Teknik Blocking dalam Teater dan Mengapa Aktor Mesti Menguasainya -->
close
Pojok Seni
29 May 2020, 5/29/2020 09:02:00 AM WIB
Terbaru 2020-05-29T02:02:32Z
Materi Teaterteater

Teknik Blocking dalam Teater dan Mengapa Aktor Mesti Menguasainya

Advertisement
Ilustrasi: Set panggung pentas "Pelukis&Wanita" oleh salah satu kelompok teater mahasiswa di Pekalongan
Pojokseni.com - Masa pandemi adalah masa yang tepat untuk para seniman khususnya yang pemula untuk tetap melakukan latihan dan tentunya mengenali lagi teknik-teknik pemanggungan. Karena itu, dalam artikel kali ini, PojokSeni akan kembali mengulas tentang teknik-teknik dasar yang mesti dikuasai seorang aktor.

Salah satu teknik yang mesti dikuasai oleh seorang aktor teater adalah teknik blocking. Secara singkat kita bisa mengartikan teknik blocking sebagai penempatan posisi atau kedudukan tubuh aktor di atas panggung.

Ada empat prinsip dasar penentuan posisi dalam teknik blocking. Keempatnya antara lain:


  • Seimbang (Balance)


Mata penonton tidak terkesan melihat panggung seperti sesuatu yang berat sebelah. Ibarat kapal yang lebih berat di suatu sisi, maka akan ada dua kerugian, pertama ada satu sisi yang hanya menghadirkan kekosongan dan yang kedua akan tenggelam di suatu sisi.

Keseimbangan tersebut tidak hanya melihat para aktor, tapi juga mempertimbangkan properti, dekorasi panggung dan sebagainya. Saat pemain sedang berdialog, tidak ada satu sisi panggung yang terkesan begitu hampa atau kosong.


  • Utuh


Blocking yang dihadirkan untuk menampilkan satu kesatuan yang utuh. Hal itu berarti semua jenis baik gerak tubuh, tata artistik dan penempatan (positioning) pemain mesti diperhatikan sebagai satu kesatuan yang melebur. Jadi, penempatan posisi tidak bisa hanya sebagian, misalnya hanya pemain saja, tanpa mempertimbangkan properti.

Pemain tidak diperbolehkan menutupi pemain lain, tapi juga tidak bisa ditutupi atau tertutupi oleh properti yang penting bagi satu adegan dan sebagainya.


  • Variatif


Hanya karena ingin mengatur sebuah blocking yang seimbang, namun tidak bisa dilakukan dengan begitu statis. Atau dengan kata lain hanya satu arah, sehingga tampak dan terbaca oleh penonton.

Atau, gerakannya begitu tidak wajar sehingga penonton juga menyadari bahwa ada blocking tertentu yang hendak ditampilkan. Jadi, gerakan mesti divariasikan berbeda-beda namun tetap wajar. Termasuk tidak boleh terlalu berlebihan.


  • Titik Fokus


Ada pemain yang menjadi pemain utama dalam suatu lakon. Dengan kata lain, pemain utama adalah pemain yang "semesta" mengitarinya. Maka dia adalah titik fokus atau pusat perhatian. Pandangan penonton mesti difokuskan untuk melihat semua ekspresinya dan sebagainya. Dengan demikian, teknik blocking ditujukan untuk tetap mengarahkan mata penonton mesti diarahkan ke pemain tersebut.

Mesti demikian, tetap mengikuti semua aturan atau prinsip sebelumnya. Meski Anda ingin mengarahkan pandangan penonton tetap pada satu titik fokus utama, bukan berarti posisi panggung menjadi "berat" ke satu sisi, juga tidak utuh.

Nah, dari beberapa prinsip di atas, ada beberapa hal lagi yang mesti jadi pertimbangan seorang aktor ketika mencari posisi adalah lawan bermain, properti, dan pencahayaan.

Bila lawan bermain mungkin masih lebih aktif jadi akan sama-sama mencari posisi terbaik ketika berada di atas panggung. Namun properti, semacam kursi atau meja, tentunya akan tidak aktif. Makanya, blocking yang dihadirkan mesti diperhitungkan dengan positioning properti berukuran besar tersebut. Bahkan, positioning properti tersebut juga sudah diperhitungkan sejak awal agar lebih mudah menghadirkan blocking yang balance, utuh, seimbang dan variatif.

Terakhir adalah pencahayaan, yang tentunya akan sangat baik bila berada di tangan yang tepat. Cahaya yang menyinari panggung bisa memengaruhi psikologis penonton, sekaligus aktor. Panggung bisa terkesan pagi, siang, malam dan sore dengan pencahayaan yang tepat. Tapi, bisa juga terkesan seimbang dan utuh.

Tentunya, terkait pencahayaan akan dibahas dalam artikel selanjutnya.  

Ads