Apa itu Farce dalam Drama? -->
close
Pojok Seni
05 April 2022, 4/05/2022 08:00:00 AM WIB
Terbaru 2022-04-05T01:00:00Z
Materi Teater

Apa itu Farce dalam Drama?

Advertisement
apa itu farce

pojokseni.com - Salah satu jenis drama berdasarkan penyajiannya adalah Farce alias lelucon. Apa itu farce? Farce adalah jenis lawakan dramatik, yang cenderung slapstik, stereotip dalam karakterisasi, sangat berlebihan (karikatural), lawakan yang cenderung kasar, dan seterusnya. Awalnya, semua jenis (kelas) drama yang dibuat dengan komposisi seperti disebut di atas dikategorikan sebagai farce.


Farce bukan berarti drama komedi. Bisa dikatakan bahwa farce memiliki kadar intelektual dan estetika yang lebih rendah daripada drama komedi. Drama komedi ialah drama yang memiliki unsur kelucuan, tapi farce berbeda. Farce tidak punya plot yang logis, karakterisasi juga terkesan kasar dan berlebihan.


Namun sebagaimana bahasan sebelumnya tentang jenis drama yaitu melodrama, farce tetap bertahan dan ada hingga saat ini karena tidak pernah gagal untuk urusan menghibur penonton. Bila melodrama akan membuat penonton menangis, maka farce akan membuat penonton terpingkal. Tentunya, tidak ada bobot pesan moral dan setipenya yang harus dipikirkan oleh penonton ketika menonton farce.


Karena itu, sejak awal adanya Farce, penontonnya adalah tipe orang-orang yang menonton teater karena ingin hiburan. Mungkin karena penat bekerja sepanjang hari, serta terus diterpa cobaan kehidupan, ekonomi, dan sebagainya yang tak henti, maka menonton farce bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menghilangkan penat.


Sejak era teater Yunani kuno, berlanjut ke era Romawi kuno, farce ditampilkan di Anteseden farce. Beberapa di antaranya seperti komedi Aristophanes, hingga Plautus yang dimainkan dalam bahasa Yunani, dan bahasa Italia. Ciri khasnya, selain plot yang tidak masuk akal ialah adanya dandanan ikonik untuk ara aktor, seperti perut yang buncit besar, berpakaian ala badut, menggunakan jenggot palsu, dan sebagainya. Suasana atau situasi yang dihadirkan juga sangat berlebihan demi mengocok perut penonton.


Istilah Farce digunakan pertama kali pada abad ke-15


Istilah farce itu sendiri digunakan pertama kali pada abad ke-15, di Perancis. Bukan di Romawi, juga bukan di Yunani. Istilah farce digunakan untuk jenis drama yang memasukkan keanehan, akrobat, badut, lelucon slapstik, dan setipenya dalam satu bentuk pertunjukan. Di dalamnya, bahkan ada lawakan "dadakan" alias improvisasi yang disisipkan dalam sebuah teks drama relijius. Karena itu, farce dalam bahasa Perancis Kuno justru berisi "isian", karena sejak awal disisipkan di sebuah drama yang sudah ada. 


Tentu Anda mengenal nama Moliere yang pada akhirnya memasukkan unsur Farce dalam komedi mereka. Di abad ke-16, nama John Heywood membawa pengaruh farce ke Inggris. Abad ke-18 dan ke-19, Farce terus beredar ke seluruh Eropa. Farce bahkan ditampilkan di aula musik, hingga Boulevard di Perancis.


Sampai akhirnya, pada akhir abad ke-19, televisi sudah menjadi media baru bagi farce. Sebut saja Charlie Chaplin dan Marx Brothers yang menjadikan media televisi sebagai tempat berekspresi. Tahun 1970-an, farce yang paling sukses di televisi berjudul Accidental Death of an Anarchist. Tahun 80-an, muncul farce berjudul Noises Off yang ditulis oleh Michael Fryn's. Dan di tahun 90-an, karya Alan Ayckbourn berjudul Communicating Doors menjadi salah satu yang sukses di televisi.

Ads