Seni & Penilaian Karya Seni -->
close
Pojok Seni
05 July 2021, 7/05/2021 04:31:00 PM WIB
Terbaru 2021-07-05T09:31:09Z
ArtikelEstetika

Seni & Penilaian Karya Seni

Advertisement
penilaian karya seni


Ambrosius M. Loho, M. Fil. (Pegiat Filsafat-Estetika-Dosen Universitas Katolik De La Salle-Manado)


Berkesenian merupakan kegiatan yang menarik. Ketika berkesenian, seniman akan merasakan kepuasan karena kebebasan berekspresinya dalam seni telah terwujud, namun pada saat yang sama, dia memiliki keyakinan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang bermakna. Ketika karya seni yang dibuatnya itu dihargai oleh pengamat/orang lain, seniman bahkan akan merasa bahwa dirinya juga telah melakukan sesuatu bagi orang lain. 


Atas kenyataan di atas, apa alasan yang mendasari sehingga kesenian itu harus terus diupayakan? Sarasdewi menjawab: Pertama, seni adalah angan-angan tentang kebebasan, dan berkesenian adalah medium untuk mencari kebebasan. Kedua, seni adalah pelipur nestapa di dunia yang kacau balau, dan berkesenian adalah suatu ikatan antara satu individu dengan individu yang lainnya untuk berbagi. (bdk. Saras Dewi dalam Pidato Seni IKJ 26 Juni 2020). 


Demikian, berkesenian adalah ekspresi bebas manusia khususnya sang seniman. Berkesenian pun, selain merupakan ekspresi bebas, bisa menjadi sarana untuk mengkomunikasikan sesuatu. Maka dengan itu, tentu akan memunculkan sebuah apresiasi terhadap apa yang dikomunikasikan dalam karya seni tertentu itu. Moment apresiasi, dalam refleksi awal penulis, menyatakan sebuah fakta bahwa seorang penikmat seni atau bilanglah juri sebuah lomba seni apa saja, kadangkala menghadirkan problem yang tidak hanya berkepanjangan tapi berulang-ulang. (www.pojokseni.com). Mengapa demikian? Karena hasil dari apresiasi atau penilaian tidak selalu mulus dan tidak akan diandaikan berlangsung lurus.


Sebagai sesuatu yang teramat sangat penting, terkait proses apresiasi atau penilaian sebuah karya seni, faktor terpenting dalam menghasilkan dan menilai sebuah karya seni adalah kejujuran. Filsafat seni mencatat, bahwa tujuan dan fungsi kognitif seni adalah: Seni sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran. Seni bahkan disebut sebagai jalan menuju pengetahuan tertinggi yang tersedia bagi manusia. Seni dan karya seni, juga merupakan jenis pengetahuan yang tidak mungkin dicapai dengan cara lain apa pun, termasuk pengandaian-pengandaian yang tidak berdasar terutama dalam hal penilaian atau apresiasi terhadapnya. (https://www.britannica.com/topic/philosophy-of-art/Art-as-a-means-to-truth-or-knowledge). 


Apa yang paling penting untuk dikedepankan dalam konsep penilaian atau apresiasi? Dalam kerangka menjawab pertanyaan mendasar ini, kita perlu mengetahui bahwa penilaian adalah hasil yang diperoleh oleh penilai, yang muncul dari ketelitiannya secara menyeluruh dan didukung dengan baik oleh seorang profesional (judge) yang tidak memihak. Sejalan dengan itu, seorang apresiator, juga berperan sebagai kritikus seni yang memiliki kemampuan yang mumpuni, dan memiliki keahlian untuk menafsir sebuah karya seni. Dalam proses tersebut, mereka ingin memastikan kandungan karya seni yang tampil di hadapan mereka. 


Kendati demikian, penilaian atas karya seni, bukanlah permasalahan salah atau benar, melainkan apakah argumen-argumen yang menghasilkan penilaian itu meyakinkan atau tidak. Penilaian dan evaluasi bisa dilakukan dengan berbagai criteria, antara lain melalui kriteria yang kasat mata, yang bisa dilihat fungsi simbolisnya, serta pengaruh/kontribusi karya seni tersebut terhadap awareness audiens. (Widyaevan, 2017: 24).


Dalam pengalaman penulis, fakta yang terpentas dalam sebuah event, tampak bahwa kemurnian penilaian serta ketanpapamrihan, tidak tampak secara transparan. Kendati banyak versi dalam hal apresiasi atau penilaian, namun apapun itu, tentu perlu diuraikan secara terang benderang, konsep dasar dari kriteria penilaian yang digunakan. 


Akhirnya, kejujuran, ketanpapamrihan atau bebas kepentingan, serta transparansi dalam mengapresiasi atau menilai adalah hal yang paling penting, demi kemajuan proses berkesenian, dan dalam mengapresiasi atau menilai, harus pula diperkuat dengan pemahaman bahwa keputusan (judgement) penilaian apresiator harus merupakan operasi pikiran yang menghubungkan subjek dengan predikat. Ada subjek, ada objek, dan penilaiannya jujur, tanpa pamrih dan transparan.

Ads