Lewat "Sidang Para Setan" KTB Rejanglebong Kocok Perut Ratusan Penonton -->
close
Pojok Seni
22 December 2017, 12/22/2017 03:58:00 AM WIB
Terbaru 2017-12-21T20:58:32Z
eventteater

Lewat "Sidang Para Setan" KTB Rejanglebong Kocok Perut Ratusan Penonton

Advertisement
Pentas KTB Rejanglebong yang diawali dengan suasana gelap dan mencekam

pojokseni.com - Komunitas Tiang Bambu (KTB) Rejanglebong, Provinsi Bengkulu berhasil mengocok perut ratusan penonton yang memenuhi gedung Islamic Centre pada pementasan mereka bertajuk "Sidang Para Setan" karya/sutradara : Al Qobriansah (Aan Dahuru) pada hari Kamis (21/12/2017) mulai pukul 20.00 WIB. Dalam pementasan yang berdurasi lebih dari 60 menit ini, awak KTB menghadirkan pertunjukan drama karikatural yang penuh dagelan dan memancing tawa penonton.

Awalnya, panggung gelap dengan iringan backsound yang mencekam. Lalu seorang pemeran masuk dengan menggunakan lilin yang menjadi pencahayaan tunggal dalam adegan tersebut. Lelaki tersebut mendatangi pohon keramat yang ditunggui oleh genderuwo, untuk meminta pesugihan. Genderuwo kemudian muncul dan memberi syarat pada lelaki tersebut untuk mencari banyak sesajen agar permintaannya dapat dikabulkan.

Selanjutnya, Genderuwo memanggil rekan-rekannya sesama hantu, seperti Kuntilanak, Pocong, Tuyul dan Wewe Gombel. Ditopang dengan pencahayaan redup, dan backsound yang mencekam, berhasil menjadikan suasana awal pentas cukup menggidikkan. Apalagi, salah seorang pemeran, yakni Kuntilanak, masuk dari tengah-tengah penonton sehingga membuat beberapa penonton menjadi histeris.

Adegan berubah menjadi dagelan yang penuh kekonyolan ketika para hantu bertemu. Mereka akan menggelar sidang yang dipimpin oleh Drakula. Karena merupakan hantu impor, Drakula datang paling terakhir. Kekonyolan demi kekonyolan terus dihadirkan oleh para pemeran hantu tersebut.

Kritik Sosial dan Promosi Daerah


Uniknya, dalam pentas tersebut tidak hanya banyolan kosong atau sekedar komedi semata. Para pemain juga menyematkan banyak kritik atas kondisi sosial ekonomi saat ini lewat lawakan-lawakan mereka. Beberapa hal seperti kasus korupsi, kebersihan lingkungan, hingga sumpah pocong yang kerap digunakan oleh berbagai oknum tidak luput dari kritikan para pemeran.
Selain kritik, kelompok ini juga mempromosikan adat, budaya, bahasa dan pariwisata Rejanglebong lewat pementasan drama mereka. Promosi daerah tersebut sangat penting, mengingat kabupaten tersebut ingin mewujudkan visinya untuk menjadi kota wisata.

Sebelum pentas dimulai, pementasan pembuka adalah seorang pantomimer cilik dan pesilat wanita cilik yang unjuk kebolehan. Dalam usia yang masih sangat belia, kedua orang ini menampilkan suguhan yang menarik, sesuai kemampuan mereka masing-masing. (ai/pojokseni) 

Ads