Catatan Rudolf Puspa: Hari Lahir Pancasila -->
close
Pojok Seni
02 June 2021, 6/02/2021 07:00:00 AM WIB
Terbaru 2021-06-02T00:00:00Z
Opini

Catatan Rudolf Puspa: Hari Lahir Pancasila

Advertisement
Rudolf Puspa dan dua cucunya

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia  atau Dokuritsu Junbi Cosakai bersidang di gedung volksraad atau perwakilan rakyat yang dikenal gedung Chuo Sang In dijalan Pejambon 6  Jakarta pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945 yng kini disebut gedung Pancasila. Inilah sebuah rapat yang memiliki catatan sejarah yang besar karena sebuah dasar hidup atau way of life bangsa Indonesia ditentukan.


Dari serentetan agenda rapat maka pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan gagasan tentang usulan dasar atau ideologi bangsa. Bung Karno dalam pidatonya di depan BPUPKI menyampaikan gagasannya yang disebut Pancasila yakni Kebangsaan, Internasionalisme atau perikemanusiaan, Demokrasi,, Keadian sosial dan KeTuhanan Yang Maha Esa. Pidato yang berapi-api itu disetujui oleh BPUPKI yang kemudian membentuk panitia sembilan untuk merumuskan gagasan Pancasila dari Bung Karno. Pada tanggal 22 Juni 1945 disetujui untuk dirumuskan dalam piagam Jakarta. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamasikan Bung Karno dan Moh Hatta mewakili bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila disahkan sebagai dasar negara dalam sidang BPUPKI yang selanjutnya dimasukkan kedalam mukadimah UUD 1945 sebagai dasar negara yang sah.


Catatan sejarah singkat mengenai Pancasila sengaja saya hadirkan mengingat telah cukup panjang sejak 32 tahun orde baru sering terjadi tarik ulur mengenai hari lahir Pancasila 1 Juni 1945. Saya ikut penataran P4 di Pejambon dan lulus bahkan memiliki hak menjadi penatar walau saya tak pernah berminat melakukannya. Walau selama penataran saya justru semakin percaya  bahwa persetujuan BPUPKI 1 Juni 1945 adalah  hari lahir Pancasila adalah bukti yang kuat dan nyata. Bung Karno sendiri dalam pidatonya menyatakan bahwa beliau adalah penggali karena butir2 Pancasila tersebut sudah ada hidup di bumi pertiwi dan dijalankan oleh bangsa Indonesia. Tentu menjadi tepat bila Bung Karno disebut sebagai penggali Pancasila yang di pidatokan di hadapan BPUPKI pada 1 Juni 1945.


Kontroversi yang berkepanjangan sudah seharusnya berhenti dengan adanya kepres nomer 24 tahun 2016 oleh presiden Jokowi yang menyatakan 1 Juni 1945 resmi sebagai hari lahir Pancasila dan menjadi libur nasional. Beliau pidato di gedung Merdeka Bandung tentang peringatan pernyataan Bung Karno 1 Juni 1945  yang tentunya bisa diterima dan dipahami oleh bangsa Indonesia.


Terlepas dari semua itu saya merasakan bahwa Pancasila memang sebuah dasar negara yang tiada tandingannya di dunia ini. Yang lebih kubanggakan bahwa kelima sila itu telah ada dan hidup berkembang di bumi zamrud katulistiwa yang bernama Indonesia. Bukan hanya ada setelah merdeka namun sejak sebelum kemerdekaan bangsa didapat Pancasila telah membumi dan saya percaya itulah yang menjadikan bangsa yang beragam dari Sabang hingga Merauke bisa menjadi bangsa yang bersatu. Kadang saya ngak bisa membayangkan bagaimana manusia dari etnis, suku, agama, adat, sosial, budaya yang berbeda beda bahkan dipisahkan oleh laut yang bila diukur jauh lebih luas dibanding daratan bisa menyatu padu bergerak bersama untuk merdeka dan selanjutnya membangun negara Indonesia yang berdaulat. Negara sebesar Amerika saja menjadi negara federal tetapi Indonesia justru tidak walau dulunya juga diisi oleh kerajaan2. Pernah dijadikan negara Indonesia Serikat yang ternyata akhirnya tidak jalan dan menjadi NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Teringat ketika tahun 1977 berkenalan dengan Hatta Mustafa SH, politikus muda tersebut sangat bergelora menggebu menyatakan bahwa jika teater menggarap nilai2 dari tiap tiap sila dari Pancasila pasti Teater Keliling akan tak kehabisan cerita dan juga bermanfaat bagi bangsa. Lalu dia berikan buku saku tentang Pancasila. Tokoh2 muda seperti Hatta Mustafa rasanya semakin langka apalagi penulis naskah teater yang menulis cerita berlatar belakang tentang Pancasila. Padahal benar seperti kata dia bahwa satu sila saja akan berapa cerita bisa dilahirkan. 


Jika hari ini 1 Juni 2021 kita kembali memperingati hari lahir Pancasila tentulah bukan hanya sekedar menikmati hari libur nasional namun lebih dari itu menggunakan hari libur sehari untuk sedikit meluangkan waktu melihat sejarah 1 Juni 1945 kembali. Membaca buku pidato Bung Karno waktu itu. Buka2 Gogle baca penjelasan2 tentang Pancasila. Ngobrol dengan teman2 yang mengenal Pancasila atau yang pernah ikuti penataran P 4 yang juga menuai kontroversi. Banyak hal bisa dilakukan agar tidak sekedar menikmati hari liburnya. Namun untuk itu perlu kesadaran yang tidak mudah sehingga barangkali marilah 10 menit saja mengingat dan mengucapkan Pancasila untuk mendengar dan melihat apa kita ini hafal dan selanjutnya mengenal serta memahami Pancasila. Jika ada minat mari kita jalankan dalam hidup sehari2 kita; toh seperti kata Bung Karno Pancasila sudah ada dan hidup di bumi pertiwi dan tak akan pernah mati. Berarti seharusnya memang sudah ada dalam benak kita semua sejak lahir. Jika memang kita dilahirkan oleh ibu Indonesia yang hidupnya di bumi pertiwi.


Salam jabat Pancasila.


*Penulis adalah pendiri, sutradara, dan aktor Teater Keliling Jakarta

Ads