Unsur-unsur Pementasan Drama bag (IV) -->
close
Adhyra Irianto
11 February 2016, 2/11/2016 02:34:00 AM WIB
Terbaru 2016-02-11T17:20:59Z
Materi Teaterteater

Unsur-unsur Pementasan Drama bag (IV)

Advertisement

oleh : @pojokseni

pojokseni.com - Sebagai lanjutan dari unsur-unsur pementasan drama bagian 1, 2 dan 3, dalam bahasan kali ini, akan dibahas tentang Tata Busana, Tata Rias, tata Cahaya, tata dekorasi dan tata musik.

Pembahasan kali ini adalah tentang tata busana, tata rias, tata cahaya, tata dekorasi dan tata musik yang digunakan dalam pementasan teater.


1. Tata Busana


Tata busana atau kostum bertujuan sebagai salah satu alat untuk membantu memproyeksikan peran diatas panggung. Dalam kehidupan sehari-hari, tingkah laku, kepribadian dan sifat terkadang dapat langsung tergambar dari pakaiannya. Celana jeans robek dan kaos hitam menggambarkan seseorang yang bebas dan tidak mau terikat aturan, sedangkan perempuan dengan baju ketat berleher baju rendah, rok pendek dan berwarna menyala menggambarkan seseorang perempuan genit. Intinya, pakaian yang digunakan oleh seseorang dapat memberi kesan pada orang lain untuk mendeskripsikan kepribadian orang itu. Begitu pula diatas pentas, pilihan baju dan warnanya harus cocok. Agar, tidak ada deskripsi atau kesan dari penonton yang berlawanan dengan peran sesuai tuntutan naskah.
Contoh penggunaan tata busana dengan kesan  'kelam'

Dari cuplikan diatas, Syahliar Syam memberi ketentuan pakaian yang harus perhatikan oleh tata busana sebuah pementasan drama, antara lain :
- Busana harus membantu menyampaikan naskah. Untuk drama yang tragedi, dominan warna hitam bisa dipilih karena akan menimbulkan kesan 'kelam'
- Corak warna yang disesuaikan dengan setting. Bila setting tempat berwarna merah mencolok, menggunakan pakaian dengan warna merah pula, atau warna yang tidak padu dengan merah, harus mendapat aksentuasi lain. Agar, tata busana itu tidak menjadikan seorang aktor justru tenggelam dalam balutan warna yang tidak padu atau sama persis dengan pakaiannya.
- Pakaian harus menghidupkan suasana perwatakan pelaku. Tentu, seseorang dengan pakain rapi, sepatu kulit, kancing baju sampai atas, dihiasi kaca mata, rasanya tidak sesuai bila memerankan seorang 'preman' atau tukang menagih hutang. kan?
-Pakaian harus tetap membantu gerak aktor lebih luwes. Pakaian yang terlalu kebesaran atau kekecilan harus dihindari, karena membatasi gerak sang aktor dalam berperan.
-Teliti benar, apakah seorang aktor harus mengganti pakaian dalam satu pementasan.

Untuk Jenis pakaian yang digunakan pada pentas harus lebih dititik beratkan pada daya guna pakaian itu di pementasan. Misalnya, dalam adegan pemakaman atau dirumah orang meninggal, didalam drama tentu akan mengedepankan warna serba hitam, untuk mendukung suasana suram. Tentu berbeda dengan suasana pemakaman yang asli dikehidupan nyata, dimana tidak begitu sering warna hitam secara dominan mewarnai acara itu.


2. Tata Rias


Tata rias atau sering disebut, make up yaitu seni merias wajah dengan alat kosmetik tertentu. Didalam teater, riasannya tentu berbeda dengan riasan sehari-hari. Penjelasan secara terperinci tentang tata rias ini akan kita bahas dalam artikel lain.
Dalam tata rias panggung, juga bertujuan untuk menguatkan perwatakan pemeran, mendukung jalan cerita dan tidak 'lebay'.
Dua jenis rias drama, yaitu :
- Character Make up ( Rias Watak)
- Straight Make up (rias tambahan)


Contoh riasan 'kelam'
Character make up yaitu merias wajah pemain sesuai dengan watak yang diinginkan naskah/cerita. Bila dibutuhkan seorang nenek tua, maka riasan akan dibuat berbentuk keriput-keriput diwajah serta aksentuasi lain. Begitu pula untuk membuat kesan perempuan 'nakal' dengan riasan yang sedikit menor. Sedangkan straight make up ialah merias wajah dengan tujuan memperkuat kesan yang sudah ada. Bila seorang pemeran cantik dan memerankan seorang putri raja, maka riasannya hanya bertujuan untuk menonjolkan kecantikannya. Sedangkan bila seorang bertampang 'sangar' memerankan seorang preman, maka riasan ditujukan untuk menonjolkan sisi 'kekejamannya'.
Selain itu, tata rias juga dibedakan menjadi dua, yakni rias jenis dan rias waktu/tempat.
Rias jenis ialah rias yang bertujuan untuk mengubah 'jenis' misalnya dari laki-laki menjadi perempuan, muda menjadi tua dan dewasa menjadi anak-anak.
Sedangkan rias waktu dan tempat bertujuan untuk menonjolkan waktu dan tempat adegan. Misalnya riasan malam untuk menjelang tidur, riasan untuk berangkat ke pesta atau riasan untuk ketempat bekerja harus benar-benar tepat.


