Menyimak Pentas Teater Balai, Kelompok Teater yang Lahir di Masa Pandemi -->
close
Pojok Seni
14 August 2020, 8/14/2020 10:08:00 PM WIB
Terbaru 2020-08-14T15:14:05Z
Resensiteater

Menyimak Pentas Teater Balai, Kelompok Teater yang Lahir di Masa Pandemi

Advertisement
Teater Balai, Bukittinggi, Sumbar
Teater Balai, Bukittinggi, Sumbar


PojokSeni.com - Balai Ruang Sari, Anak Aia, Bukittinggi menjadi saksi lahirnya sebuah kelompok teater yang mementaskan karya berjudul, “Pareso Kato” di masa pandemi saat sekarang ini. Pementasan tersebut juga menjadi batu pertama pada pondasi Teater Balai dalam produktifitas mereka untuk berkarya.


 Menurut Abdul Hanif, sebagai pimpro dalam pementasan tersebut, Teater Balai lahir lewat kegelisahan para anggotanya dalam masa pandemi saat sekarang ini. Masa pandemi adalah masa-masa sulit yang harus lewati dengan semangat dan optimisme, salah satu cara untuk tetap waras adalah dengan berteater, sebab teater adalah sebuah wadah untuk mempresentasikan ekspresi, gaagasan dan kreatifitas. Oleh karena itu, semangat berbagai pihak akhirnya melahirkan sebuah kelompok teater pertama di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.


Dalam.pementasan, “Pareso Kato” publikasi tidak begitu dijalankan menimbang protokol kesehatan dari pemerintah, agar tidak mengadakan acara yang melibatkan massa dalam jumlah banyak. Para penonton yang hadirpun tampak menggunakan masker dan terlihat sangat tertib. Hal inilah yang menjadi salah konsep untuk mementaskan karya, “Pareso Kato,” sebab dalam karya tersebut mengutamakan pesan tertib dalam bermasyarakat dan mengutamakan tenggang rasa dalam bersosial. 

Menurut Ahmad Ridwan Fadjri, atau yang akrab disapa, Iwan kuncup, Teater Balai mencoba mempersiapkan diri untuk resiko-resiko yang akan dihadapi nantinya, salah satu persiapan tersebut ialah dengan menjalin harmonisasi antara fenomena yang terjadi di tengah masyarakat dengan karya yang kontekstual. Agar penikmat karya dan pementasan tidak mempunyai jarak secara ide dan garapan.


Meskipun tidak banyak pengunjung, pementasan pada hari Jumat pukul 21.00 WIB tersebut berjalan cukup menggemparkan. Para aktor yang bermodalkan tubuh, tanpa dekorasi-artistik, dan minim dialog mempersembahkan sebuah teater fisika yang memanjakan mata penonton. Iwan Kuncup sebagai aktor memberikan alasan bahwa Teater Balai mencoba menjelajahi seluruh aspek pertunjukan teater untuk dijadikan study teater mereka, salah satunya dengan menggarap beberapa karya menggunakan media utama tubuh. 


Sebab bagi Iwan Kuncup, teater tubuh mencoba menjelaskan apa saja yang tidak semuanya dapat diwakilkan oleh kata-kata, seorang aktor harus mengenal diri mereka sendiri dari ujung rambut sampai ujung kaki, baru setelah itu kita akan berusaha memahami orang lain, pada akhirnya setiap orang mampu menjelaskan siapa mereka sebenarnya dengan cara yang berbeda, tegasnya. 



Pentas Teater Balai, Bukittinggi, Sumbar


Karya di awali dengan pembacaan puisi yang lantang oleh Abdul Hanif, kemudian disusul oleh tiga orang aktor yang masuk dari arah penonton. Di pertengahan karya, para aktor memperlihatkan aksi-aksi fisika yang sangat memperhatikan teknik, lalu beberapa aktor membuat pola-pola gerak yang menarik dan simbolis. 


Tidak hanya aksi fisik saja, pementasan tersebut juga menggunakan puisi dan pepatah khas Minangkabau yang mempunyai pesan, agar setiap orang yang bersosial harus memperhatikan kata-kata dan kalimat yang akan digunakan, agar tidak menyinggung perasaan orang lain, dan akhirnya menjadi manusia yang lebih baik. 

Pada bagian akhir, para salah satu aktor memperlihatkan gerakan ekspresif dan kemudian berakhir dengan tragis, sehingga pementasan “Pareso Kato” tampak sangat kompleks di sisi gaya garapan.


Tepuk tangan penonton mengakhiri pementasan malam itu. Kemudian para pendukung karya memberikan hormat. Uniknya, setelah pementasan segenap anggota Teater Balai memaparkan konsep dan cerita tentang pementasan tersebut kepada penonton, sebab bagi penonton yang awam tidak begitu paham akan alur cerita, disebabkan dominan pertunjukan “Pareso Karo” mengutamakan teks tubuh dan simbol-simbol ekspresif. Setelah beberapa anggota Teater Balai menjelaskan maksud dari pementasan, akhirnya masyarakat awam memahami maksud dari pementasan tersebut dan mendapatkan kesan yang puas.

Ads