Mengenali 11 Bahasa Daerah di Indonesia yang Telah Punah -->
close
Pojok Seni
05 March 2020, 3/05/2020 05:28:00 PM WIB
Terbaru 2020-03-05T10:28:51Z
ArtikelBerita

Mengenali 11 Bahasa Daerah di Indonesia yang Telah Punah

Advertisement

pojokseni.com - Data tahun 2011 silam, sudah tercatat 11 bahasa asli di Indonesia yang telah punah. Tidak hanya itu, ada beberapa bahasa lainnya yang juga terancam punah.

Dalam tulisan kali ini, PojokSeni mencoba untuk mengenali lagi 11 bahasa yang telah punah tersebut. Ke-11 bahasa tersebut berasal dari Maluku dan Papua. Berikut 11 bahasa yang telah punah tersebut.

11 Bahasa Daerah di Indonesia yang Telah Punah

Pulau Buru, di Provinsi Maluku. Di pulau yang indah dan pernah menjadi tempat pengasingan Tapol ini ada beberapa bahasa yang telah hilang.

Bahasa Kayeli


Kayeli adalah sebuah bahasa yang digunakan di daerah Maluku tengah, Pulau Buru Utara dan Teluk Namlea, kesemuanya termasuk Provinsi Maluku. Ada tiga dialek dari bahasa Kayeli, antara lain dialek Kayeli, Leilali dan Lumaete. Informasi terakhir, pada tahun 1995 hanya tinggal 3 orang penutur bahasa ini. Saat ini, bahasa ini dinyatakan telah punah.

Bahasa Piru


Bahasa Piru adalah bahasa yang digunakan di Desa Piru, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Informasi terakhir pengguna terakhir bahasa ini hanya tinggal beberapa orang saja di awal tahun 2000-an.

Bahasa Moksela


Bahasa satu ini dipertuturkan di Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Kemungkinan bahasa tersebut adalah keturunan dari Melayu-Polinesia, berdasarkan geografisnya. Tidak banyak data terkait bahasa ini, karena bahasa ini telah dinyatakan punah tahun 1974.

Bahasa Palumata


Tidak banyak informasi yang didapatkan dari bahasa satu ini. Bahasa ini dinyatakan telah punah, dan kemungkinan berasal dari keluarga bahasa Austronesia.

Papua, juga menjadi salah stu destinasi wisata favorit di Indonesia. Tercatat ada dua bahasa asal Papua yang juga telah hilang.

Bahasa Ternateño


Bahasa Ternateño adalah bahasa perpaduan Bahasa Portugis dan Melayu yang digunakan di Ternate, ketika Portugis menduduki wilayah tersebut abad ke-16. Bahasa kreol berbasis Portugis ini sudah tidak pernah dipergunakan lagi sejak bahasa Melayu Ambon sepenuhnya di daerah tersebut digunakan akhir-akhir ini.

Bahasa Hukumina


Bahasa satu ini termasuk rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini tidak terklasifikasi dengan baik dan tidak mampu diselamatkan, karena di tahun 1990 bahasa ini telah punah. Hanya tinggal 1 orang penutur bahasa ini ditemukan tahun 1989.

Bahasa Hoti


Bahasa Hoti adalah bahasa yang dipertuturkan di wilayah Pulau Seram bagian timur. Ditemukan satu orang yang menuturkan bahasa ini di tahun 1987, dan ketika ia meninggal di tahun 2007, maka kemungkinan bahasa ini ikut punah bersama penutur terakhir tersebut.

Bahasa Serua


Bahasa ini dituturkan di Pulau Serua, Provinsi Maluku. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Pembicara terakhir bahasa ini dipindahkan karena gunung berapi di Serua meningkat aktivitasnya.

Bahasa Tandia


Bahasa Tandia ini digunakan di daerah Teluk Wondama, Papua Barat. Bahasa ini digunakan oleh suku Tandia. Tapi sayangnya, suku Tandia aslinya bahkan tidak mengenal bahasa Tandia ini. Sebab, bahasa Tandia yang digunakan suku Tandia (Mbakawar) telah punah pada tahun 1970-an.

Bahasa Mawes


Bahasa ini dipertuturkan di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Sayangnya bahasa ini telah dinyatakan punah pada tahun 1980-an.

Bahasa Nila


Bahasa Nila adalah bahasa asli yang digunakan di Pulau Nila, Provinsi Maluku. Aktivitas gunung berapi di Pulau Nila membuat para penutur aslinya berpencar dan mengungsi. Hal itu yang diduga menjadi penyebab bahasa ini tidak  dipertuturkan lagi. Tak jelas sejak kapan bahasa ini mulai hilang, karena jejak terakhir penggunaan bahasa ini benar-benar sudah sulit ditemukan lagi.

Ads