Definisi dan Pendekatan Estetika, Sebagai Cabang Filsafat -->
close
Pojok Seni
05 June 2021, 6/05/2021 07:00:00 PM WIB
Terbaru 2021-06-05T12:00:00Z
EstetikaSeni

Definisi dan Pendekatan Estetika, Sebagai Cabang Filsafat

Advertisement

Pojokseni.com - Apa itu estetika? Estetika adalah keindahan, kata sebagian besar orang. Namun, perlu diketahui bahwa estetika (aesthetics) sebenarnya lebih dalam, bahkan lebih rumit daripada itu. Yah, estetika adalah studi filosofis tentang keindahan dan rasa (taste). Karena itu, estetika menjadi cabang dari filsafat dan berkaitan pula dengan filsafat seni. Dalam estetika, sifat dan konsep dari karya seni ditafsirkan, dievaluasi, dan dijelajahi belantara maknanya.


Meski demikian, ungkapan di atas memang tampak seperti menyederhanakan definisi estetika itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa dunia seakan-akan diisi oleh oposisi biner, bila ada yang bagus maka harus ada yang jelek, bila ada yang rupawan, maka harus ada yang jelek. Namun, indah atau jelek selalu dikaitkan dengan rasa yang sangat subjektif. Indah di mata A belum tentu indah di mata B, seperti itu kira-kira. 


Indah, anggun, kenikmatan indrawi, pesona, dan sebagainya nyatanya adalah sebuah "kesan". Dan kesan itu apabila benar, maka akan dikuatkan oleh pondasi keilmuan tertentu, salah satunya filsafat. Jadinya, hadir estetika filosofis sebagai dasar dari pengungkapan "indah" tersebut.


Kemudian, sebagai ilmu pengetahuan dan cabang dari filsafat, maka estetika tentunya mesti memiliki sifat, prinsip, dan fokus yang dipelajari. Tapi, mungkin yang akan Anda dapatkan dari tulisan kali ini adalah estetika dalam perspektif pemikiran barat, dan perkembangannya. Juga ada sedikit tambahan pemikiran estetika marxis, dan timur.


Sifat dan Wilayah (Ruang Lingkup) Estetika


Estetika sangat terkait dengan filsafat seni, bahkan filsafat seni (yang dikenal lebih banyak orang di Indonesia) justru termasuk dalam cabang filsafat estetika. Karena, estetika tidak hanya terkait dengan nilai dan sifat dari seni, tapi juga terhadap objek estetika lainnya, misalnya alam. Tentunya, dalam filsafat seni, alam tidak termasuk karena bukan termasuk dalam karya seni.


Bila Anda bisa langsung mengatakan sesuatu sebagai hal yang indah, atau malah hal yang jelek, maka hal tersebut termasuk dalam "pernyataan estetis", bukan "pernyataan fakta". Lebih jelas terkait pernyataan estetis dan pernyataan fakta sudah diulas dalam artikel berjudul "Mengapa Selera Estetis Setiap Manusia Berbeda? Apakah Semua Evaluasi Estetis "Berhak Didengar"?" 


Dalam artikel tersebut, apa itu evaluasi estetis, selera estetis dan sebagainya juga dibahas secara mendalam. Ditambah lagi, membahas estetika dalam satu artikel saja tentunya akan kurang lengkap dan terasa sangat disederhanakan. Karena itu, tentang estetika dan perkembangannya diulas PojokSeni dalam artikel dalam tajuk "Estetika". (Baca artikel bertajuk Estetika)


Apa yang bisa Anda jelaskan dari kata "cantik"? Yah, cantik merupakan pernyataan yang berasal dari ekspresi terhadap suatu sikap, dan sikap tersebut didapat dari respon yang didapat dari sesuatu hal, benda, karya seni, dan sebagainya. Pada kesempatan berbeda, orang lain akan memiliki pandangan berbeda terhadap "cantik" dan objek yang "cantik" tersebut.


Sejak era Yunani antik, para filsuf telah menegaskan bahwa indah atau tidaknya suatu objek telah menjadi bahan diskusi dalam kritik seni. Berikutnya, indah atau tidaknya suatu benda akhirnya diklasifikasi dan akhirnya kata "indah" akan berbeda maknanya ketika melekat ke suatu objek. Lukisan yang indah, alam yang indah, hingga wajah yang indah memiliki sifat yang "sama-sama indah", namun kata "indah" di setiap objek tersebut memiliki makna yang berbeda.


