Antropologi Tari: Pendekatan Tari Secara Antropologis -->
close
Pojok Seni
18 May 2019, 5/18/2019 01:24:00 AM WIB
Terbaru 2019-05-18T19:05:34Z
ArtikelResensiSeni

Antropologi Tari: Pendekatan Tari Secara Antropologis

Advertisement
Ilustrasi penari
pojokseni.com - Royce membuka bab pertama dengan memberikan berbagai kerancuan dari definisi tari. Meskipun ia beranggapan bahwa tari adalah seni yang paling tua, bahkan tari lebih tua dari seni itu sendiri. Namun, definisi tetang tari atau yang dikategorikan sebagai tari masih juga belum menemukan titik terang.

Dasar semua definisi tari adalah anggitan ritme atau gerak yang terpola. Namun, definisi tersebut juga belum bisa membedakan tari dengan aktivitas ritmis, seperti berenang, bekerja, bermain tenis atau juga membuat kano.

Kemudian definisi tersebut difokuskan lagi menjadi tari adalah gerak ritmis yang dilakukan untuk sesuatu maksud yang melewati kegunaanya. Royce mengambil kesimpulan bahwa tari adalah pola gerak yang dipertunjukan dan berakhir dalam dirinya sendiri.

Melakukan pendekatan terhadap tari secara antropologis memiliki keuntungan, karena pendekatan ini merupakan satu-satunya cara dalam mengukur makna tari yang sebernarnya dalam semua kelompok atau masyarakat, karena satu-satunya pendekatan dengan pengamatan menyeluruh dengan cakupan tari yang cocok didalamnya.

Hingga lahirlah sebuah kesimpulan bahwa tari adalah budaya dan budaya adalah tari, serta kesatuan tari seutuhnya tidaklah bisa dipisahkan dari anggitan antropologis tentang kebudayaan.


Pandangan antropolog terhadap tari sama dengan pandangan penonton tari. Teknik antropologi yang paling tua dan banyak dilakukan adalah observasi terlibat. Istilah ini umunya bersifat deskriptif kaitannya dengan kerja antropolog di lapangan.

Penari Indonesia (sumber foto: GoodnewsfromIndonesia)
Meskipun demikian, perbedaannya secara kualitatif muncul, yaitu antara pertunjukan dan pandangan tari secara impresionistik dengan perlakuan tari sebagai objek penelitian antropologis.

Royce dalam bukunya menulis tentang keberadaan tari dalam konteks penelitian antropologi seratus tahun yang lalu. Royce berpendapat ada yang membedakan pendekatan tari secara antropologis yang terpisah dari semua pendekatan lainnya. Pengamatan, pemerian, dan analisis merupakan bangunan berkas penelitian antropologis.

Bab I dan Bab II dari buku Antropologi Seni oleh Anya Peterson Royce mencoba mengupas tentang permasalahan ambiguitas dari definisi tari. Berbagai definisi tari yang lahir dan bermunculan belum dapat dikatan sebagai definisi mutahkhir.

Dari permasalahan itulah, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengukur makna tari yang sebenarnya dapat dilakukan menggunakan pendekatan antropologis. Kesulitan yang akan ditemu dari pendekatan ini adalah dalam upaya membeberkan seluk beluk tari selain menyatakannya secara impresionistik, seorang harus mengoraknya atau memisahkan dari budaya masyarakatnya.

Untuk mendukung pendapat tersebut, Royce mengutip pendapat dari Merriam, “ambil gejala yang ada dalam serpihan tertentu dengan harapan kelak bisa menandainya. Diharapkan hal ini dapat diselesaikan tanpa merusak gejala yang ada.

Royce dalam tulisannya mengajak pembaca untuk bersama menegaskan bahwa kajian tari itu sesuai dengan standar dan prosedur sama seperti bidang antropologi dengan kajian aspek kemanusiaan yang lain. Royce mengajak kembali untuk bersama melakukan pengamatan, pemerhatian, analisis, serta membuat perbandingan data tari.

Dari tulisan Anya Peterson Royce, penulis menyimpulkan bahwa tari adalah pola gerak yang dipertunjukan. Untuk menemukan esensi dari tari, pendekatan yang representatif adalah pendekatan antropologis. Tujuan akhir dari antropologi adalah memeriksa serta membandingkan masalah tertentu untuk kemudian sampai pada masalah umum dalam rangka menjelaskan gejala prilaku insani.

Kalau tidak, antropologi bisa disebut sebagai masalah pengumpulan berbagai adat istiadat yang pelik dan rumit.

Secara umum, tulisan Royce di Bab I dan Bab II telah menggambarkan secara garis beras tentang tari dan bagaimana mengetahui makna yang terkandung dalam tari menggunakan pendekatan antropologis.

Bagian awal dari buku Antropologi Tari ini tidak hanya menambah pengetahuan pembaca, tetapi juga mengajak pembaca untuk tertarik untuk menelusuri kelanjutannya. (isi/pojokseni.com)

Tulisan ini merupakan Review buku Antropologi Seni oleh Anya Peterson Royce BAB 1 dan BAB 2 oleh Ikhsan Satria Irianto.




Ads