Nonton Anak-anak Teater Kuncup Mekar Ber”Chanda” -->
close
Pojok Seni
25 March 2019, 3/25/2019 11:30:00 PM WIB
Terbaru 2019-03-25T16:30:37Z

Nonton Anak-anak Teater Kuncup Mekar Ber”Chanda”

Advertisement

Catatan Rudolf Puspa

pojokseni.com - Galeri Indonesia Kaya sudah  memberikan ruang bagi kelompok teater dari seluruh Indonesia untuk menampilkan karyanya. Pada 24 Maret 2019 jam 15.00 kembali memberikan ruang tersebut untuk teater Kuncup Mekar dari Kudus. Judul cerita anak-anak ini adalah “Chanda” karya Teater Kuncup Mekar sendiri.

Di tengah kekeringan tontonan yang menghibur sambil di sana sini ada cubitannya saya sungguh merasakan kesegaran yang memberikan pencerahan otak dan hati. Sepanjang perjalanan pertunjukkan teater ini adalah gambaran dari sketsa-sketsa tentang kerinduan anak anak untuk bermain. Bermain dalam arti yang sebenarnya pernah dimiliki oleh anak anak bangsa yang jumlah populasinya tiap tahun meningkat pesat. 

Pesan moral secara singkat telah digelar di ruang pentas Galeri Indonesia Kaya. Sebuah produksi yang sudah dua tahun terus menerus dipentaskan kemana mana menjadi ungkapan kepada siapa saja untuk bersama sama menemukan solusi bagi pesan singkat para awak teater kuncup dari Kudus yakni reconnect  relationship; atau menghubungkan kembali antar sesama secara nyata yang telah hilang dimakan munculnya teknologi modern yang disebut gadget (gawai).

Pesan yang sangat mulia dan dahsyat ini tentu bukan khusus kepada anak anak namun justru kepada para orang tua yang dengan munculnya teknologi baru ini seolah-olah menjadi alat bantu bagi pendidikan anaknya yang tidak perlu keluar rumah. Menjadi mudah mengawasi anak-anaknya akan keberadaannya karena tinggal telepon. Rasa khawatir anaknya hilang teratasi karena selalu tau anaknya tetap di kamarnya dirumah dengan bermain gadget.

Bahkan jika ada pembantu maka bersama sang pembantu asyik masing-masing main gadgetnya. Bahkan untuk kebutuhan perut telah tersedia masakan mie instan yang cepat saji; tak peduli itu asupan sehat atau tidak.

Sungguh miris dan sekaligus ironis jika para orang tua muda Indonesia harus terberangus oleh pemikiran yang sebenarnya sangat keliru. Merekalah yang semestinya mencari solusi karena anak anak hanya mampu menyampaikan aspirasinya, perasaan-perasaannya, kebutuhan-kebutuhannya yang bahkan juga mungkin tidak menyadari bahwa mereka adalah korban teknologi komunikasi yang canggih.


Jika kemudian menjadi anak yang tidak dekat dengan orang tua, tidak tau bagaimana berkomunikasi dengan orang tua, bagaimana akan mengutarakan rasa gelisah yang tidak diketahui sebabnya, sukar tidur malam dan semangat belajar menjadi kendor sehingga sekolah justru bukan tempat yang menyenangkan.

Tanpa disadari orang tua telah mendidik anak anaknya pintar berkomunikasi dengan benda mati. Handphone kan benda mati yang nurut saja tanpa pernah protes tentang apa isi SMS yang dikirim pemiliknya. Apa anak jadi hidup egois, cuek, individualis, tak peka hati tentu sang benda mati ya tetap saja mati. 

Bahkan ini benda semakin canggih dan mahal namun menjelma menjadi kebutuhan utama bagi manusia. Biarpun di sekolah tingkat SMP dilarang bawa hp namun para tetangga sekolah menerima penitipan HP sehingga sewaktu-waktu bisa curi waktu untuk melihat pesan di HP.

Jangan heran justru pelarangan itu memberi rezeki pada para tetangga sekolah. Belum lagi larangan bawa motor bagi yang belum punya sim, maka mereka pun nitip di tetangga sekolah dan itu penghasilan tambahan bagi tetangga sekolah.

Pentas Teater Kuncup Mekar dari Kudus berjudul Chanda ini layak dan perlu untuk semakin sering dipanggungkan dimanapun. Jika sebuah berita bohong, hoax, fitnah jika terus menerus diviralkan di medsos akhirnya menjadi kebenaran, kenapa kesenian yang justru tidak menyebar kebohongan dan sejenisnya sebaiknya diviralkan sehingga kebenaran ini semakin kuat untuk melawan ketidak benaran yang sedang terjadi di antara kita.

Anak cucuku, kalian telah bermain di panggung dan menghentakkan hatiku. Itulah salah satu kewajiban yang mulia dari bermain teater yakni terus menerus membawa pesan moral sehingga apa yang sangat diperlukan bangsa ini yakni revolusi mental bisa segera menemukan hasil terbaiknya yakni menjadi bangsa yang bermartabat dan cinta pada budaya serta karakter asli bangsa yakni hidup gotong royong.


Dalam gotong royong kita akan belajar bermusyawarah untuk seiya sekata selalu berkomunikasi secara nyata, berbincang, bertemu, berdiskusi, berdebat hingga pada kesimpulan bersama bagi pendidikan karakter bangsa.

Saya bahagia bersama kalian dan ingin rasanya suatu saat ada bersama kalian dan bermain bergembira sambil menyiramkan pesan-pesan moral tanpa pemaksaan.

Salam jabat erat kepada seluruh pemain dan crew teater kuncul mekar dari Kudus. Terus manggung tiada henti sehingga sampai pada tiada hari tanpa teater.

Horas.

Jakarta 25 Maret 2019.
Rudolf Puspa
081310678865.

Ads