Karena itu, di dalam estetika, indah tadi seakan tidak punya batasan, dan juga sebelum adanya teori estetika, tidak ada cara yang jelas untuk mengetahui batasan tersebut. Itu salah satu tugas utama estetika modern, yakni mencoba membahas jauh lebih dalam dan lebar dari studi tentang keindahan yang sudah dimulai era Yunani antik. Intinya, pelajaran estetika ini adalah apa-apa yang harus dipelajari oleh seseorang untuk memahami ide tentang keindahan dan rasa.


Pendekatan Estetika


Bicara tentang pendekatan estetika, secara luas ada tiga pendekatan Estetika seperti dipaparkan oleh Roger Scruton, seorang professor di Institut Psikologi Sains dan juga penulis buku The Aesthetics of Architecture.


Pendekatan pertama


Studi estetika bisa dikatakan sebagai analisis bahasa kritik, yang mana penilaian tertentu terhadap keindahan, disertai logika dan pembenarannya. Edmund Burke misalnya, yang mencoba menarik perbedaaan antara kedua konsep estetika lalu memelajari kualitas yang dipertunjukkan, kemudian menganalisis sikap manusia yang terpisah, namun mengarah pada mereka. Pada akhirnya, perbedaan antara "indah" dan "agung" sangat terasa dan berpengaruh, yang mendasari gaya kritik kontemporer. Studi estetika pada akhirnya mampu menunjukkan apa yang yang khas di dalam pengalaman seorang manusia dan berbagai ekspresi di dalamnya.


Pendekatan kedua


Pendekatan kedua adalah tentang apa saja yang dipikirkan, dirasakan, dan diekspresikan sebagai respon manusia terhadap pengalaman estetis. Seperti ditulis oleh Immanuel Kant dalam "The Critique of Judgmenet", menjadikan estetika sebagai dasar "penilaian" atau "penjurian" sebuah objek keindahan. Saat itulah, Kant telah memisahkan kepentingan ilmiah dan praktek dari studi estetika. Karena, estetika berdasar pula pada apapun objeknya dan diekspresikan dengan cara apapun responnya.


Banyak pemikir era modern yang sepakat dengan Imannuel Kant juga mengenalkan teori dan gagasan terkait sikap dan pengalaman estetika dengan berdasar pada perkembangan psikologi filosofis. Pemikiran tersebut disandarkan pada pemikiran yang dikembangkan Friedrich Hegel seorang fenomenolog, juga pada Ludwig Wittgenstein. Meski demikian, filsafat pikiran dengan estetika, psikologi empiris adalah tiga hal yang berbeda.


Estetika juga tidak disebutkan sebagai "ilmu" karena tidak menyelidiki penyebab fenomena sebagaimana "ilmu pengetahuan" lainnya. Estetika lebih sring disebut sebagai penyelidikan apriori dan konseptual. Sehingga tujuan studinya adalah mengindentifikasi. Tentunya, hal ini mirip dengan filsafat, di mana filsuf memberikan deskripsi seluas mungkin tentang suatu hal, lalu tujuannya adalah agar pendengarnya, atau siswanya bisa memahami dan menghargai hal tersebut.


Pendekatan Ketiga


Pendekatan ketiga adalah terkait objek estetisnya. Dengan demikian, pada pendekatan yang ini bisa dikatakan bahwa estetika adalah pembahasan terkait objek estetika itu sendiri. Dunia berisi objek-objek yang kita respon secara selektif. Kemudian, respon itulah yang digambarkan dalam istilah estetika. Dalam kelas pendekatan yang ini, semua objek estetika akan masuk dalam kategori ini. Objek estetika adalah apa yang sejauh dilihat sebagai seni.


Meski demikian, dengan pendekatan seperti ini maka filsafat seni dan estetika mulai tak tampak jelas perbedaannya. Konsep estetis dan pengalaman estetis mendapatkan perhatian utama, begitu juga pengalaman yang didapatkan karena reaksi atau respon terhadap objek estetis tersebut. 


Hegel menyatakan bahwa tugas utama estetika terletak pada studi bentuk seni dan konten spiritual di dalamnya. Apabila estetika yang terbaru justru difokuskan ke "bentuknya" dan artistiknya, maka estetika justru sepenuhnya akan dipelajari melalui studi seni.


Dampaknya, seni adalah salah satu manifesto nilai estetika. Maka justru seni kehilangan nilainya yang lebih agung daripada itu. Karena itu, sebenarnya akan ada perbedaan antara filsafat seni dengan estetika. Asalkan, kita tidak membatasi ruang lingkup estetika itu sendiri.

Ads