Potlot Pentaskan Minyak Goreng, Tisu Toilet dan Harimau Sumatera di FTS III Palembang -->
close
Pojok Seni
20 September 2025, 9/20/2025 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2025-09-20T07:51:18Z
Artikelteater

Potlot Pentaskan Minyak Goreng, Tisu Toilet dan Harimau Sumatera di FTS III Palembang

Advertisement


PojokSeni/Palembang - Dalam rangka Festival Teater Sumatera ke-3 yang berlangsung di Taman Budaya Sriwijaya Jakabaring, Palembang, pada 24-25 Agustus 2025, Teater Potlot akan menampilkan “Puyang: Minyak Goreng dan Tisu Toilet” karya T. Wijaya alias Taufik Wijaya.


Disutradarai oleh Salwa Pratiwi, pertunjukan tersebut akan menampilkan artis-artis muda seperti Solehatul Munika, Kira Tafida Azzahra, Nayra Putri Alika, Mutiara Fryscha Chrisytha Larumunde, Nabila Asifa, dan Ariadi Damara. Pementasannya akan berlangsung pada Rabu, 24 September 2025 pukul 16.00 WIB. "Pertunjukan ini merupakan reaksi tubuh manusia dan harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terhadap minyak goreng dan tisu toilet," ujar Salwa, koreografer sekaligus praktisi teater, pada Jumat, 19 September 2025.


Salwa menjelaskan bahwa hutan yang menjadi habitat harimau Sumatra di Pulau Sumatra, khususnya di Sumatra Selatan, terus mengalami kerusakan atau bahkan punah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas perkebunan skala besar seperti perkebunan kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI), pertambangan, infrastruktur, dan aktivitas lainnya.


"Akibat dari hilangnya atau rusaknya hutan ini adalah hilangnya sumber makanan bagi harimau Sumatra, karena dengan hilangnya hutan, berbagai hewan yang menjadi sumber makanan mereka pun ikut hilang."


Tidak hanya harimau Sumatra yang kehilangan makanan; masyarakat yang tinggal di sekitar hutan juga kehilangan sumber makanan dan obat-obatan.


"Semua kerusakan dan perusakan hutan ini diperlukan untuk memenuhi permintaan minyak goreng, kosmetik, sabun, dan tisu toilet bagi jutaan orang, yang sebagian besar tinggal di luar Indonesia," kata Salwa.


Taufik Wijaya menjelaskan bahwa naskah "Puyang" didasarkan pada penelitian tentang kondisi harimau Sumatra di Pulau Sumatra, yang populasinya terus menurun akibat hilangnya habitat, perburuan liar, dan konflik dengan manusia.


"Puyang" sebelumnya pernah dipentaskan oleh Teater Potlot pada Festival Lanskap Sumatra Selatan di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatra Selatan, pada tahun 2018.


"Berdasarkan data dari beberapa organisasi dan lembaga yang menangani harimau Sumatra, populasi kucing besar ini saat ini kurang dari 600 individu.


Penyebab utamanya adalah kerusakan atau hilangnya habitat. Padahal, hampir semua suku dan masyarakat adat di Sumatra, dari Aceh hingga Lampung, sangat menghormati harimau Sumatra. Selama berabad-abad, mereka hidup rukun, berbagi ruang hidup. Harimau Sumatra disebut sebagai leluhur, atau "puyang."


Jika kita ingin memastikan masa depan pangan bagi bangsa Indonesia, lanjutnya, kita harus menyelamatkan harimau Sumatra. "Menyelamatkan harimau Sumatra berarti menyelamatkan hutan, yang juga merupakan sumber makanan dan air bagi manusia. Lebih dari itu, hal itu dapat mengurangi krisis iklim global yang sedang kita alami."


Festival Teater Sumatera ke-3 tahun ini diramaikan oleh 10 teater di Sumatera, dengan mengusung slogan "Pangan: Bumi, Air, dan Ingatan". Mereka adalah Medan Teater (Sumatera Utara) dengan karya "Meja Makan Pikir Pikir", Komunitas Seni Hitam Putih (Padang Panjang) dengan karya "Surat Tanpa Alamat", Komunitas Sunting (Riau) dengan karya "Datuk Pagar", Komunitas Seni Nan Tumpah (Padang Pariaman) dengan karya "Indomiii Rasa Rendang", Teater Air (Jambi) dengan karya "Manifesto Dapr Retak", Teater Senyawa (Bengkulu) dengan lakon "Sesaji Ilusi", Komunitas Berkat Yakin (Kober) dari Lampung dengan karya "Hilang Huma (n), serta tiga teater dari Sumatera Selatan; Teater Umak dengan lakon "Kentut", Teater Seinggok Sepemunyian (Prabumulih) dengan karya "Beume", dan Teater Potlot dengan karya "Puyang: Minyak Goreng dan Tisu Toilet".

Ads