IDENTITAS: Kontradiksi dalam karya Autobiografi -->
close
Pojok Seni
04 January 2018, 1/04/2018 05:05:00 AM WIB
Terbaru 2018-01-03T22:06:54Z
Artikel

IDENTITAS: Kontradiksi dalam karya Autobiografi

Advertisement
Pertunjukan tari eksperimental IDENTITAS koreografer Erwin Mardiansyah

oleh Ikhsan Satria Irianto

pojokseni.com - Layar perlahan terbuka, wajah panggung terlihat masih kosong dengan batten lampu yang berantakan. Perlahan kru panggung masuk dan mulai menyusun artistik panggung. Disusul dengan penata video art dan pemusik yang mulai menempati posisinya. Semua tim pendukung karya baru memulai kerjanya ketika pertunjukan bermula. Sebuah peristiwa ketidaksiapan belakang panggung yang jarang dipertontonkan menjadi gimmick dalam pertunjukan tari ekperimental yang bertajuk IDENTITAS koreografer Erwin Mardiansyah.

Karya tari one man show yang mengangkat judul karya IDENTITAS koreografer Erwin Mardiansyah merupakan salah satu karya tari yang dipertunjukan dalam rangka Festival Tari dengan tema Ruang Tumbuh persembahan Himpunan Mahasiswa Prodi Seni Tari ISI Padang Panjang. Karya IDENTITAS adalah karya yang telah lolos tahap seleksi dan telah dibimbing dalam kegiatan Choreolab oleh beberapa mentor yaitu Ali Sukri M.Sn, Sherli Novalinda M.Sn, dan  Wardi Metro M.Sn. Pertunjukan tari tunggal yang 30 menit ini dihelat pada hari rabu (27/12/2017) di Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni Indonesia Padang Panjang. 

Dalam proses penggarapan karya IDENTITAS, Erwin Mardiansyah yang akrab disapa Mak Win mencoba memilih rekam jejak tubuhnya menjadi ide penggarapan. Mak Win dibantu oleh Dr. Yusril selaku Konsultan Karya dan J Q Aswad sebagai Skonografer untuk memformulasikan retrospeksi memori tubuhnya menjadi suatu karya tari ekperimental.

IDENTITAS merupakan karya eksperimental tentang proses ketubuhan Erwin dalam konteks dua hal yang kontradiktif. Dua hal tersebut yaitu  secara sosiogeografis dan secara kebudayaan. Secara sosiogeografis Erwin hidup didaerah yang berada diantara danau Singkarak dan daerah perbukitan Junjung Sirih. Secara kebudayaan Erwin juga mendapati sebuah ingatan tubuh yang kontradiksi, antara tradisi dan modern. Proses peleburan antara sosiogeografis dan kebudayaan yang bersilangan menjadi capaian Erwin dalam karya IDENTITAS.

Melalui karya IDENTITAS, Erwin mencoba membagikan proses kontemplasinya terhadap dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa tubuh juga merupakan media perekam peristiwa dan tubuh juga menyimpan kenangan. Namun, tidak semua orang menyadari hal itu. Para seniman selalu menjadikan sesuatu yang sangat jauh dari dirinya sendiri sebagai ide penggarapan. Ingatan empiris seseorang sangatlah kaya dan penggalian kembali ingatan empiris tersebut sangat membantu seniman untuk mengetahui siapa dirinya. Proses tersebut digunakan Erwin sebagai proses mengenali lebih jauh tentang dirinya sendiri. 

Dalam proses penggarapannya, Erwin mencoba melakukan hal yang non konvensional dari garapan tari biasanya. Erwin mencoba meninggalkan zona nyamannya untuk mewujudkan karya tari eksperimental yang baru. Pada karya IDENTITAS, Erwin tidak begitu menitikberatkan pada teknik tari. Erwin lebih memilih keheningan dan kekosongan untuk menghasilkan kemonotonan dalam karyanya untuk memunculkan karya tari yang inovatif. Karena menurut Erwin, tidak hanya bergerak saja yang bermana, terkadang diam lebih memiliki makna yang dalam.


Peristiwa Ketidaksiapan yang Tergarap


Pada adegan pembuka dan penutup dari karya IDENTITAS koreografer Erwin Mardiansyah ini menyuguhkan sebuah peristiwa yang menarik. Sebuah peristiwa ketidaksiapan kerja artistik disuguhkan sebagai peristiwa pembuka dari karya IDENTITAS. Gimmick yang berantakan tersebut sontak mengundang tanya para penonton tentang  karya seperti apa yang akan disuguhkan. 
Namun ada hal yang sangat menarik dari peristiwa ketidaksiapan tersebut. Pergerakan tim artistik begitu terstruktur. Kerja-kerja artistiknya pun tidak memakan waktu yang lama. Hilir mudik kru panggung dengan batten lampu yang berantakan dan penata video art yang baru mulai menyesuaikan efek visualnya melahirkan suatu peristiwa yang artistik dan memiliki nilai seni. 

Pergerakan-pergerakn tim artistik yang mengusai area pentas sangat tergambar bahwa peristiwa ketidaksiapan ini adalah sebuah peristiwa yang tergarap. Tergambar jelas bahwa peristiwa ketidaksiapan tersebut telah dilatihankan berulang-ulang. Hal inilah yang membuat pertunjukan tari IDENTITAS memiliki daya tarik tersendiri.

Gimmick tersebut juga memerikan pelajaran kepada seniman lainnya, bahwa untuk menghadirkan sebuah peristiwa ketidaksiapan pentas juga harus digarap dan dilatihankan. Apalagi untuk menghadirkan peristiwa yang siap. (pojokseni.com)

Ads