Meriahnya Tahun Baru Islam di Bengkulu : Upacara Tabot dan Kisah Tragis Cucu Nabi -->
close
Pojok Seni
22 September 2017, 9/22/2017 10:35:00 PM WIB
Terbaru 2017-09-22T15:35:41Z
ArtikelBerita

Meriahnya Tahun Baru Islam di Bengkulu : Upacara Tabot dan Kisah Tragis Cucu Nabi

Advertisement
Tabot di Bengkulu

pojokseni.com - Perayaan Tahun Baru Islam di Bengkulu dan Pariaman, Sumatera Barat bisa disebut sama meriahnya dengan perayaan Tahun Baru Masehi di berbagai daerah lainnya. Bagaimana tidak, dalam tahun baru hijriah ini, di dua daerah tersebut digelar upacara ritual budaya yang unik dan peninggalan sejarah nenek moyang, yakni acara Tabot atau di Pariaman disebut Tabuik. Penyelenggarannya digelar pada tanggal 1 hingga 10 Muharram setiap tahunnya dan sukses menyedot animo masyarakat dan turis lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke pesisir barat pulau Sumatera tersebut. Tahun ini, penyelenggaran dimulai pada hari Kamis (21/9/2017).

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa Tabot berarti peti mati dari anyaman bambu yang kemudian diberi kertas berwarna. Peti tersebut kemudian diarak sebagai peringatan kematian cucu nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein yang terjadi pada tragedi di Karbala tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriah. Hasan dan Husein adalah anak dari Ali bin Abu Thalib, yang meninggal ketika perang perebutan kekuasaan di era kejayaan kerajaan Islam dulu kala.

Tabot di Bengkulu

(Baca juga : Dorong Geliat Seni, Seniman Bengkulu Dirikan Asosiasi)

Biasanya, juga ada patung kuda yang menyimbolkan buraq. Patung buraq tersebut disimbolkan sebagai kendaraan yang membawa arwah Hasan dan Husein ke surga. Upacara dimulai dengan pengambilan tanah, di lapangan tugu Bengkulu, depan Rumah Dinas Gubernur Bengkulu.

(Baca juga : Seniman Cantik Asal Bengkulu Ini Jelajahi Panggung Malaysia, Singapura, Thailand, Beijing hingga Jepang)

http://www.pojokseni.com/2016/08/seniman-cantik-asal-bengkulu-ini.html
Upacara tersebut juga menyiratkan kentalnya budaya Persia (Iran dan Iraq sekarang) di tanah pesisir barat Bengkulu. Sebab, sejarah mencatat bahwa pedagang dari Persia dengan agama Islam aliran Syiah yang menyebarkan agama Islam di pesisir barat Sumatera zaman dulu, sampai akhirnya agama Islam bisa berkembang di daerah tersebut. (ai/pojokseni)

Ads