Ingin Menjadikan Anak Suka Membaca, Tapi Orang Tua Tak Mau Membaca? Impossible! -->
close
Pojok Seni
28 April 2019, 4/28/2019 03:19:00 AM WIB
Terbaru 2019-08-18T08:58:29Z
Artikel

Ingin Menjadikan Anak Suka Membaca, Tapi Orang Tua Tak Mau Membaca? Impossible!

Advertisement

Akhir-akhir ini, kita sering melihat bagaimana peringkat literasi Indonesia yang rendah di tingkat dunia, menjadi bulan-bulanan warganet. Beberapa orang yang merasa memiliki literasi lebih tinggi, akhirnya mulai menyalahkan pendidikan Indonesia di tengah krisis literasi tersebut.

Lebih parah lagi, beberapa lainnya menumpahkan kesalahan tersebut ke pemerintah. Pemerintah yang dianggap gagal dalam upaya meningkatkan literasi bangsa ini. Sementara itu, kita melihat bagaimana lini masa media sosial dijejali dengan berita-berita palsu, dan fakta yang saling tumpang tindih. Rendahnya kemampuan literasi akhirnya menjadikan seseorang sulit membedakan mana berita asli dan mana berita palsu.

Kisruh politik yang terjadi beberapa waktu lalu menjadikan orang-orang yang lebih cerdas dan lebih tinggi kemampuan literasinya justru melakukan propaganda dengan menyebarkan berita palsu. Sedangkan yang kurang kemampuan literasinya malah membagikannya ke banyak orang. Hasilnya, setelah dirundung masalah bahwa negara ini memiliki minat baca yang rendah, nah yang dibaca sesekali justru artikel yang kemungkinan fitnah.

Lantas, perjuangan literasi mulai digalakkan. Para "pejuang" literasi mulai terlihat eksistensinya, dengan membuka perpustakaan keliling, mengajak datang ke perpustakaan, mengajak beli buku dan sebagainya. Hasilnya, masih belum terlihat nyata, karena peringkat literasi Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tahun 2016 lalu, Indonesia masih tersungkur di urutan 60, dari 61 negara yang disurvei.

Indonesia hanya unggul dari Bostwana, negara di Afrika yang baru merdeka tahun 1966 dan bahkan hanya bertemu dengan hujan sesekali dalam beberapa tahun. Negeri kecil di Afrika ini sekarang juga gencar dengan kegiatan literasi karena berada di posisi juru kunci.

Anak Cenderung Meniru, Terlebih Meniru Orang Tua


Seorang anak belajar dengan cara meniru, itu yang paling besar kemungkinan untuk membentuk kebiasaan sekaligus kepribadiannya. Ia menggunakan panca indranya untuk mengamati, kemudian ia melakukan peniruan. Sedangkan orang tua, menjadi role model yang paling pertama, sekaligus yang paling utama. Tentang itu, saya kira semua psikolog, khususnya psikolog anak dan keluarga akan setuju dengan pernyataan itu.

Jadi, pepatah yang mengatakan "buah jatuh tidak jauh dari batangnya" tentu saja sangat besar kemungkinannya. Pertama, dari faktor genetika, ada kecerdasan, bakat, minat dan sebagainya yang diturunkan langsung oleh orang tua. Dan yang kedua, dari faktor pembelajaran si anak terhadap apa yang ia saksikan. Tentunya, apa yang ia saksikan dari rumah dan orang tuanya adalah hal yang paling berkemungkinan untuk ia tiru.

Sekarang, pertanyaan utama, kenapa seorang anak tidak suka membaca? Apabila benar data yang diungkapkan PISA bahwa Indonesia memiliki minat baca yang rendah, maka kemungkinan besar si anak sudah memulai "minat rendah"-nya sejak dari rumah.

Orang tua, bila menginginkan anaknya rajin membaca, tentu saja hanya satu syaratnya: ia pun harus rajin membaca! Sedangkan bila orang tua rajin membaca pun, masih belum tentu 100 persen anaknya akan gemar membaca, bukan?

Psikolog bahkan berpendapat, jangan pernah menyuruh anak Anda makan sayur, kalau orang tuanya tidak makan sayur. Begitu juga dengan meminta anak bangun pagi dan membereskan tempat tidur, apabila orang tuanya bangun siang dan tidak membereskan tempat tidur. Sekarang, sambungkan pernyataan psikolog tersebut dengan pertanyaan "bagaimana agar anak rajin membaca?"

Apalagi, pelibatan keluarga dalam pendidikan anak sejak tahun 2017 sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017. Jadi, keluarga juga bertanggungjawab terhadap perkembangan dan pendidikan seorang anak, karena pendidikan pertama kali ditemukan oleh seorang anak, justru di rumahnya. Termasuk, untuk membudayakan membaca.

Bila orang tua membiasakan untuk membaca, baik itu membaca koran, buku, majalah dan apapun itu, maka anak akan terbiasa meniru, lalu menjadi budaya dan gaya hidupnya. Bila orang tua lebih sering menunjukkan ketergantungannya pada gawai, maka begitu pula anak itu nantinya.

Ketika mulai beranjak dewasa dan anak tersebut akan langsung berinteraksi dengan lingkungannya, setidaknya budaya baca tersebut sudah terbentuk dalam diri si anak. Bila sudah menjadi budaya dan gaya hidup, maka kebiasaan membaca itu akan sulit hilang, meski si anak nantinya berada di lingkungan orang-orang yang tak suka membaca, bahkan berpendidikan rendah.

Apalagi, bila Anda juga memiliki perpustakaan pribadi di rumah. Siapkan juga buku untuk berbagai jenjang usia, agar anak Anda setiap jenjang usianya tetap bisa menemukan buku yang bagus untuk baca.

Memberi Contoh Lebih Efektif Ketimbang Memberi Perintah


Seperti diungkapkan lewat kisah Keluarga Hebat, yang dimuat di situs Sahabat Keluarga Kemdikbud, seorang perempuan bernama Sunarsih dan kakaknya, Kusmini, warga Kampung Gempol, Desa Kertamulya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kedua orang ini mendapat pengajaran dari orang tuanya dengan cara diberikan contoh, bukan diperintah.

“Mereka lebih banyak mencontohkan bukan memerintah. Jadi kami lebih enak mengikutinya dan akhirnya sadar sendiri dengan melihat daripada disuruh," kata Sunarsih seperti dikutip dari website Sahabat Keluarga.

Hasilnya, meski orang tuanya, pasangan Esim dan Komariah, berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun anak-anak mereka mampu memperoleh berbagai prestasi akademik, dan sekolah hingga perguruan tinggi. Bisa dikatakan bahwa bukan perintah yang menjadikan motivasi belajar, membaca dan menuntut ilmu menjadi sedemikian besar di hati anak-anak mereka.

Karena anak akan lebih tergerak dengan contoh dan teladan, ketimbang diperintah. Jadi, Anda ingin anak Anda menjadi semangat membaca dan terus membuka jendela dunia lewat buku? Berikan contoh yang baik, dengan membaca buku terlebih dulu. Selanjutnya, perlahan membaca menjadi budaya, lalu meningkat kemampuan literasi anak tersebut.

Penulis: Adhy Pratama Irianto

#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga

Ads