Sekilas Tentang Proses Kerja Teater Richard Schechner dan Teater Lingkungannya -->
close
Adhyra Irianto
23 January 2021, 1/23/2021 12:52:00 AM WIB
Terbaru 2021-01-22T17:55:41Z
ArtikelMateri Teaterteater

Sekilas Tentang Proses Kerja Teater Richard Schechner dan Teater Lingkungannya

Advertisement
Proses Kerja Richard Schechner
Richard Schechner

pojokseni.com - Sejak era tahun 1970-an, teater lingkungan Richard Schechner cukup banyak memengaruhi teater masa kini. Richard Schechner sendiri merupakan seorang tokoh dan akademisi yang mendirikan The Performance Group of New York di tahun 1967. Grup ini kemudian berganti nama menjadi The Wooster Group sejak era 1980-an.


Nama Richard Schechner muncul sebagai salah seorang yang menolak perang Vietnam dengan cara memprotes pajak perang. Kemudian, tahun 1992, Schechner mendirikan East Coast Artist lalu mulai menerbitkan jurnal dan tulisan lainnya selain terus menciptakan eksperimen di seni pertunjukan.


Richard Schechner menyutradarai (sekaligus ikut bermain) di banyak produksi pertunjukan sejak tahun 1968 hingga beberapa tahun terakhir. Tidak hanya di Amerika, Schechner juga menyutradarai puluhan pertunjukan di Asia dan Afrika. Di Indonesia, Prof Yudiarni menulis juga bagaimana konsepsi teater Schecner dalam buku Panggung Teater Dunia.


Metode Richard Schechner juga banyak digunakan berbagai grup teater dalam eksperimen pertunjukan mereka. Bahkan nama maestro teater dunia, Robert Wilson juga terinspirasi dari metode dan teater lingkungan Richard Schechner lewat pertunjukan terbarunya I La Galigo.


Pola kerja Richard Schechner adalah menggabungkan antropologi dengan teater. Sebagaimana disebutkan oleh Richard Schechner sendiri:


"Saya beralih ke antropologi, bukan sebagai ilmu pemecahan masalah tetapi karena saya merasakan konvergensi paradigma. Sama seperti teater yang melakukan antropologi terhadap dirinya sendiri, demikian pula antropologi sedang diatrikisasi. Konvergensi ini adalah peristiwa historis untuk semua jenis pertukaran."


Richard Schechner sendiri melihat bahwa antropologi di dalam penataannya sudah mengandung sifat teatrikal, karena setiap manusia di dalam tubuhnya memiliki sejarah sendiri yang unik dan menarik, lalu disampaikan ke publik. Hal tersebut menghadirkan banyak hal, antara lain pertanyaan hingga pertentangan yang menjadikan satu deduksi baru dalam semangat bersosial.


Bahkan untuk hal yang sangat privasi, seperti agama misalnya, juga menjadi hal yang sangat menarik untuk dibicarakan di publik karena menyangkut pula dengan persoalan manusia dengan lingkungannya. Antropologi, dalam praktiknya, manusia bisa merasakan hubungan antara sosial, lingkungan dan manusia itu sendiri secara detail. Bagaimana satu tindakan manusia bisa berakibat pada satu lingkungan, dan sosial tertentu. Hal itu yang disebut "jejaring".



Eugene Barba juga menyebut bahwa teater merupakan tekstur atau jejaring yang dimaksud dalam antropologi tersebut. Sedangkan, Richard Schechner menyebut tekstur teater dirajut terhadap teks lingkungannya. Hal itu yang diartikan sebagai seseorang seniman teater dalam menyusun teks teater berarti merajut berbagai macam peristiwa di lingkungan sosialnya lalu direspon dalam bentuk teks hingga pertunjukan. 


Tentunya, bicara masalah lingkungan sosial, maka tidak bisa terlepas dari bahasan persoalan sosial, budaya, hingga yang lebih pribadi seperti psikologi.


Maka proses penerjemahan teks lakon atau naskah drama ke atas panggung juga berarti proses riset yang lain. Naskah drama atau teks lakon merupakan hasil riset dari seseorang terhadap lingkungan sosialnya. Maka proses penerjemahannya ke atas panggung juga merupakan proses riset berikutnya, termasuk mengaitkannya dengan karakter penonton dan hal-hal lainnya.


Richard Schechner menyebut pula proses pementasan teater sebagai proses pengembalian masa lalu. Masa lalu tentunya terkait dengan banyak memori, kenangan, ingatan serta respon terhadap peristiwa historis tersebut. Ada banyak hal yang merupakan sebab-akibat terhadap kejadian tersebut. Maka, menampilkan atau menonton teater bisa diartikan sebagai proses membaca ulang untuk melacak hal-hal yang terjadi di masa lalu.


Hal itulah yang menjadikan seniman teater, bahkan penonton sekalipun, muncul sebagaimana antropolog. Seorang seniman teater dan grupnya akan mendokumentasikan sebuah kejadian atau respon terhadap kejadian di masa lalu menjadi sebuah "ritual teater". Hanya saja, menurut Richard Schechner, praktik kerja yang akan berbeda bila sutradara atau seniman teater membawakan lakon yang sudah diciptakan sebelumnya. 

Ads