Ketika Perempuan Hidup Dalam Imajinasi Mainan Gelas -->
close
Pojok Seni
18 July 2016, 7/18/2016 07:53:00 PM WIB
Terbaru 2016-07-18T12:53:38Z
BeritaMedia Patner

Ketika Perempuan Hidup Dalam Imajinasi Mainan Gelas

Advertisement
Pertunjukan Drama "Mainan Gelas"

pojokseni.com - Liswati, seorang perempuan yang mengidap cacat fisik pada kakinya. Ia hidup bersama ibunya, dan seorang saudaranya. Ayahnya telah pergi entah kemana, setelah melakukan banyak kekerasan dan tindakan yang tidak senonoh pada Liswati. Akibat perbuatan itu juga, Liswati mengalami trauma yang mendalam. Akibat dari trauma itu, Liswati menjadi tidak normal. Ia hanya asik hidup dalam imajinasi dunia mainan gelasnya.

Cerita tragis itulah yang tersaji dalam pentas "Mainan Gelas" karya Tennessee William sutradara Yalesvita S.Sn,. M.Sn, yang dihelat pada 17 Juli 2016 di Teater Arena Mursal Eisten. Pertunjukan yang berdurasi 120 menit ini merupakan pertunjukan Tugas Akhir mahasiswa Program Studi Seni Teater minat Pemeranan dengan mahasiswa teruji Desi Fitri Yanti. Naskah yang aslinya berjudul “The Glass Menagerie” merupakan sebuah naskah yang diangkat dari novel dengan judul yang sama. Novel itu juga merupakan pengembangan cerita dari cerpen yang berjudul “"Portrait of a Girl in Glass" yang ditulis tahun 1943. 

Pertunjukan Drama "Mainan Gelas"
Desi Fitri Yanti sebagai mahasiswa teruji dalam pertunjukan akhir ini memilih tokoh Liswati untuk ia perankan. Tokoh ini ia anggap sangat menantang, tantangan itu tidak hanya dari gesture yang cacat. Namun, tantangan yang paling utama dari tokoh Liswati ini adalah bagaimana mewujudkan tokoh Liswati yang abnormal. Desi juga diantu oleh Ami Tri Sayuti yang berperan sebagai Ibu, Desrianto yang berperan sebagai Taufik dan Budi Fadjrin sebagai Yusuf teman Taufik.

"Proses naskah ini terbilang cukup lama, terhitung dari bulan Mei 2016," kata Manager Panggung, Pandi Mirdianto. 

Hal yang menarik perhatian penonton dari pertunjukan ini adalah, bagaimana seorang Liswati yang memberanikan membuka dirinya untuk belajar mencinta. Namun, kenyataan yang diterimanya sangat-sangat menyakitkan. Ia terjatuh dan memberontak-rontak. Adegan tersebut merupakan adegan akhir dari pertunjukan ini. Dalam konteks pemeranan dan penyutradaraan, pertunjukan kali ini terbilang “aman”. Namun, ada beberapa adegan yang terlihat kurang tergarap. Karena tempo permainan sedikit melambat pada pertengahan pertunjukan. 

"Pertunjukan ini menarik, kisah yang dihadirkan dapat membuat penonton bertahan sampai akhir untuk mengetahui jalan ceritanya. Namun, pertunjukan ini terkesan sangat lama. Mungkin karena beberapa adegan yang kurang tergarap," kata Ambar Fabriani, seorang penonton yang ditemui pojokseni.com dilokasi. (isi/pojokseni.com)

Ads