Sejarah Melayu Kuno Bagian Dua -->
close
Pojok Seni
19 December 2018, 12/19/2018 07:41:00 AM WIB
Terbaru 2018-12-19T00:41:31Z
ArtikelSastra

Sejarah Melayu Kuno Bagian Dua

Advertisement
Lukisan yang menggambarkan Melayu Kuno (sumber gambar: Pinangpaleo.com)

Sebelum masuk ke pembahasan Sejarah Melayu ke Bagian Dua, baca dulu sejarah melayu bagian satu (Sejarah Melayu)

pojokseni.com - Sebelum 1500 hanya cerita dari mulut ke mulut bentuk kesusastraan di negeri Melayu. Kesusastraan yang dimiliki adalah seni rakyat sejati dan besar jumlah orang turut bercampur. Misalnya waktu meneka teka-teki atau berpantun.

Asalnya bukanlah untuk bersuka-sukaan, melainkan untuk memperolah kesaktian. Demikianlah penekaan teka-teki dapat mempersubur tumbuh padi. Untuk tiap-tiap peristiwa, kelahiran, perkawinan, kematian, panen dan sebagainya ada jenis yang ditentukan. Bahasa dipakai terikat pada bentuk yang tetap, dan dalam bentuk itulah seakan-akan terpaut kekuatan sakti. Pesona, serapah dan pantun hukum termasuk juga ke dalamnya. Jika perlu dipimpin seorang ahli. Pawang namanya.

Kemudian kesukaanlah yang lebih penting. Pelipur lara yang pencariannya daripada bercerita, bercerita tentang putera-puteri, tentang si jenaka, pak Pandir dan lembai malang. Tentang binatang-bintang yang berkata seperti manusia. Tentang hantu dan raksasa. Tiada yang tertulis, semuanya berdasarkan cerita dari mulut ke mulut atau dari angan angan. Akan tetapi dalam beberapa bagian ia menggunakan bentuk yang tetap pula.  Misalnya dalam hal melukiskan kebesaran seorang raja, kecantikan seorang putri, kepermaian sebuah istana dan sebagainya.

Seni rakyat yang sejatinya ini berangsur-angsur lenyap dengan timbulnya kesusastraan tertulis. Ada juga dicoba menuliskan beberapa dari di antara penglahirannya, akan tetapi demikianlah sifatnya sarinya saja dihilang.

Sebagai kesusastraan tertulis dapat dikiranya dipandang sebagai penglahiran yang pertama tulisan pada batu. Yang terpelihara sampai sekarang dan hanya beberapa saja banyaknya. Akan tetapi sedikit saja artinya bagi bahasa Melayu. Pertama tulisan itu amat pendek dan kedua pemberitahuan yang amat resmi dalam sejenis bahasa dalam, setengah bahasa Melayu setengah bahasa Sangsakrit.

Kedua tulisan yang terdapat pada tahun 1920 dekat Talang Tuo dan Kedukan Bukit di ibu pertiwi negeri Palembang masuk yang tertua dari tarikhnya ialah tahun 683 dan 684, isinya yaitu pemberitahuan-pemberitahuan raja Sriwijaya.

Dari tulisan-tulisan pada batu itu dapat juga kita tentukan bahwa melayu itu mula-mulanya menggunakan bahasa Hindu, sebagai kini juga bahasa Batak. Ketika Islam masuk, huruf Arablah sebagai gantinya.

Tulisan-tulisan di batu tersebut diberi bertanggal akan tetapi kitab tulisan tangan yang besar itu jumlahnya tidak demikian. Sehingga tidak mungkin menghaturkan menurut waktu jadinya. Pada galipnya tidak ada nama pengarang atau tanggalan selesainya pada naskah tersebut. Kadang-kadang yang terdapat hanya nama penyalin atau nama empunya dan tanggal selesai salinan itu. Akan tetapi hal itu tidak dapat kita gunakan untuk mengetahui keasliannya. Sudah lamakah salinan itu diperedarkan atau masih baru. Cocokah salinan itu, atau adakah terjadi perubahan-perubahan yang penting dalam tahun-tahun silam.

Karena itu tidaklah dapat kita turut aturan waktu jadinya dalam pembagian kesusastraan Melayu Kuno. Di manakah akhir zaman kuno dan di manakah awal zaman modern. Hal ini sukar menetapkannya dengan tepat, peralihannya berangsur-angsur, sungguhpun sesudah 1890 senantiasa bertambah pesat. Tulisan-tulisan Abdullah Bin Abdul Kadir, yang bertahun-tahun lamanya menjadi pembantu Rafles yang setia di Singapura, yang sebagai juru dan guru bahasa senantiasa berhubungan dengan orang Eropa dan oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh barat. Dipandang bukan lagi masuk ke bahasa malayu kuno melainkan peralihan ke bahasa Melayu  modern. (isi/pojokseni.com)

Bagian karangan dari zaman kuno Melayu:



  1. Hikayat Bakhtiar
  2. Hikayatsi Miskin
  3. Hikayat Hang Tuah
  4. Kutipan-Kutipan Pendek

  • Cerita Lebai Malang
  • Abu Nawas
  • Hikayat Panji Simirang
  • Hikayat Seri Rama
  • Hikayat Amir Hamza
  • Undang-undang malaka


  1. Puisi
  • Pantun Melayu
  • Syair-syair bidadari


Ads