Babad Lembana V Kembali Digelar Usung Tajuk Pamolean -->
close
Pojok Seni
14 December 2025, 12/14/2025 08:35:00 PM WIB
Terbaru 2025-12-14T13:35:30Z
Artikelevent

Babad Lembana V Kembali Digelar Usung Tajuk Pamolean

Advertisement


Pojokseni/Madura - Babad Lembâna kembali diselenggarakan pada 14 sampai dengan 20 Desember 2025 di Lembâna Artgroecosystem, Sumenep, Madura. Memasuki edisi kelima, hajatan seni tahunan ini mengusung tajuk “Pamolèan”, yang dalam tradisi Madura merujuk pada alamat pulang: rumah asal sebagai tempat bermula sekaligus bermuara. Pada edisi ini, pamolèan dipahami bukan hanya sebagai ruang fisik, melainkan juga sebagai koordinat batin, yakni jalan kepulangan pada riwayat diri dan ingatan kolektif.

 

Babad Lembâna 5 didukung oleh Kementerian Kebudayaan melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya melalui skema MTN Presentasi bidang Seni Pertunjukan. MTN Seni Budaya adalah sebuah program yang membuka peluang bagi talenta Indonesia untuk membangun karier seni budaya secara terarah. Dengan pendekatan efektif, inklusif, dan relevan, setiap talenta mendapat pembinaan serta dukungan untuk menampilkan karya mereka dari panggung lokal hingga internasional.


Di samping itu, kegiatan ini juga didukung oleh berbagai inisiatif seni, lembaga, dan komunitas kebudayaan dari berbagai daerah. Babad Lembâna juga merupakan bagian dari Antarragam Jejaring Garasi Performance Institute, sebuah akademi pertunjukan dan simpul antarragam praktisi seni pertunjukan di Indonesia.

 

Apa itu Babad Lembâna?


Diselenggarakan setiap minggu kedua Desember sejak 2021, Babad Lembâna adalah repertoar hajatan sosial selama tujuh hari yang memusatkan perhatian pada interaksi antarsubjek melalui karya seni, ruang spesifik, objek keseharian, dan warga Lembâna. Hajatan ini berfungsi sebagai metode riset kultural untuk membaca lanskap sejarah, kosmologi, dan koreografi sosial Madura, sekaligus memikirkan bagaimana memori dan praktik lokal dapat menjadi basis pembayangan masa depan.

 


Babad Lembâna dijalankan melalui prinsip gotong royong, dengan mengadopsi logika sosial masyarakat Madura. Gotong royong dipahami sebagai mekanisme merawat relasi sosial, sehingga kegiatan seni dibaca sebagai proses yang selalu berlangsung dalam relasi.

 

Program-program Babad Lembâna mencakup pameran, pertunjukan, lokakarya, diskusi, ceramah, pemutaran film, tur, dan kenduri, seluruhnya dirancang untuk mempertemukan pengalaman dan cara bertemu yang beragam.

 

Siapa yang Terlibat?


Edisi 2025 menghadirkan lebih dari 70 seniman, pembuat film, pegiat teater dan tari, peneliti, dan partisipan lintas disiplin, termasuk dua seniman dari Jepang. Mereka berasal dari berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Aceh, Lampung, Gresik, Sumenep, Surabaya, Jambi, Bali, Makassar, hingga Jayapura.

 

Para seniman dan partisipan dalam hajatan ini disebut Sahibul Hikayat, yakni para perawi yang “bertutur” melalui praktik artistik masing-masing. Keragaman latar mereka menciptakan bentang pertemuan gagasan yang luas, memperkaya dialog budaya, dan menghidupkan dinamika hajatan sebagai ruang belajar bersama.

 

Mengapa “Pamolèan”?: Tema dan Kerangka Kuratorial


Dalam mukadimah kuratorial, Pamolèan diposisikan sebagai tema sekaligus metode membaca ulang lanskap sosial-kultural Madura yang kompleks dan lintas identitas. Madura dilihat sebagai ruang rimpang, yakni ruang perlintasan sejarah dan praktik budaya yang telah bercampur dari ragam identitas.

 

Program-program tahun ini dirancang sebagai trayektori kepulangan, yang mengajak publik mengalami Lembâna melalui tubuh, pengetahuan, ruang, dan komunitas.

 

Beragam kegiatan merangkai lanskap hajatan ini, antara lain: musyawarah (diskusi publik), madrasah keproduseran; ziarah situs, ceramah budaya, pertunjukan teater, teater, musik; pemutaran film, lokakarya, dan pameran di ruang-ruang komunal.

 

Festival sebagai Hajatan: Bagaimana Hajatan Ini Berlangsung?


Babad Lembâna menegaskan dirinya sebagai festival berbasis hajatan. Tidak ada batas antara “penonton” dan “tuan rumah”. Setiap orang yang hadir menjadi bagian dari ekosistem peristiwa. Sejak pertama kali digelar, festival ini tumbuh melalui kerja bersama warga: memasak di dapur terbuka, menjelajah pameran lewat jalan kaki, berbagi cerita di teras rumah, dan sebagainya. Babad Lembâna mempraktikkan seni sebagai ruang belajar lintas generasi, disiplin, dan identitas, serta sebagai madrasah kultural yang bertumpu pada pengetahuan relasional. 

 

Babad Lembâna 5: Pamolèan diharapkan menjadi peristiwa yang memperluas pemahaman tentang Madura serta menghidupkan kembali cara kita memaknai rumah, kebudayaan, dan hubungan antarmanusia. Seperti tertulis dalam kuratorial hajatan: “Ketika seni dirawat sebagai hajatan, setiap orang menjadi kerabat.”

 

Pernyataan Kuratorial (Ragil C. Maulana, direktur artistik Babad Lembâna 


“Babad Lembâna 5 memandang Madura sebagai ruang rimpang: tempat lintasan sejarah, ritus, dan praktik artistik lintas wilayah–lintas konteks saling bertaut. Melalui ruang rimpang itulah kami menelusuri jalan pulang. Pamolèan kami ajukan sebagai jalan pulang yang tidak nostalgik, melainkan reflektif: upaya membaca ulang jejak diri, warga, dan kebudayaan yang terus bergerak dan belum khatam. Di hajatan ini, seni(man) kami ajak pulang pada kerja keseharian yang menyatu dengan dapur, makam, musyawarah, doa, dan perjumpaan warga. Dengan Pamolèan, kami mengikhtiarkan seni sebagai metode merawat relasi—antara manusia dengan tanahnya, sejarahnya, dan sesamanya. Dalam kepulangan yang bercabang ini, kami percaya perjumpaan relasional dapat membuka kemungkinan arah bersama yang lebih mengakar dan berkelanjutan.”

Ads