3. Tata Cahaya.


Tata cahaya merupakan salah satu unsur dalam pementasan drama yang harus benar diperhatikan. Karena, tata cahaya benar-benar harus menguatkan suasana cerita. Seperti pencahayaan untuk suasana malam, suasana sore dan suasana pagi, harus secara tepat diperhitungkan. Secara sederhana, seperti alat pencahayaan/ lighting yang dimiliki Gedung Teater Tertutup (GTT) Taman Budaya Bengkulu memiliki 3 warna dasar; merah, biru, dan kuning. Pencahayaan seperti warna langit jingga untuk sore hari, biru kelam untuk petang dan malam, serta biru cerah untuk pagi dapat dibuat dengan perhitungan intensitas cahaya yang matang.
Dalam istilah tata cahaya, pemakaian lampu dibedakan menjadi dua, yaitu menyinari dan menerangi. Menyinari berarti mengutamakan efek dramatik, berarti penyinaran itu bertujuan untuk menonjolkan suatu bagian di pentas/panggung sehingga menjadi pusat perhatian. Dengan tujuan, pesan dari adegan itu dapat sampai dengan baik. Sedangkan menerangi diartikan sebagai membuat pentas menjadi terang, sehingga penonton dapat melihat dengan jelas seluruh adegan dan ornamen tambahan yang berada di atas panggung.
Jenis alat tata cahaya dibagi tiga : Strip light (lampu deret), Spot Light (lampu sorot) dan flood light. 
 Strip light adalah beberapa lampu yang dipasang berderet didepan panggung. Spot light bertujuan untuk menyinari titik atau bidang tertentu. Tempatnya, biasanya di loteng diatas penonton atau di kiri dan kanan atas panggung bagian depan. Sedangkan Flood light, bertujuan untuk menerangi jalan keluar masuk pentas, backdrop dan stage area atau wilayah permainan. Penjelasan lebih lanjut tentang tata cahaua akan dibahas lagi dalam artikel khusus tata cahaya.


4. Dekorasi


Dekorasi adalah pemandangan/latar cerita. Seperti unsur-unsur lainnya, dekorasi ini juga sangat mempengaruhi pementasan. Dekorasi dapat ditekankan dengan penggunaan properti pendukung yang diperlukan cerita/naskah drama.
Namun, dalam beberapa penampilan drama terbaru, dekorasi sering ditekankan dalam bentuk simbol-simbol yang masih mendukung cerita. Dalam dua pementasan teater Garasi misalnya, kita dapat melihat latar berupa gambar, bayangan dan video dalam pertunjukan 'Waktu Batu'. Sedangkan, latar berbentuk suasana di jalan dapat kita lihat dalam pementasan "Jejalan".
Jenis-jenis bahan dekorasi dapat dibagi dua : Draperics  dan fainted scenery.
- Draperics adalah bahan-bahan dekorasi yang asli, misalnya menggunakan meja, kursi, lemari dan lain-lain.
- Painted scenery adalah bahan dekorasi yang dibuat, diukir atau dilukis. Dibagi lagi menjadi tiga :
  a. Flats : Selembar kain yang dilukiskan suasana latar. Misalnya pemandangan gunung, laut atau suasana dalam ruangan rumah. Biasanya ditempelkan di backdrop, sehingga bila berganti latar, maka backdrop akan bergerak. (Seperti di OVJ)
  b. Drops : Dekorasi tak berbingkai dan biasanya digantung di belakang panggung.
  c. Plastic Pieces : Dekorasi dari bahan-bahan yang dibentuk menjadi bahan aslinya, misalnya membuat pohon besar dari potongan bambu dan kertas warna.
Selanjutnya, lebih jelas tentang Dekorasi akan dibahas pada artikel khusus di situs ini.


5. Tata Suara/Bunyi


Bunyi yang dimaksudkan disini adalah bunyi yang juga menekankan suasana drama. Selain bunyi hujan, tembakan, jeritan yang bertujuan menjadi latar, juga dapat berasal dari musik yang membangun suasana drama. Bunyi-bunyian ini juga bertujuan untuk mewujudkan suasana drama lebih menyentuh. Sehingga, dapat membantu penonton untuk membayangkan atau ikut merasakan apa yang terjadi.
Khusus untuk musik latar, perlu memperlajari terlebih dahulu dialog dan naskah yang akan dipentaskan.
Contph penggunaan ilustrasi musik latar :
Sayatan mendalam dari lagu 'Whispering a prayer' milik Steve Vai misalnya, mampu untuk menghidupkan suasana ketika seorang hamba sedang mengadu pada Tuhannya. Iringan biola dan string pada nada minor juga dapat membangun suasana yang menyedihkan dan penuh tangis atau tragis. Petikan gitar akustik pada nada mayor dapat menambah suasana romantis, sedangkan deru distorsi gitar elektrik yang ebrbunyi tajam dapat menekankan pada suasana mencekam.  

Ads