Hari Yang Panjang Bersama Orang Orang Yang Tak Kompeten -->
close
Pojok Seni
23 July 2025, 7/23/2025 12:38:00 PM WIB
Terbaru 2025-07-23T05:38:46Z
teaterUlasan

Hari Yang Panjang Bersama Orang Orang Yang Tak Kompeten

Advertisement
Pentas Nara Teater Larantuka, berjudul Ibu Tanah


Catatan Pementasan IBU TANAH oleh Nara Teater 

Oleh: Zaeni Boli


Udara malam minggu 19 Juli 2025  di Taman Kota Lembata tak sedingin yang diperkirakan. Sebuah panggung jadi berdiri di sentra tengah Taman. Di depannya ada sekitar 4 tenda yang didirikan menandakan akan ada hajatan kecil. Hajatan ini adalah sebuah pementasan teater dari kelompok Nara Teater yang berasal dari Larantuka Flores Timur. 


Pentas ini merupakan sebuah pertunjukan yang coba mengangkat isu soal tanah dan juga sejarah yang menyertainya. Pertunjukan ini diangkat dari hasil riset penulis sekaligus sutradara dalam pertunjukan, Silvester Petara Hurit. 


Cerita yang diangkat tentang bagaimana sejarah dikuasai, bagaimana orang orang dibuat lupa akan asal usulnya, serta bagaimana cerita-cerita versi orang orang kalah dilupakan dalam benak sejarah. 


Isu kekuasaan yang kerap menindas dan melakukan koloniasasi pada setiap daerah kekuasaannya, dengan cara ditaruh boneka-boneka politik yang dapat dikendalikan. Boneka politik inilah yang justru untuk menindas sesama. 


Seperti yang dilakukan oleh salah seorang aktor Hero Maran yang berperan sebagai Penjajah dari Eropa. Ia mangadu domba pribumi lawan pribumi. Sedangkan pemimpin pribumi, justru orang yang tak mampu melakukan tugasnya. Miris memang saat kita menghadapi pemimpin-pemimpin yang sebenarnya tak layak berada di posisinya hari ini namun karena kedekatan kekuasaan atau "lobi lobi" politik, mereka berkuasa meski inkompeten. 


Pentas Ibu Tanah oleh Nara Teater



Dalam teks Ibu Tanah disebut sebuah istilah witi jadi sora yang memiliki arti orang yang tidak layak tapi menjadi pemimpin. Ternyata angin perubahan belum bisa menjadi kabar gembira bagi kebudayaan hari ini masih banyak yang harus diperjuangkan dan disuarakan. 


Lakon ini juga menekankan Bagaimana seharusnya seniman mengambil sikap. Bila bersuara atau diam adalah pilihan maka Nara Teater memilih bersuara menyuarakan ketidakadilan yang terjadi pada orang orang kalah dan miskin. Meski mungkin suara-suara itu hanya akan bergema ke langit dan menjadi Doa.

Ads