Perbedaan antara Kecenderungan Estetik Teater Dramatik dengan Teater Epik -->
close
Adhyra Irianto
24 July 2021, 7/24/2021 07:00:00 AM WIB
Terbaru 2021-07-24T00:00:00Z
Estetikateater

Perbedaan antara Kecenderungan Estetik Teater Dramatik dengan Teater Epik

Advertisement

PojokSeni.com -  Teater epik dikenalkan oleh sang dramawan komunis legendaris, Bertolt Brecht. Pemikiran estetikanya orisinal, dan dikembangkannya khusus untuk seni teater. Ditambah lagi, Brecht memiliki sumbangsih besar pada pemikiran terkait hubungan antara karya seni dengan publiknya. Ia juga dikenal dengan pemikirannya tentang sistematika menilai dan memandang karya modernis dalam kerangka estetika Marxis.


Sebelum membahas teater epik, perlu dicatat terlebih dulu bahwa Bertolt Brecht memiliki visi untuk menentang pakem estetika post-romantik. Estetika post-romantik menekankan tentang "perasaan", sedangkan bagi Brecht, seni adalah ilmu pengetahuan yang tentunya melibatkan "pikiran" yang berujung "tindakan". Jadi bagi Brecht, karya seni bukan tentang pembangkitan perasaan pribadi yang subjektif, tapi karya seni adalah peristiwa artistik sekaligus epistemik juga praktis.


Publik (dalam hal ini pemirsa dari karya seni) semestinya mempertanyakan dan merumuskan hal-hal yang baru setelah melihat "kenyataan aktual" dari seni pertunjukan. Pertanyaan-pertanyaan atas kenyataan ini akan membuat pemirsa mengambil kesimpulan dan tindakan terhadap kenyataan yang ditemuinya di kehidupan.


Karena gagasan awalnya adalah melawan estetika post-romantik, maka Brecht memiliki pakem yang sangat berbeda dengan pakem estetika klasik. Bila gagasan teater dramatik akan bermuara pada pakem klasik Aristoteles, maka konsep Brecht sama sekali berbeda. Konsepsi tersebut yang diberinama teater epik oleh Bertolt Brecht.


Apa saja perbedaaan antara teater epik dengan teater dramatik?


Perbedaan pertama dilihat dari alur cerita teater dramatik yang berbentuk plot, sedangkan di teater epik berbentuk narasi. 


Perbedaan selanjutnya, teater dramatik akan melibatkan pemirsa ke dalam konsumsi sensasi yang (tentunya) akan menghabiskan ruang bagi tindakan. Namun, dalam teater epik Brecht, pemirsa akan menjadi pengamat, dan didorong untuk bertindak dan mengambil keputusan.


Teater dramatik berbasis pengalaman, sugesti, dan perasaan instingitif. Namun pada teater epik, basisnya adalah gambaran dunia, argumen, dan pengenalan.


Perbedaan berikutnya, teater dramatik akan membuat pemirsa tersedot ke dalam pengalaman artistik. Namun, di teater epik dengan alienasi, maka pemirsa akan keluar dari proses artistik sehingga dapat mengkajinya dari luar.


Titik berangkat teater dramatik adalah manusia. Manusia menjadi esensi kodrati yang sifatnya tetap. Namun pada teater epik, manusia justru adalah objek kajiannya. Manusia dalam teater epik akan menjadi makhluk historis yang tidak tetap, terus berproses, dan berubah-ubah.


Dalam bentuk teater dramatik, setiap bagian akan membentuk satu kesatuan yang integral. Sedangkan dalam teater epik, bagian utuh terletak pada dirinya sendiri.


Perbedaan berikutnya, teater dramatik berciri perkembangan yang linier, dengan cerita yang berjalan. Sedangkan teater epik berbentuk montase (ketimbang linier), dan ceritanya cenderung melompat.


Perbedaan terakhir, dalam teater dramatik, pikiran akan menentukan keberadaan. Sedangkan yang dititikberatkan adalah perasaan. Dalam teater dramatik, justru keberadaan sosial yang menentukan pikiran manusia. Sedangkan yang dititikberatkan adalah nalar.


Tentunya, dari perbedaan-perbedaan di atas, terlihat bahwa Brecht sangat ingin konsepsi manusia berasal dari masalah, dan pertanyaan-pertanyaan tentang itu, yang kemudian didekati dengan sudut pandang historis. Jadi, karya seni menurut Brecht adalah pertanyaan tentang kenyataan, bukan masalah perasaan yang subjektif. Karya seni yang baik, menurut Brecht, mesti memunculkan pertanyaan-pertanyaa baru tentang kenyataan, hal itu akan menghadirkan kesadaran bahwa "kenyataan bukan seperti apa yang kita yakini selama ini."


Baca artikel terkait Bertolt Brecht lainnya di tautan ini: Bertolt Brecht di Pojokseni.com

Ads