"Nenek Moyangku" Seorang Pelaut, Bagaimana Bentuk Kapalnya? Ini Kapal Jong Nusantara -->
close
Pojok Seni
08 March 2020, 3/08/2020 03:02:00 AM WIB
Terbaru 2020-03-07T20:02:06Z
ArtikelSejarah

"Nenek Moyangku" Seorang Pelaut, Bagaimana Bentuk Kapalnya? Ini Kapal Jong Nusantara

Advertisement
Ilustrasi pembuatan kapal Jong Nusantara
pojokseni.com - Kerajaan besar yang berkuasa di Nusantara, tentunya ada dua yang paling mudah teringat oleh anak-anak zaman sekarang, Majapahit dan Sriwijaya.

Keduanya, juga kerajaan-kerajaan lainnya, memiliki armada laut yang hebat. Armada laut yang hebat, tentunya akan dibarengi pula dengan kapal yang hebat.

Salah satunya, kapal perang andalan Nusantara era dulu adalah Kapal Jong Nusantara. Kapal ini juga disebut kapal "Jung" oleh pelaut asal Asia lainnya, dan disebut "Junco" oleh pelaut asal Eropa. Kapal Jong adalah jenis kapal layar berukuran sangat besar yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk berperang. Selain Tiongkok, kapal jong yang berikutnya dikenal dunia adalah Jong Jawa.

Catatan beberapa ahli di zaman dulu banyak menuliskan tentang kapal jong Nusantara ini. Misalnya, Wan Cen, penulis asal Tiongkok yang menuliskan tentang sebuah kapal jong besar lebih dari 50 meter, mampu mengangkat orang dan barang dengan total 1000 ton (dalam tulisan itu disebut 10.000 cargo). Dalam tulisan itu, Wan Cen menyebut kapal jong ini berasal dari negeri kepulauan di selatan, tentunya merujuk ke Nusantara. (Buku tersebut berjudul Hal Aneh dari Negeri Selatan atau Nan Zhou Yiwu Zhi).

Astronom terkenal asal Yunani, Ptolomaeus, juga menuliskan tentang kapal jong Nusantara tersebut dalam buku termasyurnya, Geography. Kapal tersebut ditulisnya dengan nama "Kolandiaphonta" (sejumlah sumber menyebut nama ini berasal dari tulisan Wan Cen K'un-lun po atau Negeri di Selatan). Kapal besar itu berasal dari Timur India yang merupakan salah satu kapal terbesar di dunia pada saat itu, selain Jong Tiongkok.

Tidak hanya besar saja, tapi teknologinya juga mutakhir di eranya. Baik tulisan Wan Cen, maupun buku-buku lainnya menyebutkan bahwa kapal dengan tinggi di atas air mencapai 7 meter ini memiliki empat layar yang tidak menghadap depan tapi miring. Empat layar tersebut dapat diperbaiki atau diatur lagi arah hadapnya dengan cepat, karena ditujukan untuk menerima angin dan menumpahkannya ke layar lain.

Layar yang berada di belakang berukuran paling besar, melemparkan angin yang diterimanya ke layar yang lain. Sehingga, berpengaruh pada kecepatan kapal tersebut. Kondisi layar yang dibuat miring tersebut juga membuat kapal ini mampu melalui angin besar, ombak bergulung dan badai dengan cepat dan menghindari kecemasan.

Seorang pelaut Portugis, bernama Gaspar Correia melaporkan pada pimpinannya Alfonso de Albuquerque, ketika kapal galeon terbesar mereka bernama Flor Do Mar bertemu dan saling baku tembak dengan kapal "Jong". Kata Gaspar Correia, kapal (yang ia sebut Junco) itu sangat tinggi, dan papannya berlapis-lapis. Sampai meriam terbesar mereka tak mampu menembus dinding kapal tersebut.

Kapal Flor Do Mar adalah kapal galeon terbesar yang dimiliki Portugis saat itu. Namun, ketika berjalan di samping kapal Jong, bahkan mereka tak mampu menyeberang ke kapal itu karena terlalu tinggi. Simak perbandingan tinggi kapal Jung dengan kapal perang besar Portugis (Galeon) di bawah ini.

Perbandingan kapal Jong dengan Galleon

Namun, Kapal Jong milik kerajaan Samudera Pasai tersebut berhasil dikalahkan oleh 43 kapal galeon Portugis, setelah tembakan merima mereka menghancurkan tiang kemudinya.

Setelah baku tembak antara kapal Jong dengan armada laut Portugis, tanggal 22 Februari 1513, baku tembak kembali terjadi. Kali ini antara armada Portugis yang dipimpin Fernao Pires de Andrade dengan pasukan Kerajaan Demak yang dipimpin Pati Unus. 

Saat itu, armada laut Demak membawa satu Jong yang lebih besar. Sampai kapten Portugis tersebut lewat surat yang dikirimkannya pada Albuquerque menyatakan bahwa kapal Jong yang dibawa Demak, milik Pati Unus adalah Jong terbesar yang pernah ia lihat. Nyaris 1000 orang di atas kapal itu dan tembakan bombard serta meriam tak mampu menembus dindingnya.

Ukuran Besar jadi Kelemahan

Gambaran kapal Jong besar di laut Banten

Meski kapal Jong ini sangat besar, bahkan disebut oleh para pedagang dari Italia sebagai benteng berjalan di atas air, namun bukan berarti Jong ini tak memiliki kelemahan. Beberapa kali kekalahan armada laut kerajaan di Nusantara ketika berhadapan dengan armada laut Portugis semuanya disebabkan oleh satu-satunya kelemahan Jong: lamban!

Yah, dibandingkan galleon dan jenis kapal perang berukuran besar lainnya, Jong berukuran sampai 3-5 kali lebih besar. Kapal di Majapahit, sampai Demak membuat takjub para lawannya. Mampu membawa ribuan prajurit sekaligus menjadikan kapal Jong sebagai kapal yang paling berbahaya.

Penguasa Kanton atau sekarang menjadi Guangzhou, melarang kapal masuk ke daerah tersebut, dan hanya membolehkan berlabuh di sebuah pulau yang berada di lepas pantai Kanton. Sebab, mereka takut akan kapal Jong Nusantara, entah berasal dari Jawa atau Melayu. Padahal saat itu, Tiongkok memiliki 1000 kapal jong!

Selain itu, jong Tiongkok juga dikenal sebagai salah satu kapal yang besar dan kuat di dunia. Tapi, bahan-bahan jong Jawa berasal dari kayu jati dan kayu ulin dari Kalimantan, yang membuat kapal Jong Jawa lebih tahan tembakan dan begitu mengerikan di atas samudera.

Namun, ukuran besarnya memberi masalah baru. Geraknya terlalu lamban, dibandingkan dengan galleon dari Portugis. Akhirnya, dengan gerak yang lebih cepat, galleon bisa mengarahkan tembakan ke kapal Jong dari arah mana saja dengan cepat. Ukuran yang besar dari Jong, tentunya juga menyulitkan untuk menghindari tembakan apapun.

Meski demikian, kapal jong Nusantara tetap mengagumkan. Faktanya, Alfonso de Albuquerque memerintahkan sejumlah pekerja yang biasa membuat kapal Jong Nusantara membuat kapal besar untuk menjadi penjaga pantai, baik di wilayah kekuasaan Portugis sampai di Portugis itu sendiri, saat itu.

Ads