Sedikit Cerita tentang Kabuki, dan Mengapa Semua Performernya Laki-laki -->
close
Adhyra Irianto
31 May 2022, 5/31/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-05-31T01:00:00Z
Sejarahteater

Sedikit Cerita tentang Kabuki, dan Mengapa Semua Performernya Laki-laki

Advertisement
mengapa semua perfomer kabuki lakilaki


pojokseni.com - Bicara tentang teater tradisional di Jepang, maka tidak akan lepas dari pertunjukan Kabuki. Kabuki merupakan salah satu seni drama tradisional asal negeri Sakura yang sudah ada sejak tahun 1603. Hingga saat ini, pertunjukan Kabuki masih sering dipertunjukkan di Jepang, dan tetap mempertahankan cirikhas sejak dulu. Para aktornya akan menggunakan pakaian tradisional Jepang yang mewah dan tata rias wajahnya sangat mencolok.


UNESCO menetapkan Kabuki sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Salah satu ciri khas dari Kabuki ialah semua perfomernya laki-laki. Namun, ketika awal diciptakan dulunya, Kabuki justru tidak dimainkan oleh lelaki. Yah, penciptanya adalah seorang perempuan bernama Okuni. Ia menarikan Kabuki (Kabuki Odori) di dekat Sungai Kamo, Kyoto.


Okuni mulai menarikan Kabuki sejak tahun 1603. Untuk bertahan hidup, Okuni tampil kabuki di siang hari dan menjual diri pada malam harinya. Karena itu, tari Kabuki pada awalnya justru dinilai sensual dan lincah, meski tidak begitu dianggap cabul. Keberuntungan didapatkan Okuni dan kawan-kawan satu grupnya, karena banyak yang tertarik dengan penampilannya.


Okuni pencipta Kabuki


Perlu dicatat bahwa pada awalnya para penampil Kabuki adalah perempuan. Bahkan, diduga para pemeran kabuki di awal-awal tersebut sebagian besar adalah Wanita Tuna Susila (WTS). Karena itu, kabuki di awal-awal disebut Yūjo Kabuki. Yūjo di sini merujuk pada WTS.


Dengan pakaian yang mewah dan tata rias yang mencolok, pertunjukan Kabuki menjadi tontonan bagi orang-orang yang hidup dengan kesulitan ekonomi. Rata-rata penonton mereka adalah ibu-ibu hingga anak perempuan dari kelas menengah ke bawah.


Abad ke-17, para lelaki juga mulai ikut bermain di Kabuki. Biasanya, pemain lelaki adalah remaja yang usianya sekitar 10 hingga 13 tahun. Peran-peran untuk mereka biasanya peran jenaka. Uniknya lagi, diduga bahwa para performer kabuki ini baik perempuan maupun lelaki punya "pekerjaan" yang sama. Yakni, tampil di siang hari dan menjual diri di malam hari.


Asal Mula Kabuki Dimainkan Laki-laki


Onnagata, pemeran tokoh wanita di Kabuki
Onnagata, pemeran tokoh wanita di Kabuki

Pertunjukan kabuki yang dianggap sensual dan ditampilkan oleh para WTS berbuah masalah pada tahun 1629. Tahun itu, pimpinan militer Jepang yakni Shogun Tokugawa melarang para perempuan untuk bermain di Kabuki. Tentunya, melarang penampilan Kabuki akan cukup bermasalah, sehingga keputusan yang dipilih adalah tidak boleh ada perempuan yang bermain di Kabuki.


Maka, grup-grup Kabuki hanya berisi laki-laki muda. Mereka disebut Wakashu Kabuki, dan Kabuki perlahan-lahan mulai berubah dan sebagian sumber menyebutkan bahwa penonton Kabuki mulai berkurang. Ternyata itu yang diinginkan oleh pemerintahan militer Jepang era itu. Buktinya, tahun 1652, pelarangan Kabuki akhirnya benar-benar dilakukan.


Selama satu tahun, Kabuki dirumuskan ulang dan mulai dibuat aturan ketat. Aturan pertama adalah, tidak boleh lagi ada sketsa, fragmen, atau tarian yang dilakukan bebas. Kabuki harus dilakukan dengan pertunjukan penuh, dan pemain harus berakting penuh sebagai mana pertunjukan teater pada umumnya.


Aturan kedua, tidak boleh lagi ada wanita dan lelaki remaja yang bermain Kabuki. Pemain kabuki harus pria dewasa yang benar-benar sudah terlatih dan memainkan seni peran secara penuh (dalam istilah Jepang disebut monomane kyōgen zukushi)


Maka tahun 1653, Kabuki yang sudah memiliki aturan yang ketat tersebut kembali digelar ke publik. Sejak itu, Kabuki hanya dipentaskan oleh pria dewasa dan terus dikembangkan di era 1653-1688. Pengembangan era itulah yang mematangkan pertunjukan Kabuki hingga saat ini.


Sejak era Genroku, yakni 1660, karakteristik dasar Kabuki sudah kokoh dan bertahan hingga hari ini. Terutama, ketika Jepang sudah membuka diri pada dunia, dan seni pertunjukan barat juga ikut memberikan influence terhadap perkembangan Kabuki. Pemeran tokoh wanita (onnagata) tetap diperankan oleh lelaki, karena peniruan karakter wanita oleh pria juga merupakan sebuah seni dan teknik tersendiri. 


Sumber artikel:


Ads