Seni Sebagai Intuisi Menurut Benedetto Croce -->
close
Pojok Seni
08 May 2021, 5/08/2021 02:35:00 AM WIB
Terbaru 2021-05-07T19:35:31Z
ArtikelSeni

Seni Sebagai Intuisi Menurut Benedetto Croce

Advertisement


pojokseni.com - Nama Benedetto Croce begitu dikenal di Italia sebagai seorang politikus kontroversial. Nama Croce akan dikaitkan dengan berdirinya rezim fasis Italia, lalu secara kontroversial bergabung dengan kelompok intelektual (front intelektual) di Italia yang anti-fasis. Tidak hanya itu, ia juga dikenal sebagai salah seorang yang ikut terlibat aktif dalam mengkudeta Mussolini.


Pemikiran Croce terpengaruh dengan Hegel, dan ia dikenal pula sebagai "Hegelian sejati". Begitu pula dengan pandangannya tentang estetika. Tesis utama Croce adalah "seni ialah perkara intuisi". Karena itu, bagi Croce seni ialah ungkapan jiwa yang tulus.


Namun hal yang mesti diketahui tentang pemaparan Croce adalah definisinya terhadap intuisi. Intuisi menurut Croce ialah kontemplasi dari palung hati terdalam manusia. Maka karya seni menurut Croce ialah hasil dari citra kontemplatif.


Seniman ingin berkomunikasi dengan siapapun penikmat, pembaca, penonton, dan orang yang bersentuhan dengan karyanya. Tujuan dari komunikasi tersebut ialah, menyampaikan intuisi batinnya untuk dihidupkan dalam intuisi pemirsanya.


Maka karena itu, menurut Croce, seni tidak bisa dikaitkan dengan fisik atau material. Barang yang disebut "karya seni" bukan karena apa kandungan fisiknya. 


Seni juga tidak bisa dikaitkan dengan apa kegunaannya. Karena, seni merupakan karya kontemplatif, tulus, dan intuitif. Maka perkara berguna atau tidak, bukan termasuk dalam penilaian estetis satu karya seni.


Seni juga tidak terkait dengan konseptual, juga moral. Seni tidak ada kaitannya dengan kehendak, karena tanpa kehendak sama sekali karya seni juga akan tetap menjadi karya seni. Evaluasi secara moral terhadap karya seni, menurut Croce, sangat tidak dibenarkan.


Seni juga tidak berasal dari distingsi sesuatu yang nyata, atau tidak nyata. Karena intuisi tidak mengenal hal tersebut, bahwa fakta dan fiksi adalah hal yang sama dalam intuisi. Karenanya, seni tidak bisa dibicarakan dengan pengetahuan konseptual.


Dari pemaparan di atas, mulai tergambar apa itu seni sebagai intuisi menurut Croce. Meski demikian, intuisi Croce bukan bicara tentang moral yang carut marut, karena seni tidak dibangun dari citra mental, tapi dibangun dengan aras "perasaan".


Itulah mengapa pandangan Croce seakan berpihak pada pemikiran kalangan romantik. Perbedaan utama romantik dengan klasik adalah, romantik berdasar atas perasaan, sedangkan klasik berdasar atas representasi rasional.


Bagi Croce, semua karya seni berjiwa "liris". Curahan batin seniman yang dimuat dalam karya seni bisa saja perkara remeh temeh, bisa juga berat dan besar. Karena pembagian antara "remeh" dengan "berat" tersebut merupakan distingsi akademisi. Namun, karya seni berjiwa liris, dan lirik adalah "darah" bagi kesenian.


Pandangan Croce memandang estetika mendapat perhatian serius. Citra mental, menurutnya adalah hasil dari perasaan. Dan perasaan menjadi titik pokok terhadap karya seni, bukan apa pemikiran yang dipaparkan di dalamnya.

Ads