nga" ini adalah aksara yang digunakan oleh suku Rejang sejak zaman dulu. Huruf ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan berbagai aksara yang ada di Lampung, Sumatera Selatan dan sekitarnya. Perbedaan utama adalah bentuknya, karena bentuknya rikung (siku-siku) atau sedikit miring dengan sudut 90 derajat.

Huruf ini bisa Anda lihat ada di palang nama jalan, plang nama tempat, di depan kantor-kantor dan sebagainya di Tanah Rejang.

5. Mirip Opa-Opa dan Unie-Unie Korea


Warga Rejang yang asli, seperti disebut oleh William Marsden (sumber: Wikipedia), memiliki kulit "kuning". Bukan "putih" seperti kulit orang Eropa, tapi "kuning" seperti kulit orang Tiongkok, Korea dan Jepang. Ditambah lagi, ada banyak pula yang matanya "cipit" loh. Jadi, jangan terkejut apabila Anda akan menemukan lelaki dan perempuan dari suku Rejang asli (tanpa campuran) akan mirip dengan opa-opa atau unie-unie Korea.

Seorang teman saya dari luar daerah ketika berkunjung ke tanah Rejang berkata, bahwa wanita asli Rejang itu cantik-cantik. Seperti selebriti Korea, kalau sedang berdandan.


6. Memiliki "Gunung dan Danau Keramat"


Ada sebuah gunung berapi yang masih aktif di Tanah Rejang, tepatnya di kecamatan Selupu Rejang bernama Gunung Kaba. Gunung ini, sejak zaman masih animisme dan dinamisme, sudah dikeramatkan. Tempat tinggal dewa, roh muning (nenek moyang) dan bidadari. Oleh karena itu, gunung ini begitu dikeramatkan oleh warga setempat. Ada banyak mitos tentang gunung ini, loh.

Selain itu, ada juga sebuah danau yang berada di Kecamatan Tes, Kabupaten Lebong bernama Danau Tes. Danau ini dipercaya dibuat oleh "Si Pahit Lidah" karena sesuatu hal dan dihuni oleh "Ular Kepala Tujuh". Oleh karena itu, danau yang juga menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini juga dikeramatkan oleh sebagian warga.

7. Ngopi!


Sebagai daerah dataran tinggi, di kaki gunung berapi, maka tanah di sekitaran Gunung Kaba sangat baik untuk ditanam kopi, baik kopi robusta maupun arabica. Itulah kenapa, kopi dari Tanah Rejang juga berkualitas dan wajib Anda cicipi, bila Anda penggemar kopi.

Ngopi juga menjadi salah satu kebiasaan warga setempat. Bila berkunjung ke Tanah Rejang, ngopi dan membawa pulang kopi asli Rejang menjadi hal yang wajib.

8. Mengantar makanan ke tetangga


Bila Anda sempat menginap atau tinggal di tanah Rejang, dan bertetangga dengan orang Rejang, maka jangan terkejut kalau tetangga Anda akan tiba-tiba mengantarkan makanan, bukan di hari ulang tahun Anda, ataupun perayaan hari besar apapun. Apalagi, kalau yang dimasak adalah "sambal lemea" yang merupakan sambal asli Rejang.

Tentang sambal lemea ini, juga unik. Sambal ini dibuat dari bahan bambu. Tentunya bambu muda, yang kemudian dicincang sampai kecil-kecil, kemudian direndam bersama ikan yang sudah dipotong selama tiga hari. Selama proses "fermentasi" itu, wadah tempat merendam itu ditutup dengan daun pisang atau lainnya.

Bila Anda pertama kali akan menikmati Lemea, tentu akan kurang terbiasa, apalagi "aromanya" itu, loh. Wajar saja, pembusukan ikan dan bambu muda dicincang selama 3 hari. Tapi, ketika sudah mencoba kedua atau ketiga, pasti akan ketagihan. Coba, deh.


9. Tempat tumbuh bunga "bangkai" raksasa


Bila Anda beruntung, dan datang ke tanah Rejang sekitaran bulan September sampai Januari, maka Anda akan menemui Bunga Bangkai, atau dalam bahasa latinnya Amorphophallus titanum Becc. Bunga ini bukan termasuk bunga yang langka, dan ukurannya sangat besar. Berbeda dengan Amorphophallus paeoniifolius, yang biasa tumbuh di mana saja di Indonesia.

Karena itu, bunga satu ini menjadi salah satu logo dari Kabupaten Rejang Lebong. Tingginya pernah ada yang sampai 10 meter loh. Seperti namanya, bunga bangkai memang mengeluarkan aroma yang tidak sedap, seperti bangkai.

10. Logat/dialek yang sulit


Salah satu keunikan lainnya adalah bahasa Rejang memiliki logat yang unik juga sulit. Bahkan, kalau bukan orang Rejang asli yang menuturkannya, tidak akan mirip seperti aslinya. Misalnya untuk kata yang ada huruf "ng" di tengahnya, anggap saja "panggang" atau "pinggang".

Maka orang Rejang akan melafalkannya, sekilas seperti "pangang" dan "pingang" tapi sebagai pengganti huruf G yang hilang, ada seperti dengung yang sulit ditiru. Penasaran, coba datang sendiri ke tanah Rejang. (ai/pojokseni)

Ads