Listrik Padam Tengah Adegan, Pentas Teater dengan Silat Ini Tetap Memukau -->
close
Pojok Seni
16 March 2016, 3/16/2016 02:11:00 AM WIB
Terbaru 2016-03-15T19:11:08Z
BeritaMedia Patnerteater

Listrik Padam Tengah Adegan, Pentas Teater dengan Silat Ini Tetap Memukau

Advertisement
Pertunjukan teater Tragedi Tun Hamzah

pojokseni.com - Teater Arena Mursal Esten, ISI Padangpanjang kembali menjadi saksi sebuah pertunjukan teater. Kali ini, sebuah pertunjukan teater melayu berjudul "Tragedi Tun Hamzah" karya/sutradara Zulkifli, S.Kar, M.Hum dipentaskan pada hari Selasa (15/3/2016) pukul 20.00 WIB.

Pementasan yang juga dibantu oleh penata gerak Wirma Surya, S.Sn, M.Sn dan pengarah laku Wen Hendri, S.Sn ini menghadirkan pertunjukan teater bernuansa melayu yang berhasil mengundang penonton untuk memenuhi teater arena. 

Beberapa bagian menarik dari pertunjukan ini, salah satunya menggunakan silat melayu dalam adegan perkelahian. Selain itu, setiap pergantian adegan diselingi tari-tarian dan narasi cerita disampaikan dengan nyanyian atau dendang. 

Aksi silat dalam pertunjukan Tun Hamzah

Informasi terhimpun pojokseni.com, para pemeran dalam pementasan ini antara lain Ikhsan satria Irianto, Hamdani Johanis, Rika, Fajar Eka Putra, Deni Saputra, Fikqri Afrija, Munir, Pandi Mirdianto dan Alba Sani. Juga menghadirkan para penari, Fauzana Ridya, Reza Desiska Sari, Lusi Handayani, Alfidya Nur Yuanda, Ami Tri Sayuti, Nanik Yuliani, Ketri Melinda, Ambar Febriani, Febi Febriani, Widiya marficesia, Suci Lantika, Dona Liyana dan Reni Wulandari.

Salah satu adegan di pentas Tragedi Tun Hamzah

Sutradara pertunjukan ini, Zulkifli mengatakan bahwa proses naskah ini memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar 6 bulan. 
"Pemeran dan penarinya di ambil dari mahasiswa angkatan 2014 Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang dan dibantu pemusik dari Jurusan Karawitan," kata Zulkifli.

Sementara itu, penata Artistik, Misbahudin menceritakan bahwa set panggung untuk pementasan "Tragedi Tun Hamza" ini ditata secara simbolis untuk membuat ruang yang lebih besar.

"Dengan demikian, memungkinkan adanya adegan perkelahian dan tari," terang Misbahudin.

Drama ini menceritakan tentang sebuah kerajaan di Malaka yang tengah jaya. Beberapa wilayah berhasil dikuasai dan daerah kekuasaannya aman sentosa. Namun kejayaan ini tidak berlangsung lama. Dikarenakan sang raja membunuh bendahara yang paling setia dan mengangkat istri dari bendahara itu menjadi permaisuri. Hal ini membuat amarah anak dari bendahara yang bernama Tun Hamza itu memuncak. Dengan penuh dendam akhirnya Tun Hamza berhasil membunuh raja dan laksamana. 

Berita ini tersebar ke seluruh daerah. Dalam keadaan yang sedang tidak stabil, Tun Hamza mendengar berita yang menjelaskan bahwa istrinya selingkuh dengan kakak kandungnya sendiri. Tanpa sadar, tun Hamza pun juga membunuh istrinya. Kemudian, datanglah kakak kandung dari istrinya yang menjelaskan bahwa berita itu tidak benar. Juga sebenarnya istri dari Tun Hamza sedang berbadan dua. Mengetahui hal tersebut akhirnya Tun Hamza memutuskan untuk mengahiri dirinya.


Insiden Listrik Padam

Adegan tari dalam pentas Tragedi Tun Hamzah. Sayangnya sempat terjadi insiden listrik padam dalam pementasan tersebut

Sempat terjadi insiden listrik padam dalam pertunjukan ini. Hal tersebut terjadi ketika pertunjukan berlangsung, memasuki adegan ke 5. Ternyata daerah ISI Padangpanjang mendapatkan pemadaman listrik bergilir. Hal ini sontak membuat semua yang terlibat dalam produksi ini panik. 

Tiba-tiba para penonton menghidupkan cahaya dari handphone nya dan diarahkan ke panggung. Meskipun hanya mendapatkan cahaya sedikit. Namun pertunjukan tetap berlangsung tanpa ada perubahan. Tiba pada adegan akhir, lampu hidup kembali berkat kerja keras dari tim produksi. 

"Ketika lampu tiba-tiba mati, semua orang panik dan bingung. Tetapi pertunjukan harus tetap berlanjut. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan pertunjukan meskipun dengan pencahayaan yang sangat minim," kata seorang penari, Alfidya Nur Yuanda. 

Begitu pula Ambar Febriani, Pimpinan Produksi (Pimpro) pertunjukan tersebut. Ia juga mengaku panik ketika lampu padam.

"Semua tim sesegera mungkin untuk mencari solusi. Dan Alhamdulillah, berkat kecekatan dari tim produksi akhirnya pada adegan-adegan akhir lampu gedung bisa hidup kembali. Syukurlah, pertunjukan mala mini berjalan lancar meskipun ada sedikit masalah," terangnya.

Sementara itu, Ambar juga menjelaskan bahwa pertunjukan ini rencananya akan dipentaskan kembali di beberapa tempat berbeda pada bulan depan. 
Sedangkan para penonton juga merasa padamnya listrik tidak mengurangi niat mereka untuk menikmati pementasan. Salah seorang penonton, Andesta mengaku bahwa cerita tersebut sangat menegangkan dan tetap salut dengan pertunjukan tersebut.

"Meskipun lampu mati namun tidak menurunkan sedikitpun intensitas permainannya," katanya.

Senada dengan Andesta, seorang penonton yang lain, Rahmi Ayu juga mengaku sangat menikmati penampilan tersebut.

"Pertunjukannya sangat tidak membosankan karena ada silatnya, ada musiknya, ada tarinya, ada dramanya. Meskipun ada sedikit masalah pada listrik," tutupnya. (isi/mp/pojokseni)


Ads