Advertisement
PojokSeni/Padangpanjang - Komunitas ActorIdea Padang Panjang kembali memperluas perjalanan kreatifnya melalui serangkaian agenda tur pertunjukan teater Malin Kundang Lirih dengan tajuk “Selirih Dua Kota”. Tur pertama akan digelar pada 10 Desember 2025 di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta dalam program Buka Dapur Mini Festival (BUDAmFEST) hasil kerja sama Lab Teater Ciputat (LTC) dan MTN Seni Budaya, serta yang ke-dua pada 14 Desember 2025 di Gedung Hall Suyitno, Universitas Bojonegoro bersama Yayasan Teman Penggerak Indonesia (YTPI), Teater Geniwara dan Kolektif Ataraksa.
Karya Malin Kundang Lirih sebelumnya telah memperoleh sambutan positif dalam dua pementasan: pertama, di Gedung Teater Arena Mursal Esten ISI Padang Panjang pada program Lab Indonesiana – Dapur LTC 2024, dan di Padang pada 6 November 2025 dalam rangka Pergelaran Seni Peringatan Sumpah Pemuda & Hari Pahlawan di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat. Dukungan publik, akademisi, dan pegiat seni menjadi landasan kuat tur dua kota ini, yang diharapkan sebagai upaya perluasan dialog lintas budaya tentang tema maskulinitas, perantauan, dan krisis identitas.
Malin Kundang Lirih adalah monolog yang naskahnya ditulis oleh Pandu Birowo, dengan penafsiran artistik yang memosisikan kisah Malin bukan sebagai dongeng moral, tetapi sebagai potret antropologis seorang yang tumbuh dalam budaya rantau. Alih-alih mengulangi narasi pengutukan, karya ini mendengarkan suara Malin dari jarak dekat: kebimbangan, rasa bersalah, ambisi, dan kegelisahan yang secara lirih membentuk pergulatannya sebagai subjek sosial.
Unsur tradisi Minangkabau, khususnya Randai dan Tupai Janjang, hadir melalui penggunaan legaran, silek, tarian, dendang, serta kostum yang telah diolah agar sesuai dengan kebutuhan cerita, semuanya diramu dalam kerangka estetika pertunjukan modern. Pertunjukan disajikan sebagai monolog, namun tidak dimainkan oleh satu tokoh; Malin tampil bersama Pemain Legaran, Tukang Kaba, dan pendendang yang berperan sebagai ibunya, yang berfungsi sebagai penanda transisi adegan dan penguat alur dramatik. Kelirihan Malin ditempatkan pada bagian akhir untuk menghadirkan daya kejut, sehingga setelah penonton dibawa oleh kekuatan tutur sejak awal, adegan penutup yang lirih menciptakan kontras emosional yang lebih mendalam, sehingga memiliki relevansi yang melampaui konteks Minangkabau itu sendiri.
Jakarta dan Bojonegoro sebagai dua kota penting dalam tur ini, diharapkan mampu membuka percakapan baru tentang rantau sebagai pengalaman sosial lintas budaya. Jakarta sebagai pusat mobilitas ekonomi memperlihatkan wajah perantauan yang keras: kompetisi, tekanan keluarga, dan negosiasi identitas di tengah kota yang tak pernah berhenti bergerak. Sebaliknya, Bojonegoro dengan dinamika pendidikan, komunitas muda, dan lingkungan sosial perdesaan-perkotaan—memunculkan refleksi tentang harapan-harapan generasional yang dibebankan pada narasi “merantau demi masa depan.” Dalam dua konteks ini, Malin menjadi simbol manusia yang dibentuk oleh tuntutan kesuksesan, sekaligus korban dari ketidakpastian yang lahir dari mobilitas itu sendiri.
“Selirih Dua Kota” bukan hanya perjalanan pementasan, tetapi sekaligus perjalanan gagasan. Museum Kebangkitan Nasional menghadirkan lapisan historis dan politis, yang menjadikan ruang tersebut sebagai medan resonansi tentang ingatan kolektif bangsa. Sementara Gedung Hall Suyitno Universitas Bojonegoro, sebagai bagian dari kehidupan pendidikan dan komunitas muda, membuka kesempatan bagi karya ini untuk berjumpa dengan publik yang sedang giat mencari bahasa baru bagi pengalaman budaya mereka sendiri. Dua lokasi ini akan menjadi tempat singgah ActorIdea untuk berbagi dialog bersama penonton.
ActorIdea adalah komunitas seni yang berdiri pada tahun 2021 di Padang Panjang melalui inisiatif Wanda Rahmad Putra, Fajar Eka Putra, dan Akbar Munazif. ActorIdea berfokus pada produksi pertunjukan dan studi mengenai seni akting dan teater, sembari memperluas medan eksperimen melalui produksi konten, diskursus, dan literasi. Malin Kundang Lirih diposisikan sebagai karya yang terus bertumbuh (work in progress), melalui proses riset, dialog, dan pertemuan dengan berbagai ruang sosial, menjadikannya laboratorium kreatif yang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Melalui tur “Selirih Dua Kota,” ActorIdea mengundang publik, komunitas seni, akademisi, serta masyarakat luas untuk menyelami kembali mitos Malin Kundang sebagai pengetahuan budaya yang selalu menemukan bentuk dan relevansinya. Karya ini tidak memberikan jawaban tunggal; sebaliknya, hendak berupaya membuka ruang bagi penonton untuk mempertanyakan ulang relasi diri, tanah asal, dan masa depan dalam budaya rantau yang terus tumbuh dan berubah.





